Laki-laki itu kembali menginjakkan kakinya di salah satu rumah sakit yang berada di Kota Manchaster. Ia nampak sudah rapi dengan setelan kemeja biru tua yang dibalut dengan jas mahalnya serta celana bahan berwarna senada yang sangat pas melekat di tubuhnya.
Setelah kegagalannya semalam dalam menemukan keberadaan wanita yang ia cari, ia memutuskan untuk kembali ke apartemen miliknya untuk beristirahat dan meneruskan pencariannya keesokan harinya.
Lelaki itu mulai masuk ke dalam rumah sakit, ia berencana meneruskan pencariannya yang sempat tertunda semalam. Akan tetapi, lagi dan lagi ia merasa bingung harus memulai pencariannya dari mana, karena ia tak mempunyai petunjuk apapun selain nama rumah sakit ini.
Setelah menimbang, ia memilih untuk menunggu dan duduk di sofa yang berada pada ruang tunggu rumah sakit tersebut, berharap keberuntungan sedang berpihak pada dirinya.
Lima belas menit kemudian secara tidak sengaja pandangannya terkunci pada pasangan wanita dan laki-laki yang tengah berjalan ke arah pintu keluar rumah sakit. Nampak wanita itu tengah berjalan dengan tangan dalam cengkeraman laki-laki di sampingnya.
"Lena," gumam Nathan.
Ya, laki-laki yang sedari tadi menunggu di ruang tunggu rumah sakit itu adalah Nathan. Jonathan Matheo.
Pandangannya tak terlepas sedikitpun dari wanita bernama Lena yang sedang berjalan tidak jauh dari tempatnya sekarang. Akan tetapi, nampaknya wanita itu tidak menyadari kehadirannya, karena ia terlalu sibuk berbicara dengan pria di sampingnya.
Senyuman tipis mulai terbit di wajahnya. 'Nampaknya memang keberuntungan tengah memihak kepadaku,' batin Nathan senang.
Kebahagiaan yang Nathan rasakan seketika sirna, saat menyadari bahwa Lena bersama dengan laki-laki lain. Pikiran Nathan mulai berkecamuk dan berspekulasi mengenai laki-laki yang berada di samping Lena itu.
'Siapa dia? Apa dia sahabat Lena? Kekasih Lena? Atau bahkan suami Lena? Tidak. Tidak mungkin. Lena nampak sedikit terpaksa dengan kelakuan laki-laki di sampingnya itu. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?' ucap Nathan di dalam hati.
Nathan kembali terdiam, dari raut wajahnya ia nampak sedang memikirkan rencana selanjutnya agar ia bisa bertemu dengan Lena.
Beberapa saat kemudian senyum tipis mengembang di wajahnya, ia sudah menemukan langkah yang harus dia lakukan selanjutnya. Dan ia berharap semoga, keberuntungan masih berpihak padanya kali ini.
***
Ken dan Lena tengah duduk berhadapan di sebuah Cafe yang berjarak lumayan jauh dari rumah sakit dimana Abey di rawat. Cafe tersebut bergaya vintage yang didominasi oleh warna cokelat dan putih di dalamnya. Cafe itu merupakan cafe favorit Ken, tempat yang biasa ia dan Darius kunjungi saat mereka masih remaja.
"Bagaimana dengan pesananmu? Apa kau menyukainya?" tanya Ken.
Lena mengangguk dengan mata berbinar menatap Ken. Ia tak sanggup berbicara karena mulutnya tengah dipenuhi oleh kue cokelat yang beberapa saat lalu ia pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magdalena (END)
RomanceRomance Story 18+ | Copyright ©2018 | Follow Sebelum Membaca ••• Plakk!! Sebuah pukulan diberikan oleh Lena kepada laki-laki yang tengah sibuk dengan fikiran mesumnya itu, "Tidak usah berpikiran macam-macam. Yang dimaksud Abey, susu formula, bukan...