Chapter 70

3.1K 178 0
                                    

"Whele is mommy, Dad?" tanya Abey dengan raut polosnya. Mata bulat gadis kecil itu mengerjap beberapa kali, menunggu jawaban dari Nathan atas pertanyaannya.

Nathan meraih tubuh kecil Abey ke pangkuannya. "Mungkin, mommy sedang dalam perjalanan. Emm ... Apa kau sudah lapar?"

Abey mengangguk cepat.

"Baiklah. Kau tunggu di sini dulu, Dad akan memesankan makanan untuk makan malam kita. Okay?" tanya Nathan seraya menurunkan Abey dan mendudukkan gadis kecil itu di sofa.

"Aku mau es klim vanilla, Dad. Apakah boleh?"

Nathan mengangguk sambil mengelus pipi tembam gadis kecil itu. "Tentu, Sweetheart. Tunggu sebentar, okay?"

"Thank you, Dad."

Nathan meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja lantas berlalu, meninggalkan gadis kecil itu di ruang tamu dengan beberapa boneka barbienya.

Nathan menghela napas panjang. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Semburat jingga yang semula menghiasi ufuk barat telah hilang, berganti dengan gelapnya malam beserta kerlip bintang di angkasa.

Nathan mengecek ponselnya, memastikan kembali jika tidak ada satupun panggilan atau pesan masuk dari Lena. Dan memang benar, wanita itu sama sekali tidak menghubunginya.

Nathan menghela napas kasar. Kecemasan laki-laki itu semakin menjadi. Lena berjanji hanya akan pergi sebentar, namun nyatanya hingga saat ini wanita itu belum juga kembali.

"Oh ... Shit!!" umpat Nathan seraya meninjukan kepalan tangannya ke arah tembok. Napas laki-laki itu kini naik turun seiring dengan rasa cemas dan marah yang bercampur menjadi satu.

Nathan benar-benar menyesal karena telah mengijinkan wanita itu pergi bersama si bajingan berengsek yang baru dikenalnya. Nathan bersumpah akan membunuh bajingan itu dengan tangannya sendiri jika sampai sesuatu terjadi pada Lena.

"Bajingan berengsek!!" umpat laki-laki itu lagi sebelum kemudian kembali menekuri ponselnya.

Jari-jemarinya bergerak lincah di atas layar. Hanya satu nama yang terlintas dalam benaknya. Kenward. Ya, ia akan mencoba menanyakan keberadaan wanita itu pada laki-laki itu, karena bisa jadi wanita itu tengah menyelesaikan masalah yang terjadi di antara mereka.

"Dimana Lena?!" tanya Nathan cepat setelah beberapa saat kemudian Ken menjawab panggilan teleponnya.

***

Kenward melirik sekilas ke arah ponselnya yang terus berbunyi. Meskipun ia telah mengabaikan panggilan masuk itu sedari tadi, akan tetapi tampaknya sang penelepon sangatlah gigih hingga terus mengulang panggilannya hingga beberapa kali.

Kenward menyerah. Mau bagaimanapun juga, ia tak akan bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya jika ponselnya terus berbunyi seperti itu. Sangat-sangat mengganggu, batinnya.

Kenward berdecak kesal seraya menghempaskan beberapa berkas di tangannya ke atas meja. Lantas ia beralih meraih ponselnya, dan sejurus kemudian keningnya mulai mengerut ketika mendapati nama Nathan tertera di sana. Tanpa banyak berpikir, Kenward segera menerima panggilan itu.

"What's wrong, Jerk? Kau sangat ...,"

"Dimana Lena?!" suara Nathan yang terdengar panik dan terkesan terburu-buru menginterupsinya.

Kenward terdiam. Laki-laki itu mengerutkan dahinya hingga kedua ujung alis tebalnya saling bertemu. Kenward bertanya-tanya dalam hati apa maksud dari pertanyaan Nathan. Yang benar saja! Ia bahkan tidak berkomunikasi sama sekali dengan wanita itu sejak malam itu.

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang