Chapter 87

3.7K 212 10
                                    

Merelakan memang menyakitkan. Tapi, itu yang terbaik. Setidaknya, untukmu.

-Jonathan Mateo-

***

"Astaga! Nathan!"

Lena memekik pelan dengan sebelah tangan menutup mulutnya saat melihat kondisi Nathan yang tak sadarkan diri akibat pengaruh alkohol. Mantan suaminya itu terlihat sangat kacau dan tidak berdaya saat memasuki apartemennya dengan bantuan papahan dari Deondray.

"Bawa ke dalam kamarku, Ray," kata Lena seraya maju berniat membantu Ray yang terlihat sedikit kesusahan saat memapah tubuh besar Nathan.

"Tangan."

Lena seketika memberengut kesal saat Kenward menepis tangannya yang hendak meraih tubuh Nathan. Laki-laki itu kemudian menggantikan posisinya, membantu Ray memapah Nathan hingga ke dalam kamarnya. Sementara ia hanya mengekori dari belakang.

Bruk!

Tubuh Nathan terhempas di atas ranjang bernuansa cokelat itu.

"Benar-benar merepotkan," dengkus Ray sambil memijat tangannya yang terasa pegal dan mengusap peluh di dahinya. Postur tubuh Nathan yang lebih tinggi darinya benar-benar membuatnya kesusahan dan harus kengeluarkan tenaga lebih. Beberapa titik peluh tampak bermunculan di dahi laki-laki itu.

Lena dengan sigap membenarkan posisi tubuh Nathan agar lebih nyaman. Digesernya kedua kaki Nathan ke tengah ranjang, dilepasnya sepatu kulit yang masih menggantung sempurna di kaki panjang laki-laki itu. Kemudian Lena bergerak ke samping ranjang, menggeser tubuh Ray yang menghalangi jalannya, Lena lantas melepas dasi Nathan yang sudah tak karuan bentuknya.

"Kenapa kau kacau sekali?" gumam Lena hendak meraih selimut untuk menyelimuti tubuh Nathan, tapi lagi-lagi, Kenward telah melakukan hal yang ingin dilakukannya itu terlebih dahulu, membuatnya kembali mengurungkan niat.

Lena duduk di sisi ranjang. Mengamati wajah kacau Nathan untuk beberapa saat. Lena lalu mengernyit bingung, saat ia menangkap bulir-bulir keringat dan kerutan tipis mulai bermunculan, menghiasi dahi laki-laki itu.

Ada yang tidak beres.

Lena mengulurkan tangannya ke arah dahi Nathan, ingin memastikan jika kondisi laki-laki itu baik-baik saja. Namun, lagi-lagi, sebuah tangan menepis tangannya, dan menggantikannya dalam mengecek suhu tubuh Nathan.

"Panas," kata Kenward singkat tanpa mempedulikan tatapan kesal yang Lena tujukan padanya.

"Tolong jaga Nathan, aku akan mengambilkan kompresan air hangat," balas Lena sebelum kemudian bergegas keluar kamar menuju dapur.

Deondray tidak bisa lagi menahan tawanya. Sesaat setelah sosok Lena menghilang di balik pintu, Ray tertawa terbahak tanpa peduli jika nantinya Nathan akan merasa terganggu. Laki-laki bermata biru itu, menyembunyikan iris indahnya, menggantinya dengan lengkungan bulan sabit.

"Aku ... Hahaha ..." Ray kembali tertawa sebelum berhasil melanjutkan ucapannya.

"Aku tidak menyangka jika kau sangat kekanak-kanakan, Ken," lanjutnya yang langsung saja mendapat tatapan tajam dari Kenward.

Kenward mendengkus kesal berusaha untuk mengabaikan tawa Ray dan segala macam olokan yang diucapkan oleh laki-laki itu. Kenward merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel berwarna silver dari sana, memilih mengalihkan fokusnya pada layar ponsel yang kini menampilkan sebuah game online itu. Game online yang sering dimainkannya bersama Abey.

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang