Hening.
Keheningan menyeruak menyelimuti dua manusia yang tengah saling bersandar di kursi tunggu rumah sakit itu.
Lena menyandarkan kepalanya yang terasa berat ke bahu kokoh yang dengan senang hati menawarkan kenyamanan untuknya.
Di sampingnya, Kenward berusaha memeluk bahu Lena dengan satu tangannya, menelusupkan satu tangannya melalui tengkuk Lena dan dengan perlahan menarik tubuh yang nampak tengah rapuh itu agar semakin mendekat ke dalam pelukannya.
Lena diam, begitu pula dengan Kenward. Sebenarnya lelaki itu sudah merasa gatal sejak tadi, ia ingin sekali menanyakan beberapa hal kepada wanita yang kini berada di sampingnya itu, akan tetapi ia merasa bahwa saat ini Lena sedang tidak dalam kondisi yang baik, dan ia memutuskan untuk menunda keinginannya itu.
"Bertanyalah, jika ada yang ingin kau tanyakan padaku," ucap Lena memecah keheningan.
Ken mengerutkan kening mendengar ucapan Lena, bagaimana bisa wanita ini tau apa yang sedang ku fikirkan.
"Aku tau, kau ingin menanyakan beberapa hal padaku,"
"Tidak," elak Ken.
"Nathan mantan suamiku," lirih Lena.
"Aku tau. Kau bisa menceritakan itu nanti, saat kau sudah merasa lebih baik," Ken kembali mengelus bahu Lena, berusaha menenangkan wanita itu.
Lena tersenyum samar, "Kau harus mendengar ceritaku, setelah apa yang kau lakukan tadi,"
Ken terkekeh mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Saat ia menghajar Nathan, hingga laki-laki itu babak belur.
Kenward bukanlah tipikal orang yang mengedepankan emosi, ia juga bukan laki-laki yang arrogan, ia selalu menggunakan akal sehatnya untuk berpikir daripada menggunakan ototnya untuk menyelesaikan masalah.
Tapi entah apa yang terjadi pada dirinya, melihat Lena terisak dan meronta di dalam pelukan laki-laki lain, membuat darahnya mendidih seketika. Yang ia pikirkan saat itu hanyalah menghabisi laki-laki yang berani menyentuh miliknya. Miliknya?
"Baiklah, aku akan mendengarkan dengan senang hati,"
"Nathan mantan suamiku. Kami menikah karena kami dijodohkan. Ayah Nathan teman lama Dad. Waktu itu umurku baru menginjak 20 tahun, suatu hari Dad memintaku untuk bertemu dengan anak temannya. Tanpa curiga aku dengan senang hati menuruti permintaan Dad dan sejak saat itu kami mulai saling mengenal satu sama lain. Saat pertama kali aku bertemu Nathan, ia sosok yang dewasa dan juga tampan di mataku. Senyumnya, matanya, alis tebalnya, semua, aku langsung menyukai semua yang ada padanya secara fisik saat bertemu dengannya saat itu," Lena tersenyum mengingat pertemuan pertamanya dengan Nathan.
Ken mengepalkan tangannya tidak suka saat mendengar Lena menyukai Nathan, walaupun baru sebatas fisiknya saja.
"Nathan laki-laki pertama yang aku sukai setelah Dad. Setiap bertemu denganku ia selalu bersikap baik, ia juga terlihat menyayangiku. Beberapa bulan setelah aku mengenal Nathan, Dad memberitahuku mengenai kesepakatan antara Dad dengan ayah Nathan mengenai perjodohan. Karena aku menyukai Nathan dan juga melihat sikap Nathan yang baik padaku, aku memutuskan menerima perjodohan itu," Lena menjeda ceritanya sejenak, ia menghela nafas panjang seakan mencari kekuatan untuk melanjutkan ceritanya.
Ken mengerti keadaan Lena. Wanita itu nampak sedang mencari kekuatan untuk melanjutkan ceritanya, dan Ken dengan sabar menunggu hingga Lena siap untuk melanjutkan ceritanya, meskipun ia begitu penasaran dengan kelanjutan cerita itu.
"Beberapa bulan setelah kami menikah. Meskipun aku harus kehilangan sebagian masa mudaku, tetapi aku merasa bahagia, karena aku menikah dengan Nathan, laki-laki yang aku sukai. Begitu pula dengan Mom dan Dad, mereka terlihat bahagia melihat aku menikah dengan pria pilihan mereka. Kau tau bukan? Setiap orang tua pasti akan memberikan yang terbaik bagi putrinya, begitu pula dengan Mom dan Dad, menurut mereka Nathan adalah yang terbaik untukku," Lena kembali menjeda ceritanya, ia kembali menghela nafas sedikit lebih lama dari yang sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magdalena (END)
RomanceRomance Story 18+ | Copyright ©2018 | Follow Sebelum Membaca ••• Plakk!! Sebuah pukulan diberikan oleh Lena kepada laki-laki yang tengah sibuk dengan fikiran mesumnya itu, "Tidak usah berpikiran macam-macam. Yang dimaksud Abey, susu formula, bukan...