Chapter 79

3K 195 17
                                    

"Mommy!!"

Abey berlari dengan sepasang kaki mungilnya menuju ranjang rumah sakit dimana Lena kini tengah duduk bersandar dengan sebuah nampan berisi makan siang di pangkuannya. Magdalena seketika berkaca-kaca saat melihat putri kecilnya tersenyum lebar dan menatapnya dengan mata biru yang berbinar bahagia. Putri kecilnya. Malaikatnya.

"Hei, putri Mommy!! Come here, little girl!!" Lena segera mengangkat nampan berisi makan siangnya yang belum sempat ia sentuh itu lantas meletakkannya di atas nakas di samping ranjangnya. Wanita itu lalu menjulurkan kedua tangannya ke bawah dan membantu mengangkat tubuh putri kecilnya yang terlihat tengah kesusahan menaiki ranjangnya, "Hati-hati, Sweety."

"Abey lindu Mommy." Abey memeluk Lena erat-erat. "Kenapa Mommy pelgi lama sekali? Kenapa Mommy tidak mengajak Abey?" tanya bocah kecil itu dengan air mata yang mulai bercucuran.

"Mommy lebih merindukanmu, Sweety. Sssttt ... Don't cry, please?" Lena mengusap air mata yang mengalir di pipi tembam putrinya lalu kembali memeluk bocah kecil itu erat, seolah tak ada lagi hari esok, seolah ia takut kehilangan.

"Apa kau sudah makan? Dan dengan siapa kau ke sini? Daddy Ken atau Daddy Nath?"

"Dad Ken, Mom."

"Lalu dimana Dad Ken-mu sekarang, hem?" tanya Lena bingung saat Kenward tak juga muncul.

"Daddy sedang membelikan ice cleam untukku, Mom."

"Ice cream?" tanya Lena memastikan dan bocah kecil itu hanya menganggukkan kepala dengan takut.

"Ok, it's okay, kali ini Mommy tidak akan memarahimu. Sebagai gantinya, can i get some kisses?" Lena mengurai pelukannya dan menangkup kedua sisi wajah cantik putrinya. Oh ... Putrinya semakin hari semakin cantik saja dan Lena dalam hati harus mulai memikirkan strategi untuk menjaga putrinya kelak dari pria-pria berengsek di luaran sana. Lena tidak akan rela jika putrinya disakiti orang lain.

Abey mengangguk dan tersenyum cerah hingga menampilkan deretan giginya yang tertata rapi. Gadis kecil itu langsung saja menciumi seluruh wajah Lena tanpa terkecuali. Mulai dari kening, mata, pipi, hidung, dan bibir. Dan Lena hanya tertawa bahagia setelahnya.

"Oh ... Love you so much, Sweety."

"Love you too, Mommy."

Dan setelahnya yang dilakukan sepasang ibu dan anak itu hanya berpelukan, bercanda, dan bertukar cerita atau lebih tepatnya Lena yang mendengarkan celotehan gadis kecil itu secara seksama. Gadis itu begitu bersemangat menceritakan kegiatan sehari-harinya selama Lena tidak ada di sampingnya. Mulai dari bermain bersama Uncle Daniel di taman kota, belajar membuat roti bersama Grandma Rose, hingga ...

"Mommy, where are they?" tanya gadis kecil itu dengan mata berbinar terang. Netra biru itu terlihat semakin indah, apalagi jika dilihat dari jarak yang begitu dekat. Sangat menenggelamkan. Sebiru Samudra Atlantik yang dalam, namun dalam versi hangat.

"They? Who?"

Gadis kecil itu mengerjap beberapa kali, lalu berkata, "They are, Mommy ... Baby boy."

Lena membelalakkan matanya. "Ba-baby boy?" tanyanya memastikan.

"Yeah! Kata Daddy Ken, aku akan mendapatkan baby boy setelah Mommy kembali. Double baby boy, Mommy. Where are they, Mommy?" cecar gadis kecil itu dengan antusias.

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang