Chapter 89

9.8K 217 38
                                    

Hai! Hai! Aku datang dengan chapter terakhir dari Magdalena, semoga kalian suka! Happy reading, guys!

Don't forget to vote and comment. Terimakasih♥

***

Suasana terasa menegangkan. Begitu senyap. Hanya terdengar suara lalu-lalang ketukan sepatu di luar ruangan yang silih berganti. Riuh beberapa saat, lantas kembali hening.

Udara sejuk dari pendingin ruangan menerpa kulit, memperparah ketegangan yang sejak beberapa jam yang lalu telah dirasakan oleh seorang wanita yang terlihat begitu sempurna dalam balutan gaun pernikahan berwarna putih tulang. Tangan wanita itu terlihat saling meremas, cemas. Raut wanita itu terlihat khawatir, meski sorot kebahagiaan terpancar jelas dari sepasang mata abunya.

Magdalena kembali menarik napas dan menghembuskannya. Jantungnya berdebar kencang hingga ia beberapa kali terlihat mengelus dadanya sendiri berusaha menenangkan. Magdalena menggigit bibir bawahnya, gugup.

"Tenangkan dirimu, Sweetheart."

Suara berat penuh wibawa yang begitu ia kenali. Magdalena memutar tubuhnya dengan sedikit kesusahan---karena gaun yang melebar di bagian bawah---menghadap Sang Ayah yang terlihat sangat tampan dalam balutan tuxedo berwarna hitam. Meski gurat keriput telah menghias di beberapa bagian wajahnya, Dalton masih tetap memesona.

Lena tersenyum tipis. Mengulurkan tangannya, Lena dapat merasa sedikit tenang saat tangan Dalton membawa tangannya ke dalam genggaman. Mengusap punggung tangan Lena penuh kasih sayang. "Aku hanya sedikit ... gugup, Dad," ucap Lena sedikit meringis.

"It's okay, Sweetheart. Bukankah ini yang kau inginkan dan tunggu-tunggu selama ini?"

Lena mengangguk. Wajah cantiknya terlihat sedikit bersemu merah. Wanita itu tersipu malu.

Dalton membawa genggaman tangan putrinya, mengecup punggung tangan dalam genggamannya itu sekilas. "Kita harus bergegas Kenward sudah menunggumu di altar, Sayang," kata laki-laki paruh baya itu seraya membimbing putrinya keluar dari ruangan.

"Where is Abey, Dad?" tanya Lena setengah berbisik. Ia mendadak teringat akan putrinya yang hanya ditemuinya tadi pagi saat gadis kecil itu baru saja bangun dari tidurnya, karena setelahnya Lena terkurung di dalam salah satu ruangan yang telah disediakan bersama beberapa orang yang bertugas membantunya dalam bersiap.

Dalton menepuk pelan sebelah tangan putrinya yang melingkar manis di lengan kirinya. Sambil meneruskan langkahnya, Dalton menjawab, "Abey bersama dengan ayahnya. Jangan khawatir. Putrimu itu tadi terlihat sama cantiknya dengan dirimu."

"Benarkah?" sahut Lena berusaha utnuk mencairkan suasana agar ia tidak begitu tegang dan lupa akan rasa gugup yang melandanya.

"Tentu saja. Gadis kecil itu selalu terlihat cantik dan semakin bertambah cantik setiap harinya. Kau harus ekstra menjaganya saat sudah besar nanti, Sweetheart."

Magdalena tertawa kecil. Mengangguk patuh pada perintah ayahnya. "Aku sudah memikirkannya, Dad. Karena sepertinya tidak akan mudah."

"Semuanya akan berjalan dengan mudah. Kenward ... Aku yakin laki-laki itu akan menjadi sosok ayah yang menyeramkan bagi tiap pemuda yang hendak mendekati Abey nantinya. Ah, ya ... Dan jangan lupakan Nathan dan juga Grishham muda ... Mereka berdua akan menjadi halangan tersendiri bagi para pemuda malang di luaran sana nantinya."

Dalton tertawa menerawang masa depan. Membayangkan saat dirinya kelak harus menghadapi rengekan sang cucu demi membantu kesulitan percintaan yang dihadapinya. Oh ... Bayangan yang begitu manis dan masa tua yang membahagiakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang