Seluruh orang di lobby perusahaan ternama di Kota Manchaster, tengah memusatkan pandangannya pada sepasang pria dan wanita yang baru turun dari mobil.
Merasa menjadi pusat perhatian, Lena hanya bisa menundukkan kepalanya seraya berjalan cepat meninggalkan Ken di belakangnya.
Pasti mereka berfikir yang tidak-tidak tentangku. Sekretaris jalang. Perempuan tidak tahu malu. Perempuan matrealistis. Perempuan tidak tahu diri. Huft, batin Lena.
Itulah yang difikirkan Lena. Bagaimana tidak, tatapan yang ditujukan kepadanya, penuh dengan tatapan meremehkan dan terkesan jijik pada Lena.
Lena sadar jika ia telah berbuat kesalahan. Seharusnya dia tidak berangkat bersama dengan Ken, apalagi satu mobil dengan atasannya itu.
Ken adalah pimpinan perusahaan yang dikenal sangat dingin dan terkesan masa bodoh dengan para bawahannya. Dan kini, ia terlihat berangkat bersama dengan salah satu bawahannya, ditambah dengan keterangan satu mobil.
Melihat Lena yang berjalan mendahuluinya, Ken segera berlari mengejar Lena sebelum pintu lift yang dimasuki Lena tertutup. Alhasil, di dalam lift itu hanya ada Lena dan Ken.
"Kenapa kau meninggalkanku? Bukankah, aku telah berbaik hati mengantarkanmu tadi?"
"Sa ... saya."
"Ada apa?"
"Sebaiknya besuk anda tidak perlu mengantar dan berangkat bersama dengan saya, Mr. Ken."
Ken menaikkan alisnya tanda tidak mengerti maksut Lena. "Apa maksutmu?"
"Apakah anda tidak menyadari bagaimana tatapan mereka tadi terhadap saya?"
Ken mengangguk mulai mengerti arah pembicaraan Lena. "Tapi mulai besuk aku akan tetap mengantarmu, karena Abey adalah putriku."
Lena membelalakkan matanya. "Apa?!"
"Bukankah Abey memanggilku daddy, jadi dia putriku."
"Iya benar. Tapi anda tidak perlu repot-repot untuk menjadi ayah sungguhan bagi Abey."
"Aku tidak repot."
"Tapi tidak bisa seperti itu Mr. Ken."
"Kenapa?"
"Karena anda bukan ayah kandung Abey."
"Aku tidak masalah."
"Tapi bagaimana jika orang lain tahu?"
"Lebih bagus."
"Apa?! Nanti mereka semakin berfikiran yang tidak-tidak terhadap saya, Mr. Ken."
"Ssttt! Jangan hiraukan mereka," ucap Ken dengan satu jari telunjuknya yang ia letakkan di bibir Lena.
Tubuh Lena menegang. Ia gugup dengan perlakuan Ken itu. Sedetik kemudian Lena melihat Ken mulai mendekatkan wajahnya ke arah Lena. Lena hanya bisa terdiam dan mulai memejamkan matanya.
Sapuan lembut terasa di bibir Lena. Sapuan itu berubah menjadi kecupan perlahan yang semakin intens dan dalam.
Setelah beberapa saat, Lena yang mulai mendapati kewarasannya kembali mulai mendorong tubuh Ken, hingga pagutan itu terlepas.
Ting!!
Lena segera keluar dari lift, dan meninggalkan Ken. Lena berjalan cepat menuju mejanya seraya mengatur nafasnya yang terengah-engah dan menormalkan detak jantungnya yang berdebar melewati batas kewajaran.
Lena tau pasti sekarang wajahnya sudah sangat memerah menahan malu dan marah karena perlakuan Ken tadi.
Kenapa dia bisa melakukan itu? Apa dia lupa kalau ini di kantor? Bagaimana jika ada yang melihat? Dia sungguh tidak waras, batin Lena tak habis fikir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Magdalena (END)
RomantikRomance Story 18+ | Copyright ©2018 | Follow Sebelum Membaca ••• Plakk!! Sebuah pukulan diberikan oleh Lena kepada laki-laki yang tengah sibuk dengan fikiran mesumnya itu, "Tidak usah berpikiran macam-macam. Yang dimaksud Abey, susu formula, bukan...