Chapter 85

3.9K 187 9
                                    

Rate 21+

***

Kenward mengerjapkan matanya perlahan lalu tersenyum saat matanya menangkap punggung putih mulus milik Lena yang tengah membelakanginya. Dia masih tidur rupanya, batinnya saat melihat punggung polos itu bergerak teratur.

Kenward beringsut maju, merapatkan tubuhnya pada tubuh Lena. Dipeluknya tubuh polos wanita itu, lalu menyingkap selimut guna menutupi keseluruhan tubuh mereka. Kenward mendekap erat Lena, melingkarkan tangannya pada perut, dan membelitkan kakinya pada kaki Lena. Kelembutan dan aroma tubuh Lena benar-benar membuatnya gila.

Dengan sesekali menciumi pundak Lena yang tidak terjangkau selimut, Kenward tersenyum lebar membayangkan kegiatan panas mereka beberapa saat yang lalu. Sangat panas baginya hingga rasanya ia tidak ingin berhenti jika saja Lena tidak memasang wajah lelahnya, yang tentu saja membuat hatinya menjadi tidak tega.

"Wake up, Baby," bisik Ken di dekat telinga Lena. Laki-laki itu meniupkan napasnya dengan sengaja ke arah leher wanita itu, hingga membuat Lena sedikit menggeliat karena merasa terganggu, namun kembali melanjutkan tidurnya.

Kenward terkekeh pelan melihat hal tersebut. Apakah ia bertindak terlalu liar saat percintaan mereka, hingga wanitanya terlihat sangat kelelahan seperti ini?

Kenward mengeratkan pelukannya. Memberikan kecupan-kecupan kecil di sepanjang pundak Lena. Oh, wajar bukan? Ia telah berpuasa cukup lama, jadi jangan salahkan naluri kelaki-lakian yang menguasai akal sehatnya beberapa saat yang lalu.

"Baby ... Wake up ..."

"Hemmm." Lena hanya bergumam sambil menggeliat kecil.

"Aku rasa, Ray dan Abey sudah kembali sejak tadi," kata Kenward setelah melirik sekilas ke arah jarum jam dinding kamar Lena yang bertengger di angka 12. Tengah malam dan suasana apartemen terasa sangat senyap. Kenward menggelengkan kepalanya kecil. Seingatnya mereka tadi memulai kegiatan panas mereka sekitar jam empat sore, jadi kalau dihitung-hitung mereka melakukannya selama kurang lebih ...

Pantas saja dia sangat kelelahan, batin Kenward tertawa geli.

Lena yang mendengar ucapan Kenward sontak saja membuka matanya lebar-lebar. Astaga! Aku melupakan Abey, bagaimana jika gadis itu? batinnya cemas. "Bagaimana jika Abey melihat kita, Kenward? Kau ... Lepaskan aku, aku harus melihat putriku," ucap Lena yang langsung berusaha melepaskan pelukan Kenward pada tubuhnya.

"Tidak akan. Ada Ray. Dia pasti paham." Kenward berucap santai sambil menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Lena. Menghirup aromanya dalam-dalam dengan sesekali memberikan ciumannya di sana. "Don't move, atau kita akan mengulangi kegiatan panas kita sebelumnya. Tiga ronde, dan kau tidak akan bisa berjalan esok hari."

Lena meneguk ludahnya dan seketika tubuhnya menjadi kaku. Ia sedikit bergidik ngeri mendengar ucapan Kenward yang terlampau santai, namun baginya cukup mengancam. Tidak perlu tiga ronde tambahan, karena saat ini pun, Lena merasa bahwa pangkal pahanya sangat tidak nyaman dan kakinya serasa lemas untuk digerakkan.

"Tapi aku harus mengecek putriku, Kenward," desah Lena pasrah.

Kenward mencium leher Lena. Menghisap dan menggigit kecil, hingga menambah jumlah tanda yang ia buat di leher putih itu. "Aku yakin Ray sudah mengurus gadis kecil itu dengan baik. Kau tidak perlu cemas."

Lena mendengkus kesal. "Lalu kenapa kau membangunkanku, sialan! Aku sangat lelah dan kau mengacaukan tidur nyenyakku," ucap Lena setengah menggeram.

"Nope. Aku hanya ingin mengganggumu. Dan ..."

Lena mengernyitkan dahinya saat Kenward tak kunjung melanjutkan ucapannya. Sangat mencurigakan, batinnya was-was. "And what?" tanyanya penasaran.

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang