Chapter 84

3.8K 205 22
                                    

Rate: 21+

***

"Dada! Dada! Dada! Stop it!"

Suara gelak tawa Abey memenuhi seluruh penjuru apartemen Lena. Gadis kecil itu tertawa lepas sambil menggeliatkan tubuh kecilnya ke kanan-kiri guna menghindari serangan tangan Deondray yang sedari tadi menggelitiki area perutnya yang sedikit buncit.

Sementara itu, Deondray yang mendengar suara memohon ampun dari putrinya tidak serta merta menghentikan tangan jahilnya, yang ada Deondray justru terus melancarkan aksinya hingga bocah itu sedikit mengeluarkan air mata di ujung matanya.

"This is very amused, Dada!" Lagi dan lagi, Abey berusaha meminta sang ayah untuk menghentikan gerakan tangannya yang sangat terasa menggelikan itu.

"No, Sugar. Terimalah balasan dari Dada karena kau sudah mengerjai Dada tadi," sahut Deondray tak ingin menyudahi aksi pembalasan yang tengah dilakukannya itu.

Di sisi lain ruang tamu, Kenward dan Lena duduk bersisian di atas sofa. Melihat bagaimana bahagianya Abey bersama dengan Ray, membuat Lena tidak ingin merusak momen kebersamaan sepasang ayah dan anak itu. Jadilah, dia hanya duduk sambil mengamati peperangan di antara keduanya.

"Dia baik-baik saja," ucap Lena sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Kenward. Matanya tak pernah lepas menatap sepasang ayah dan anak yang mulai bergulingan kesana-kemari dengan Abey yang terkikik geli di atas tubuh laki-laki itu.

"Dia lebih dari baik-baik saja, Baby. Lihatlah, dia bersama malaikat kecilnya, tidak ada alasan untuknya untuk merasa tidak baik-baik saja, bukan?" balas Kenward sambil tersenyum menatap Lena yang tersenyum bahagia dalam pelukannya. Oh ... Tidak tahukah wanita ini jika posisi mereka mulai membuat sesuatu dalam dirinya bangun?

Kenward memejamkan mata berusaha melenyapkan pikiran kotornya. Ia juga tak habis pikir. Padahal Lena hanya memeluknya seperti biasa, tapi kenapa kali ini terasa sangat menyiksa untuknya?

Lena mengangguk tanpa mempedulikan ekspresi Kenward yang mulai gusar. "Dia memang malaikat. Seperti namanya, Mckayla." Lena mengernyitkan dahinya beberapa saat. Lalu menghembuskan napas pelan. "Kenapa dia sangat cantik? Aku yakin, aku akan kewalahan meladeni para pemuda di luaran sana nanti saat gadis itu memasuki masa remajanya," cemasnya.

Seakan baru menyadari jika putrinya memiliki wajah yang sangat cantik dengan mata berwarna biru laut, Lena mulai merasa was-was. Ia berani bertaruh jika kelak akan ada banyak pemuda yang mendatanginya demi bisa mendekati putrinya itu.

"Kita akan menjaganya bersama-sama, Baby," kata Ken dengan suaranya yang mulai serak. Demi Tuhan, sesuatu itu mulai menggeliat di bawah sana. "Aku yang akan menyeleksi langsung setiap pemuda yang ingin mendekati putriku. Kalau perlu kita akan menempatkan beberapa pengawal untuk menemani kemanapun gadis itu pergi nantinya."

"Kita harus melakukan itu, Kenward."

Dan entah setan mana yang merasuki otaknya. Ketika Lena menyebutkan namanya, yang terdengar di telinga Ken justru seperti sebuah desahan yang semakin membuat gejolak dalam dirinya meningkat hingga seribu persen. Kenward tidak bisa untuk tidak menghiraukan hal itu. Bagaimanapun, itu sangat tidak mengenakkan.

"Ya, sepertinya kita memang harus melakukan hal itu, Baby," ucap Kenward dengan makna lain. Raut wajahnya yang mulai menampilkan sebuah seringaian seharusnya cukup untuk membuat Lena merasa waspada. Tapi, sayangnya Lena belum menyadari hal itu.

"Sepertinya kita harus melakukan hal itu secepatnya, Kenward. Menunggu hingga gadis itu remaja sepertinya sangat berisiko. Aku pikir akan banyak pemuda yang mendekati Abey bahkan sebelum gadis itu beranjak remaja. Bagaimana dengan para pedofilia yang berkeliaran di luar sana? Oh ... Aku tidak mau mengambil risiko sekecil apapun, Ken."

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang