Psstt...
Nathan ada di mulmed(♥ω♥*)12.02.2019
#els•••
Lena duduk termangu di sebuah kursi malas balkon apartemen miliknya. Angin sore hari menerpa wajahnya dengan begitu leluasa. Terasa begitu dingin, namun hal itu sama sekali tak dihiraukannya. Yang ada dalam benaknya saat ini hanyalah Kenward. Laki-lakinya.
Cuaca kota Manchaster, Inggris yang berawan sore itu terasa begitu pas dengan suasana hatinya. Hati Lena tak jauh berbeda. Berawan. Tidak ada semburat cahaya apapun, terutama jingga sore hari yang begitu disukai kebanyakan orang. Semuanya nyaris gelap, tertutupi awan kehitaman yang berarak dengan lamban, membawa sekumpulan uap air yang siap untuk dijatuhkan.
Lena mendesah pelan. Laki-lakinya? Masih pantaskah ia menyebut Kenward sebagai laki-lakinya setelah apa yang ia lakukan pada laki-laki itu kemarin malam?
Lena tersenyum tipis. Bodoh, pikirnya.
Ingatan Lena kembali melanglang buana. Membawanya pada kejadian kemarin malam. Saat laki-laki itu memintanya untuk menjadi istrinya. Istri. Manis bukan? Ya, tentu saja.
Namun, apa balasan yang ia berikan? Ia bahkan tanpa hati, mematahkan hati laki-laki itu. Dengan egoisnya ia menuduh laki-laki itu bermain-main dengan ucapannya, sedangkan ia dapat dengan jelas melihat ketulusan dan keseriusan yang terpancar dari mata tajam itu.
Dan lihatlah sekarang, ia berhasil. Ya, sangat berhasil dalam membuat laki-laki itu pergi dari kehidupannya. Laki-laki itu benar-benar meninggalkannya seorang diri. Seperti malam itu, saat kejadian itu, saat ia mematahkan hati laki-laki itu.
Lena memejamkan matanya dan yang ia temui adalah raut wajah Kenward malam itu. Raut wajah penuh kemarahan dan kekecewaan. Namun, Lena dapat melihat dengan jelas, kekecewaan lebih mendominasi. Sorot mata laki-laki itu ... Lena mengepalkan tangannya erat. Laki-laki itu benar-benar kecewa padanya.
Lena membuka matanya, tanpa sadar kedua matanya kembali berkaca-kaca. Lagi? Setelah semalaman ia menyesali dan menangisi perbuatannya terhadap laki-laki itu, menangisi kepergian laki-laki itu, apa ia harus menangis lagi hari ini? Lena mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha agar air yang menggenang tidak kembali jatuh.
Namun, ia gagal. Lena melupakan satu hal, bahwa ia selalu kalah dalam hal ini.
Lena terisak pelan. Diangkatnya kedua kakinya ke atas kursi malas yang ia tempati. Dibawanya kedua lututnya ke dalam pelukannya. Melanjutkan tangisannya.
Lena menikmati penyesalan atas kebodohannya sendiri sore itu.
***
Nathan, menatap wanita itu sedari tadi tanpa berniat mengganggu atau menyudahi tatapannya. Nathan memilih untuk bungkam dan mengawasi dari tempatnya, dari balkon apartmennya yang letaknya persis bersebelahan dengan apartemen milik wanita itu. Dari sanalah, Nathan dapat mengamati setiap gerak-gerik wanita itu dengan jelas. Nathan tau wanita itu sedang menangis, namun ia tidak tau apa alasan dibalik tangisan wanita itu.
Nathan melirik jam tangan miliknya. Lalu ia menghela napasnya. Sudah satu jam setelah ia menemukan wanita itu duduk di balkon apartemen seorang diri sambil menangis dan hingga kini wanita itu belum juga menghentikan tangisnya. Yang benar saja! Apakah semenyedihkan itu?
Nathan masih memperhatikan wanita yang kini tengah terdiam itu. Tangan Nathan terulur untuk melonggarkan dasi yang tengah ia kenakan, tanpa mengalihkan tatapannya dari wanita itu tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magdalena (END)
Любовные романыRomance Story 18+ | Copyright ©2018 | Follow Sebelum Membaca ••• Plakk!! Sebuah pukulan diberikan oleh Lena kepada laki-laki yang tengah sibuk dengan fikiran mesumnya itu, "Tidak usah berpikiran macam-macam. Yang dimaksud Abey, susu formula, bukan...