Lena menggeliatkan tubuhnya kecil saat sebuah usapan lembut ia rasakan di pipi kirinya.
"Aunty?"
Suara seorang anak kecil membangunkannya dari tidurnya. Lena mengerjapkan matanya perlahan.
Seorang anak laki-laki berambut cokelat dengan poni menutupi dahinya berdiri di samping ranjang. Anak itu menatapnya lama sebelum kemudian tersenyum lebar hingga menampakkan giginya yang tidak lengkap, dua gigi bawahnya tanggal, namun itu justru menambah kesan menggemaskan. Ditambah dengan kedua pipi gembil yang memerah ... Lena tersenyum lembut, seketika ia teringat akan Abey.
"Hai," sapa Lena lemah. Ia merasa seluruh tubuhnya sakit.
"Aunty ... Demam ..." ucap anak itu terlihat khawatir. Bocah laki-laki itu kemudian berusaha menaiki ranjang dan duduk dengan tenang di sebelah Lena yang masih dalam posisinya semula, berbaring dengan tubuh tertutup selimut hingga sebatas pinggang.
"Bagaimana kau bisa masuk ke sini?" tanya Lena. Karena seingatnya, kamar yang ia tempati selalu dalam keadaan terkunci dari luar dan selama dua hari ini hanya si Paman---laki-laki yang ia ketahui bernama Elias---dan dua orang pelayan perempuan yang dapat masuk ke dalam kamar itu.
"Evrard, Aunty. Namaku Evrard," kata bocah kecil itu memperkenalkan dirinya tanpa berniat menjawab pertanyaan yang Lena ajukan.
Lena mengangguk. Ia lalu mengusap pelan rambut cokelat bocah laki-laki itu. "Kembalilah, Evrard, nanti mommy-mu mencarimu," kata Lena.
Evrard menggeleng. "Tidak. Mommy sedang berbicara banyak dengan Dad. Evrard mau di sini saja. Aunty? Kenapa tangan Aunty diikat seperti itu? Apa tidak sakit?"
Lena tersenyum. Lena lalu dengan segera memasukkan kembali tangannya ke dalam selimut. "Apa Daddy-mu bernama Seth?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. Karena tidak mungkin bukan jika ia harus mengatakan bahwa ia sedang diculik?
Evrard kembali menggeleng. "He is my uncle, Aunty. Uncle Seth, aku tidak menyukainya. Aku benci uncle Seth. Uncle Seth sering menjahiliku." Evrard terlihat mengerucutkan bibirnya dan menyilangkan tangannya di depan dada. Hal itu membuat Lena tersenyum simpul. Evrard lucu dan menggemaskan.
"Aunty?"
"Ya?"
"Kenapa Aunty di sini? Aku tidur di kamar di sebelah kamar aunty, kenapa aku baru tahu kalau ada Aunty di sini? Kenapa Aunty tidak makan bersama-sama denganku, Dad, Mom, dan Uncle Seth?" tanya Evrard dengan wajah polosnya. Kekesalannya pada Seth menghilang entah kemana berganti dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Lena menghela napas dan tersenyum, "Aunty tidak bisa keluar, Evrard."
"Ayo keluar denganku, Aunty!" Evrard turun dari ranjang dan tangan kecilnya menarik pelan lengan baju Lena yang sudah beberapa hari ini melekat di tubuhnya. Lena tersenyum kecut. Ia tidak akan pernah bisa keluar. Ia kini tahu, pembalasan semacam apa yang akan dilakukan si Paman padanya.
"Aunty lebih suka disini, Evrard. Pergilah. Nanti Mommy-mu marah."
Evrard menggeleng. Bocah laki-laki itu tampaknya tetap kekeuh meminta Lena untuk keluar bersamanya. "Aunty sakit. Ayo, Aunty, kita harus bertemu Mom! Mom pasti punya obat untuk menyembuhkan Aunty."
"Evrard! Mom-mu mencarimu." Seth tiba-tiba saja masuk dan langsung mengangkat tubuh kecil Evrard ke dalam gendongannya. "Ayo!" kata Seth sambil membalikkan tubuh, berjalan menuju pintu, sedangkan Evrard, bocah itu meronta dan memukul-mukul punggung Seth dengan tangan kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magdalena (END)
RomansaRomance Story 18+ | Copyright ©2018 | Follow Sebelum Membaca ••• Plakk!! Sebuah pukulan diberikan oleh Lena kepada laki-laki yang tengah sibuk dengan fikiran mesumnya itu, "Tidak usah berpikiran macam-macam. Yang dimaksud Abey, susu formula, bukan...