Chapter 83

3.4K 180 8
                                    

"Dia masih sangat mencintaimu hingga akhir."

Kenward sontak menoleh ke arah Lena yang tengah duduk di sampingnya dan begitu pula Nathan yang tengah sibuk menyetir seketika melirik wanita itu dari kaca tengah mobil yang tergantung di atasnya. Sementara itu, Deondray justru membuang tatapannya ke arah luar meski telinganya ia pasang baik-baik guna mendengarkan semua ucapan yang akan diucapkan Lena.

"Aku bertemu pertama kali dengannya saat aku menginjak high school. Dia pendiam, namun aku justru tertarik untuk mendekatinya. Kami berteman baik, bahkan Hana yang semula tidak menyukainya pun perlahan menyayanginya."

Sementara Lena terus bercerita, mobil yang mereka tumpangi membelah ramainya jalanan Manchaster yang terasa semakin ramai saat akhir pekan tiba. Nathan menjalankan mobil dengan kecepatan sedang meski tidak biasanya ia mengemudi selelet ini.

Mobil bergerak ke arah Blackley sebuah distrik di pinggir utara kota Manchaster. Menuju sebuah tempat yang sering Lena kunjungi seorang diri.

"Dia baik, cantik, dan juga sangat lemah lembut. Bahkan aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dia. Satu tahun pertama, aku mengetahui bahwa dia seorang yatim piatu yang bersekolah dengan hasil beasiswa. Tapi itu tidak penting bagi kami. Dad menyayanginya seperti menyayangiku, begitu juga dengan Mom. Oleh karena itu, dia sering menginap di mansion jika akhir pekan atau liburan semester tiba."

Magdalena merasakan seseorang menggenggam sebelah telapak tangannya. Ia yang sejak tadi lebih memilih menikmati keramaian luar lewat jendela menoleh ke sisi kiri. Lena tersenyum tipis seolah mengatakan bahwa ia baik-baik saja karena di sampingnya, Kenward menatap dengan sorot cemas.

Sementara itu Deondray memejamkan matanya. Membayangkan sosok itu di masa lalu. Kerinduan yang tak kunjung menghilang dari hatinya, seketika mencuat, semakin menguat seiring dengan dirinya yang mendengarkan cerita Lena dengan seksama.

"Kami mengenalnya dengan sangat baik dan sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri. Hingga saat kelulusan high school tiba, mendadak dia berkata jika ingin pergi, menetap, dan melanjutkan study-nya di California, karena dia mendapatkan beasiswa untuk program sarjananya. Awalnya Dad tidak mengijinkan, Dad bahkan menawarkan diri untuk menjadi ayah angkat sekaligus membiayai kuliahnya, asal dia tidak pergi kemanapun dan melanjutkan masa studinya bersamaku dan Hana. Tapi dia menolak. Dia mengatakan bahwa menetap di California merupakan salah satu impiannya dan Dad tidak bisa memaksanya lagi."

Magdalena menghembuskan napasnya.

"Sejak saat itu dia menghilang. Dia tidak pernah menghubungiku maupun Hana. Aku sempat memaksa Dad untuk mencarinya karena aku sangat khawatir. Tapi Dad menolak karena ia berpikir bahwa dia pasti akan menghubungiku suatu saat nanti. Dan tebakan Dad tidak meleset. Satu tahun setelahnya, dia menghubungiku. Aku lega sekaligus senang, apalagi saat itu dia terlihat sangat bahagia ..."

"... Dan aku tahu apa penyebabnya. Dia menyukai seseorang ... Ah ... Tidak ... Kurasa dia sedang jatuh cinta, saat itu."

Deondray tersenyum samar. Ia yakin jika orang itu adalah dirinya. Ia jadi ingat saat pertama kali ia bertemu dengan sosok itu. Wanita cantik, dengan lengkung senyum yang indah. Deondray tidak akan pernah melupakan hari keberuntungannya itu.

"Tapi ... Itu semua tidak bertahan lama. Dia kembali menghilang, tapi kali ini, karena aku percaya, jadi aku tidak memaksa Dad untuk kembali mencarinya. Aku menunggu hingga dia kembali menghubungiku ... Dan ya, benar saja, dia kembali menghubungiku meski aku harus menunggu selama dua tahun lamanya. Tapi, saat itu dia menghubungiku hanya untuk mengatakan bahwa dia akan kembali ke Manchaster. Aku senang, tentu saja dan aku menunggu kepulangannya dengan tidak sabar. Aku bahkan menawarkan diri untuk menjemputnya, namun dia menolak."

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang