Semoga kalian suka
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca setiap chapter dari cerita ini :)
Tanpa kalian ceritaku bukan apa-apa:)***
Lena sedikit membungkukkan badannya, berusaha mensejajarkan posisinya dengan putri kecilnya, yang telah rapi dan terlihat cantik dengan dress selutut berwarna biru langit dengan aksen pita di bagian pinggang.Lena merapikan rambut sepunggung Abey yang terlihat berantakan karena gadis kecil itu tidak bisa diam dan berjalan dengan anggun. Gadis itu selalu saja berlari sekalipun ia menggunakan dress panjang yang membuat tubuh mungilnya tampak semakin mungil.
"Nah, kau sudah cantik, Sweety. Sekarang tunggu Mommy di bawah dan pakai sepatu yang telah Mommy siapkan untukmu." Lena mengecup pipi tembam putrinya. "Apa kau mengerti?" tanya Lena memandang lembut manik mata biru di depannya.
Abey mengangguk kecil. "Mengelti, Mom." Lantas ia mengecup pipi Lena sebelum berlari keluar kamar.
Lena menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat putri kecilnya yang tetap saja memilih untuk berlari daripada berjalan santai keluar dari kamarnya. Ditatapnya lekat punggung kecil itu hingga menghilang di balik pintu kamarnya.
Lena menegakkan badannya. Lalu ia berjalan menuju lemari pakaian hendak mencari sepotong dress yang cocok untuk dipakainya hari ini. Kalau bisa dress dengan warna senada dengan milik Abey, karena pasti akan sangat lucu ketika mereka berjalan beriringan nanti. Kompak dan menggemaskan tentunya.
Kedua bola mata Lena sibuk menjelajah isi lemari pakaian miliknya. Begitu pula dengan kedua tangannya yang terlihat terjulur ke atas sibuk menyibak setiap pakaian yang tergantung dan berjajar rapi di dalam sana. Lena begitu fokus, hingga tak menyadari kehadiran seseorang yang telah sedari tadi mengamatinya dalam diam.
"Percayalah, kau cantik mengenakan pakaian apapun itu, Baby." Suara berat dan dalam memecah keheningan yang sedari tadi memenuhi kamar Lena, membuat wanita itu sedikit merasa terkejut hingga ia refleks memekik keras.
Ditambah dengan sepasang tangan kekar yang tiba-tiba saja melingkari pinggangnya, memeluknya dari belakang, membuat jantung Lena yang semula tenteram dan berdetak sesuai irama mulai berdegup kencang serasa lari marathon. Lena menoleh mendapati wajah Ken yang tengah tersenyum jahil padanya.
"Bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk?!" teriak Lena kesal. "Astaga ... Kau membuatku jantungan, Kenward. Dan sungguh ini sangat tidak nyaman." Lena mengusap pelan dadanya naik-turun berusaha menenangkan degupan jantungnya.
Ken meletakkan dagunya pada bahu Lena. "Kau terlalu fokus, Baby. Hingga kau tak menyadari kehadiranku. Jangan salahkan aku, karena aku telah mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk," ucap Ken membela diri.
Lena berdecak kesal. "Jangan ulangi lagi, Kenward. Akibat ulahmu, jantungku berdetak tidak sesuai dengan iramanya di dalam sana."
"Kenapa kau begitu marah? Sedangkan kau juga sering melakukan hal yang sama padaku, Baby." Ken berucap setengah berbisik di telinga Lena. Membuat Lena sedikit bergidik karena bulu romanya meremang akibat hembusan napas Ken yang menerpa lehernya.
"Jangan menuduhku sembarangan, Kenward," elak Lena setelah kesadarannya kembali terkumpul.
"Aku tidak menuduhmu, Baby. Kau memang melakukannya padaku. Bahkan hampir setiap saat." Ken melepaskan pelukannya. Ia membalikkan tubuh Lena, hingga kini mereka terlihat saling berhadapan.
Ken membawa sebelah tangan Lena ke dada bagian kirinya. "Kau selalu membuat jantungku berdegup kencang tidak sesuai dengan iramanya setiap saat, Baby. Setiap aku bersamamu, setiap aku menatapmu, dan setiap kali aku mendengar suaramu. Dan itu membuatku khawatir jika jantungku tiba-tiba saja berhenti berdetak karena bekerja terlalu keras saat bersamamu, namun dibalik semua kekhawatiran itu, aku menyukainya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Magdalena (END)
RomantikRomance Story 18+ | Copyright ©2018 | Follow Sebelum Membaca ••• Plakk!! Sebuah pukulan diberikan oleh Lena kepada laki-laki yang tengah sibuk dengan fikiran mesumnya itu, "Tidak usah berpikiran macam-macam. Yang dimaksud Abey, susu formula, bukan...