Chapter 61

3.9K 235 4
                                    

Selamat ber-uas-uas ria gaess!!!
Untung masih ada simpenan ehe

Vote yuk!!!

***

"Maaf, Nyonya. Di depan ada Tuan Kenward," ucap seorang maid setengah menunduk. Hana yang tengah membantu Abey menghabiskan makan malamnya, menoleh pada Daniel dengan dahi mengernyit seolah berkata ada apa laki-laki itu datang kesini?

Dan Daniel hanya mengangkat kedua bahunya. Melalui bahasa tubuhnya itu ia berusaha menjawab kebingungan yang terlihat jelas dari raut wajah cantik istrinya. Namun, alih-alih menemui rekan bisnisnya itu, Daniel justru terlihat tak ingin ambil pusing. Ia kembali melanjutkan menyantap makan malamnya tanpa menghiraukan wajah cantik istrinya yang kini berubah kesal.

Hana menghela napas pelan sedikit kesal dengan sikap Daniel. Dia sepertinya harus mengalah kali ini karena suami tampannya itu terlihat begitu kelaparan. "Tolong suruh dia untuk menunggu, Aunty. Aku akan menemuinya sebentar lagi," perintah Hana pada maid tadi. Maid berusia paruh baya itu hanya tersenyum tipis seraya menganggukkan kepalanya, sebelum berlalu menuju ruang tamu.

"Ok, Sweety. Lanjutkan makanmu. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa meminta pada Uncle Daniel, apa kau mengerti?" Hana mengusap ujung bibir Abey, membersihkan sisa selai cokelat yang menempel di sana.

Abey hanya menganggukkan kepalanya tanpa berniat untuk bertanya lebih lanjut pada aunty-nya itu. Gadis kecil itu kembali menikmati sepotong roti berisi selai cokelat di tangannya, menggigitnya dengan cepat dan mengunyahnya dengan lahap. Abey tampak sangat menikmati makan malamnya kali ini.

Hana tersenyum kecil melihat Abey makan dnegan begitu lahapnya. Ya, meskipun gadis kecil itu lebih memilih roti selai cokelat beserta segelas susu cokelat untuk makan malamnya daripada menu utama lain yang telah disediakan oleh para maid, namun hal itu bukan masalah bagi Hana, karena yang terpenting baginya adalah gadis kecil itu bersedia untuk makan malam dan mengisi perut kecilnya.

Hana bangkit dari duduknya. Kemudian ia membawa langkahnya menuju ruang tamu, dimana seorang laki-laki dengan setelan kemeja dan jasnya tengah duduk dengan wajah gusar di sana. Hana mengernyitkan dahinya melihat wajah gusar laki-laki itu, ia semakin merasa heran sekaligus bingung dengan apa yang tengah dipikirkan oleh laki-laki yang kini sedang memijat pelipisnya itu.

Hana mendudukkan dirinya pada salah satu sofa yang kosong. Ia duduk dengan setengah menyandar pada sandaran sofa dengan sebelah tangan mengelus perutnya yang terlihat masih rata. "Ada perlu apa?" tanya Hana tanpa berbasa-basi.

"Dimana Lena?" Ken balik bertanya pada wanita dengan setelan baju rumahan di depannya itu. Ken mengernyit melihat wanita itu mengelus lembut perutnya yang masih rata. "Kau hamil?" imbuh Ken.

Hana mengangguk. "Satu bulan," jawabnya singkat seraya tersenyum menatap perutnya.

"Selamat atas kehamilanmu," ucap Ken tulus. Ken turut bahagia mendengar kabar kehamilan Hana karena ia telah mendengar sedikit cerita mengenai keluarga kecil Daniel itu dari Lena.

Dua tahun menjalani kehidupan rumah tangga tanpa kehadiran seorang malaikat kecil di antara mereka bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Dan setelah penantian yang cukup panjang itu, akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, buah dari kesabaran mereka. Seorang calon bayi tengah tumbuh dan berkembang di dalam perut Hana.

Hati Ken menghangat, bayangan akan Lena yang tengah mengandung darah dagingnya dengan perut membuncit dan tubuh yang semakin berisi seketika melintas dalam benaknya. Ia pasti akan sangat bahagia. Menemani Lena menjalani masa-masa kehamilannya, menuruti semua keinginan wanita hamil itu, mengelus perut buncit wanita itu di malam hari sebelum tidur, dan menemani wanita itu selama proses persalinan ... Ken tersenyum kecil membayangkan semua hal itu.

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang