Chapter 43

4.8K 269 15
                                    

Mari budayakan Vote sebelum membaca:) Biar afdol wqwq

***

Manchaster International Airport. Lena, Abey, dan Nathan nampak tengah duduk di kursi tunggu besi yang disediakan oleh pihak bandara bersama dengan beberapa penumpang lain yang sama menunggunya seperti mereka. Penerbangan delay selama tiga jam karena cuaca sedang tidak bersahabat.

"Kapan Dad Nath pulang?" tanya Abey untuk kesekian kalinya.

Nathan tersenyum lembut. Rasanya menyenangkan ketika seseorang menanti kepulanganmu, bahkan di saat kau belum benar-benar pergi. Kehangatan mulai menjalar di rongga dada Nathan, betapa ia mulai menyayangi bocah kecil bermata biru di depannya ini.

(Nathan)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Nathan)

"Secepatnya Dad akan pulang. Sesuai rencana, Dad hanya akan pergi selama satu minggu, Princess," jawab Nathan dengan sabar.

"Satu minggu sangat lama Dad. Aku pasti bosan kalena tidak punya teman belmain lagi di apaltemen. Mom tidak pandai belmain game online sepeltimu," gerutu Abey dengan mencebikkan bibirnya.

Lena memutar bola matanya. Ia kesal. Akhir-akhir ini Abey sangat suka bermain game online, sedangkan ia bahkan tidak memahami cara bermain game-game online itu. Lena memang pintar, hanya saja ia agak lemah dalam penggunaan otak kanannya, hingga ia kurang pandai dalam masalah yang satu ini.

Beruntung ada Nathan yang bisa menemani Abey, tanpa ia harus mencari-cari alasan jika Abey kembali mempertanyakan perihal Ken yang biasanya menemani bocah itu bermain game online, Ken yang kini tak pernah mengunjunginya lagi, dan bahkan untuk sekedar mengingatnya. Mungkin.

Nathan meraih Abey ke atas pangkuannya. "Oke, Dad janji. Dad akan menyelesaikan urusan Dad secepatnya, agar Dad bisa segera pulang, menemanimu bermain game," kata Nathan.

Abey tersenyum lebar. Ia mengarahkan jari kelingkingnya ke arah Nathan.

"Promise?" tanya bocah itu.

Nathan mengulurkan jari kelingkingnya, menautkannya dengan jari kelingking Abey yang nampak sangat kecil itu.

"Promise," jawab Nathan.

Abey tersenyum semakin lebar. Kemudian ia mencium pipi laki-laki itu sekilas.

Nathan mencubit hidung kecil Abey. "Kau menggemaskan, seperti Mommy-mu," ucap Nathan sedikit melirik ke arah Lena.

Lena kembali memutar bola matanya. Dasar pria, semua sama saja.

"Ada masalah apa hingga kau harus terbang ke Paris hari ini juga? Apakah Mom baik-baik saja?" tanya Lena tanpa ingin menanggapi celotehan Nathan.

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang