Chapter 80

3.5K 198 11
                                    

Deondray termangu saat sepasang kaki kecil berdiri tepat di hadapannya yang entah sejak kapan.

Seketika jantungnya berdentum begitu keras di dalam sana dan ia merasa jika banyak kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya. Rasa bahagia mulai memasuki tubuhnya melalui celah pori-pori, sedikit demi sedikit hingga terserap secara sempurna, menjalar begitu perlahan dalam setiap aliran darahnya. Tanpa berpikir panjang, ia mengangkat kepalanya.

Biru. Hanya satu kata itu yang memenuhi otak Deondray saat matanya bersitatap dengan netra gadis kecil di hadapannya. Iris biru yang sangat ia kenali. Iris biru yang selalu terpantul di cermin kala ia sedang berkaca. Iris biru yang sangat mirip, sama, dan serupa dengan miliknya.

Dan pandangannya turun, jatuh, berhenti pada bibir mungil milik gadis kecil di hadapannya. Senyuman itu ... Lengkung senyum yang sangat ia kenali. Yang sangat dirindukannya setengah mati dan ia bersumpah itu masih menjadi bagian terfavoritnya hingga sekarang. Sepasang sudut dengan lengkung tersempurna yang pernah ia temui.

Dan ...

"Dada?"

Deondray membeliakkan matanya, ia hampir setengah tak percaya dengan apa yang didengarnya. Dada? Gadis kecil itu memanggilnya Dada? Apakah ia sedang bermimpi?

"Dada?" ulang gadis kecil itu lagi.

Demi Tuhan ... Hanya satu kata dan Deondray merasa ia sangat bahagia saat itu juga. Suara gadis kecil itu ... Suara itu mendadak menjelma bagai alunan lagu musim semi di telinganya. Ia akan mendengar dan menyimpannya baik-baik di dalam memorinya.

"Y-ya?" Dan hanya satu kata itu yang mampu ia keluarkan dengan gugup disusul dengan sebuah senyuman yang terbit dari bibirnya.

Deondray masih terpaku. Entahlah, ia merasa menjadi sangat bodoh. Batinnya telah berteriak keras sedari tadi untuk segera membawa gadis kecil itu ke dalam dekapannya, tapi raganya mendadak kaku. Ia merasa sangat canggung, ia merasa ... Arrghh!! Rasanya seperti saat ia bertemu dengan seorang gadis cantik yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Ya, seperti itu.

"Give me hugh, Dada. Won't you?"

Habis sudah. Mencairlah sudah seluruh perasaannya. Dengan perlahan ia meraih tubuh mungil gadis kecil itu ke dalam dekapannya. Sangat perlahan seakan tubuh kecil itu adalah suatu barang yang mudah pecah dan ia harus menjaganya segenap jiwa raga.

"I miss you."

"I miss you too, Dada."

Dan mereka berpelukan. Melepas rindu. Seakan mereka pernah bertemu sebelumnya kemudian berpisah dalam jangka waktu yang lama, padahal ini adalah kali pertama bagi mereka bertemu. Deondray memeluk tubuh kecil itu erat, begitu pula sebaliknya.

"What is your name?" tanya Deondray sambil mengelus kepala Abey penuh kasih sayang dan jangan lupakan senyuman lebar yang kini menghias wajah tampannya. Netra birunya semakin menyorot indah seiring dengan kebahagiaan yang tengah memenuhi hatinya.

"Abey, Abey McKayla Dalton, Dada."

My angel, batin Deondray.

"Beautiful name, for beautiful girl." Deondray mengurai pelukannya. Ditangkupnya kedua sisi wajah putrinya. Putrinya? Bisakah ia menyebutnya putrinya saat ini? "Now, your full name is Abey Mckayla Dalton Grissham. Sounds good, right?"

Abey mengangguk kecil dan Deondray tertawa pelan. Oh ... Tawa tulusnya yang telah hilang selama lima tahun belakangan.

"Can i get some kisses, Sugar? Can i call you, Sugar? Cause you are sweet like sugar."

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang