Chapter 10

9.1K 418 0
                                    

Suasana hening menyelimuti ruang makan itu, hanya suara dentingan sendok dan piring yang terdengar sedang beradu. Keduanya sama-sama diam sembari menghabiskan sepiring nasi goreng yang ada di depannya.

"Hemm, Lena?"

"Hem?"

"Kau masih berhutang penjelasan padaku."

Uhukkk

Lena tersedak mendengar ucapan Ken. Ia mencoba berfikir penjelasan mengenai apa yang dimaksut oleh Ken.

"Tentang?"

"Tadi, saat kau pulang."

"Yang mana?"

"Ishh! Baiklah nampaknya kau lupa. Akan aku ulangi. Tadi kau darimana? Kenapa baru sampai di apartemen saat sudah malam, sedangkan setauku kau pulang kantor sejak pukul empat sore."

Lena merasa lega mendengar pertanyaan Ken. Ia bersyukur dalam hati karena bukan pertanyaan mengenai Abey.

"Rumah Hana."

"Hana?"

"Ya, Hana. Sepupuku."

"Untuk apa?"

"Apa aku harus memberitahumu? Lagipula apa untungnya bagimu? Dan kenapa kau sangat ingin tau?"

Mendengar ucapan Lena, Ken diam sejenak. Ia bahkan tak tau apa motif dibalik pertanyaan interogasi yang ia tujukan pada Lena.

"A-aku hanya ingin tau. Jika kau tidak keberatan. Karna aku mencemaskan Abey."

"Baiklah. Hana, sepupuku, dan aku selalu menitipkan Abey kepadanya saat aku sedang bekerja."

"Oh. Kenapa tak menyewa pengasuh?"

"Tidak."

"Oh."

Hening kembali menyelimuti ruangan itu. Keduanya kembali meneruskan menghabiskan makanan di depannya.

"Lena?"

"Ya?"

"Siapa Abey? Dan kenapa ia memanggilku dengan sebutan daddy?"

Uhukk

Untuk yang kedua kalinya Lena tersedak makanan yang ia kunyah di dalam mulutnya.

Dan dengan segera Ken mengambilkan air minum untuk Lena. Sembari menepuk-nepuk punggung Lena pelan.

"Hati-hati Lena," ucap Ken melihat keadaan Lena mulai membaik.

"Te ... terimakasih."

"Jadi?"

"Jadi?" Lena tak mengerti maksut Ken.

"Ap kau tidak berniat menjawab pertanyaanku tadi?"

"Oh, emh, itu, Baiklah."

Lena menarik nafas dan membuangnya, begitu terus berulang kali hingga dirasa ia sudah mulai tenang untuk menjawab pertanyaan Ken.

"Abey adalah putriku. Aku pernah menikah dan ... dan bercerai."

"Mengapa kalian bercerai?"

"Tidak cocok," ucap Lena singkat.

"Siapa lelaki itu?"

"Pilihan orang tuaku, kami dijodohkan," sesal Lena.

Terlihat jelas guratan kesedihan di mata Lena, saat ia mengatakan bahwa ia menikah karena dijodohkan. Setidaknya itulah yang dapat dilihat Ken.

"Lalu apakah dia, emm maksutku mantan suami mu tidak pernah menjenguk Abey?"

"Hah? E ... ti ... tidak."

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang