Nathan ada di multimedia ya, silakan diintip:) Lumayanlah, penyegaran, ehehe:)
#els
***
Lena terbangun dari tidurnya dengan rasa yang tidak nyaman pada kedua matanya. Terasa begitu berat dan kaku. Lena menyingkap selimutnya dan bergegas menuju kamar mandi. Wajah bangun tidur miliknya harus segera terkena air agar terlihat lebih segar dan tidak begitu menyedihkan.
Lena menepuk-nepuk pelan kedua pipinya yang telah basah oleh air. Lantas ia mendongakkan kepalanya, menatap pantulan dirinya sendiri pada cermin wastafel. Lena menghela napas saat mendapati kedua matanya yang terlihat bengkak dan sembap. Ditambah dengan lingkaran hitam yang begitu jelas terlihat di sana.
Lena mendesah pelan, sebelum melengos ke arah lain.
Lena tak lagi mampu melihat pantulan dirinya sendiri lagi. Wajahnya terlihat begitu mengerikan. Dalam hati Lena menyesali perbuatannya semalam.
Lena keluar dari kamar mandi setelah menggosok gigi. Ia membawa langkahnya menuju ranjang. Ya, Lena berniat untuk kembali tidur. Ia ingin kembali merebahkan tubuhnya, menikmati kenyamanan yang ditawarkan oleh ranjangnya. Lena begitu ingin mengubur dirinya dalam-dalam, dibawah selimut tebalnya. Mencari kehangatan di sana, untuk mengimbangi kebekuan hatinya.
Lena menghentikan langkahnya, tepat beberapa langkah dari ranjang. Mendadak ia teringat akan Abey. Putri kecilnya.
Lena melihat ke arah jam dinding. Lantas tersenyum tipis. Masih terlalu pagi dan sudah pasti putri kecilnya belum terjaga, begitu pikirnya.
Lena merasa bimbang. Apakah ia harus melanjutkan langkahnya ke arah ranjang dan meneruskan tidurnya atau menyambangi kamar putri kecilnya. Lena berpikir sejenak untuk beberapa saat hingga ia memutuskan untuk menuju dapur menyiapkan sarapan untuk putrinya.
Lena hendak membuka pintu kamarnya sebelum bunyi ponsel miliknya berhasil memecah suasana hening yang sedari tadi terpelihara. Lena membalikkan tubuhnya, mengubah rute langkahnya, mendekati meja rias dan dengan segera meraih ponselnya.
Lena mengernyitkan dahinya saat ia mendapati sebuah nomor asing tertera di layar ponselnya. Dengan ragu yang didominasi rasa malas, Lena menerima panggilan itu.
Lena membawa ponselnya mendekat ke telinga dan terdiam, menunggu seseorang di seberang yang tidak ia ketahui siapa orangnya itu terlebih dahulu membuka pembicaraan. Lena tidak terlalu menaruh minat pada hal-hal baru. Lena selalu membiarkan mereka untuk memperkenalkan diri daripada mengajak mereka untuk berkenalan. Katakanlah Lena sombong dan ia tidak akan peduli.
"Hallo."
Lena mengangkat wajahnya, memandangi langit-langit kamarnya berusaha mengingat-ingat suara berat yang sepertinya tidak asing baginya itu. Butuh beberapa detik bagi Lena untuk mengingat, hingga kemudian ...
"Mr. Deondray?" tanya Lena ragu. Ia menggigit bibir bawahnya, berharap-harap cemas jika tebakan dan juga ingatannya tidaklah salah.
"Hai, Magdalena. Senang karena kamu mengingat suaraku."
Lena menghembuskan napas pelan. Ia begitu lega, karena tebakannya benar dan ingatannya masih bagus. Setidaknya, Lena tidak perlu merasakan malu di pagi hari, jika seandainya tebakannya salah.
"Tentu saja, Mr. ...,"
"Just call me, Ray."
"O-Okay, Ray? Of course aku mengenali suaramu. Karena rasanya tidak begitu asing."
![](https://img.wattpad.com/cover/157988648-288-k307861.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Magdalena (END)
RomanceRomance Story 18+ | Copyright ©2018 | Follow Sebelum Membaca ••• Plakk!! Sebuah pukulan diberikan oleh Lena kepada laki-laki yang tengah sibuk dengan fikiran mesumnya itu, "Tidak usah berpikiran macam-macam. Yang dimaksud Abey, susu formula, bukan...