"Selamat siang, Mr. Kenward yang terhormat, sahabat sekaligus saudara berengsekku tersayang. Bagaimana kabarmu, hem?" tanya seorang laki-laki seraya membawa langkahnya masuk ke dalam ruang kerja Ken. Sebelah kakinya ia gunakan untuk menutup pintu, karena ia sungguh malas untuk berbalik.
Laki-laki itu berjalan gontai menuju sofa ruang kerja Ken dengan kedua tangan berusaha melepas tautan kancing jasnya. Menghempaskan tubuh atletisnya di sana, menyandarkan punggungnya, serta mengangkat sebelah kakinya, menopangkan pada sebelah kakinya yang lain.
Ken berdecak kesal mendengar suara itu. Namun, alih-alih membalas sapaan yang ditujukan kepadanya, Ken lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Membaca dengan teliti setiap kata yang tertoreh dalam berkas-berkas yang kini berserakan memenuhi meja kerjanya.
Ken sesekali memijat pangkal hidungnya, menandakan betapa peningnya pikirannya saat ini.
Mengurusi perusahaan sebesar Nikolai Corp memang tidaklah mudah. Belum lagi jika para pemegang saham mulai cerewet dan menuntut ini itu padanya. Ken berani bertaruh jika ia bisa mendadak gila nantinya, jika ia tidak berusaha dengan segera menghentikan dan menutup mulut para pemegang saham agar tidak mengoceh terlalu lama.
Ken mendesah pelan. Diletakkannya kembali bolpoin berwarna hitam yang sedari tadi menemaninya bekerja itu ke atas meja. Ken merenggangkan tubuhnya, memijat tengkuknya yang terasa kaku, lantas menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya.
Ken mendongakkan wajahnya, menatap langit-langit ruang kerjanya. Ia harus segera membicarakan hal itu pada Nick, mencari langkah yang tepat agar bisa membungkam mulut para pemegang saham yang mulai mengoceh dan merecoki pekerjaannya. Ken sungguh tidak bisa bekerja secara leluasa jika para pemegang saham itu selalu mengomentari segala tindakannya. Mereka terlalu bebas mengungkapkan pendapat hingga kebablasan dan Ken harus segera menghentikannya.
"Ada apa kau kesini?" tanya Ken setelah mengalihkan pandangannya pada sosok yang kini tengah bersantai di sofa ruang kerjanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Darius)
"Merindukan Lena tentu saja. Ahh ... Sudah lama aku tidak melihat wanita cantik itu," jawab laki-laki itu dengan senyuman lebarnya. Mendadak ia membayangkan wajah cantik Lena yang sudah hampir satu bulan ini tak dilihatnya.
Mendengar jawaban sahabatnya, Ken tak tinggal diam. Dengan gerakan secepat kilat, ia meraih bolpoinnya lantas melemparkannya ke arah sahabatnya itu.
"Aww!! What the!! Apa yang kau lakukan, Dude! Kau berniat mencederai wajah tampanku, huh?!" protes Darius sambil mengelus dahinya yang terkena lemparan bolpoin Ken.