Chapter 48

4.7K 257 8
                                    

Budayakan vote sebelum membaca

***

Oh ya, jangan lupa mampir ke cerita terbaruku ya:)
"Mavalee"
Silakan cek di work aku:)

Terimakasih

***

"Biar ku bantu."

Ken hendak meraih pegangan kursi roda yang diduduki Abey dari tangan Lena, sebelum wanita itu kembali menepis tangan Ken untuk yang kesekian kalinya.

"Aku bisa sendiri," tolak Lena.

Dengan sedikit kerepotan Lena terus berusaha mendorong kursi roda Abey menuju pelataran rumah sakit.

Abey diperbolehkan pulang setelah kondisinya membaik. Iris biru gadis kecil itu kembali memancarkan binar kebahagiaan seperti sedia kala. Bibir mungilnya senantiasa mengembangkan senyum sejak beberapa hari yang lalu, sejak ia terbangun dari tidurnya dan mendapati sosok Ken di sampingnya.

Lena tampak sangat kerepotan. Namun wanita itu tetap keras kepala menolak bantuan dari Ken. Bahu kirinya menggendong sebuah ransel yang cukup besar berisi seluruh pakaian ganti dan perlengkapan Abey selama berada di rumah sakit. Sedangkan di tangan lengan kanannya tersampir sebuah tas keluaran terbaru sebuah merk kenamaan dunia.

Sedangkan Ken?

Laki-laki itu hanya terdiam mengamati setiap gerak-gerik Lena. Berjalan dengan leluasa di belakang wanita itu tanpa membawa satupun barang di tangannya. Mengekori wanita yang tampak sangat payah itu menuju pelataran rumah sakit, dimana mobilnya telah terparkir di sana sejak semalam.

Ken mendengkus kesal. Sudah cukup ia melihat Lena yang keras kepala terlihat begitu kerepotan.

Ken sedikit mempercepat langkahnya, berusaha mensejajari langkah kecil Lena. Ken menghentikan tangan Lena yang hendak mendorong kursi roda Abey.

"Bukan saat yang tepat untuk mengedepankan sifat keras kepalamu itu saat ini," ucap Ken menatap Lena. "Lepaskan. Biarkan aku membantumu," lanjutnya melirik ke arah tangan Lena yang senantiasa memegang kursi roda Abey.

Lena berdecak. Wanita itu berbalik menatap Ken dengan tatapan yang tak kalah tajam. Lalu ia melepaskan tangannya dari kursi roda itu.

Bukan. Jika kalian berpikir bahwa Lena akan membiarkan Ken mendorong kursi roda itu untuk membantunya, kalian salah. Lena tidak berniat menyerahkan kursi roda itu pada Ken. Hal itu membuat Ken mengernyitkan dahi.

Lena melepaskan tas merk terkenalnya dan memberikannya pada Ken. Dengan sorot mata tajamnya Lena berucap, "Prada Black Saffiano Leather Tote." Setelah itu Lena juga melepaskan ransel besar yang cukup membuat bahunya terasa pegal itu lalu kembali mengarahkannya pada Ken. "Prada Rabbit Fur Backpack."

Dengan wajah bingung, Ken menerima tas-tas yang Lena berikan kepadanya. Ah ... Atau lebih tepatnya wanita itu lemparkan kepadanya, karena memang ada sedikit dorongan tenaga yang cukup kuat yang datang bersamaan dengan tas-tas itu.

Mulut Ken terkatup rapat. Laki-laki itu terdiam, namun tidak dengan otaknya. Otaknya terus bekerja sedari tadi. Apakah itu semua nama dari tas-tas ini? Atau semacam umpatan dalam bahasa lain? tanyanya dalam hati.

Melihat keterdiaman Ken, Lena menggeram kesal. "Keluaran terbaru Prada. Jika kau dengan sengaja atau tidak sengaja merusaknya. Atau jika tas itu kembali dalam keadaan cacat, kau harus menggantinya. Ingat itu. Menggantinya," tegas Lena pada Ken.

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang