Chapter 59

4.1K 238 4
                                    

Happy New Year!!!

Jangan lupa vote
Terimakasih

♥♥♥

"Do you miss him?"

Wanita yang sedari tadi memejamkan matanya itu sontak membuka matanya. Ia lantas menolehkan wajahnya ke sumber suara tersebut. Senyum hangat nan manis wanita itu mengembang sempurna. Membingkai wajah cantiknya.

Tanpa berucap, wanita itu hanya menganggukkan kepalanya. Sebelah tangannya mulai mengusap pelan perutnya yang sudah mulai membuncit.

Wanita itu kembali memejamkan matanya. Angin musim gugur di sore hari merupakan favoritnya. Dibiarkannya saja beberapa anak rambutnya yang beterbangan tak beraturan akibat hembusan angin, hingga beberapa helainya menutupi beberapa sisi wajah cantiknya.

"Apakah keponakanku merepotkanmu?"

Wanita itu menggeleng. "Dia sangat penurut. Dia sama sekali tidak merepotkanku. Mungkin dia mengetahui bagaimana kondisiku," jawabnya ringan dengan sebelah tangan tidak berhenti mengusap perutnya.

"Aku sungguh tidak sabar, menunggu keponakanku ini," ucap seseorang itu. "Apakah sesulit itu?" tanyanya kemudian mengenai topik awal.

"Sangat, Bi." Wanita itu membuka matanya, membalas tatapan sendu sahabatnya. "Berjanjilah padaku, Abigail."

Abigail menggeleng. "Kita akan merawatnya bersama-sama." Abigail tersenyum lembut menatap perut buncit sahabatnya.

"Ya. Bersama-sama." Wanita itu membuang pandangannya. Matanya menatap lurus jauh ke depan, menerawang bebas.

"Promise?" tanya Abigail memastikan.

Wanita itu menoleh kembali pada Abigail. Ia hanya tersenyum manis pada sahabatnya itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

***

Lena mengerjapkan matanya perlahan, berusaha menyesuaikan berkas-berkas cahaya yang memasuki retina matanya. Lena hendak merenggangkan tubuhnya, ketika sepasang tangan kekar masih melingkari pinggangnya dengan begitu possesif, membuatnya susah untuk bergerak.

Lena tersenyum lembut menatap wajah polos sang empunya tangan. Diulurkannya tangannya meraih rahang tegas laki-laki yang kini masih tertidur lelap itu, diusapnya perlahan tanpa berniat mengganggu kedamaian laki-laki itu.

Laki-laki itu sedikit menggeliat tat kala merasakan sebuah usapan pada rahangnya. Tanpa berniat membuka mata, laki-laki itu justru semakin mengeratkan pelukannya. Menyurukkan kepalanya pada dada wanita yang kini berada di dalam dekapannya.

Lena tersenyum semakin lebar melihat tingkah laku laki-laki itu. Dipeluknya penuh kasih sayang kepala laki-laki itu dalam dekapannya. Diusapnya lembut rambut hitam lebat laki-laki itu, yang tanpa disadarinya justru memberikan efek nyaman sekaligus kantuk yang semakin mendalam bagi laki-laki itu.

Lena memejamkan matanya, berusaha mencerna kembali bunga tidurnya.

Hari masih siang dan Lena sudah mendapatkan bunga tidurnya. Tidak biasanya ia bermimpi saat tidur siang dan hal itulah yang membuat hatinya mendadak sedikit risau. Entah mengapa, Lena merasa kurang nyaman atas mimpinya itu.

Lena menghela napas. Dalam hati ia hanya mampu berdoa, semoga mimpinya hanyalah efek dari rasa rindunya akan sahabatnya itu. Namun, lagi-lagi pemikiran lainnya bermunculan begitu saja di dalam otaknya. Lena semakin dibuat risau sekaligus khawatir akan sesuatu hal yang bahkan tak diketahuinya.

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang