Suara dering ponsel berbunyi menggema ke seluruh penjuru ruangan yang memiliki ukuran besar dengan dominasi warna putih hitam didalamnya.
Sementara ponsel terus berbunyi nyaring, sang empunya nampak masih menenggelamkan tubuh kekarnya dibawah selimut, tanpa menghiraukan suara dering tersebut.
Suara ponsel kembali berbunyi entah sudah keberapa kalinya hingga sang empu yang semula menghiraukannya mulai beranjak bangun dan mulai menggapai ponsel yang terletak di nakas dekat tempat tidurnya.
Ia mulai mengangkat panggilan yang sedari tadi terus mengganggunya tanpa melihat nama penelfon yang tertera di layar ponselnya.
"Hallo," ucap Ken dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"..."
"Apa?! Kenapa?" lanjut Ken dengan suara sedikit meninggi.
"..."
"Baiklah."
Tutt.. Tutt
Setelah mengakhiri panggilan tersebut, Ken yang tadinya bermalas-malasan seketika beranjak dari tempat tidurnya, berjalan tergesa ke arah kamar mandi untuk mandi, secepat kilat Ken nampak sudah rapi dengan setelah kemeja dan celana panjang miliknya.
Ia berjalan tergesa menuju kearah mobil yang nampak sudah disiapkan oleh supirnya.
"Kemana Tuan?"
"Jalan saja, nanti ku tunjukkan."
Wajah Ken nampak sangat gusar, selain itu terlihat kekhawatiran yang mendalam dari sorot matanya.
***
Manchaster Royal Infirmary
Seorang wanita nampak sedang mondar-mandir di depan ruang unit gawat darurat sejak tadi.
Nampak jelas guratan kesedihan yang mendalam dari sorot mata yang biasanya ia gunakan untuk menatap semua orang dengan lembut.
Kegiatannya terhenti ketika melihat seorang pria berjas putih keluar dari ruangan tersebut.
Tanpa pikir panjang, ia segera menghampiri orang tersebut. Guna memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.
"Bagaimana keadaannya?"
"Apakah anda orang tuanya?"
"Ya, saya mommy-nya," ucap Lena.
"Oh. Keadaan putri anda tidak apa-apa. Dia hanya terinfeksi bakteri yang membuat sistem pencernaannya sedikit terganggu, hal itu lumrah terjadi pada anak-anak. Setelah mendapat perawatan beberapa hari, dia sudah bisa dibawa pulang."
"Baiklah, terimakasih Dok."
Lena merasa sedikit lega setelah mendengar penjelasan singkat dari dokter tadi. Ia merasa hampir kehilangan separuh nyawanya saat melihat putrinya tiba-tiba jatuh pingsan setelah dari kamar mandi.
Ya entah mengapa, sejak tadi pagi, Abey mengeluh sakit perut dan berakhir dengan bolak-balik ke kamar mandi setiap dua puluh menit sekali. Sebenarnya Lena sudah memberikan Abey cukup air, agar dia tidak dehidrasi, tapi sepertinya keadaan Abey terlalu lemah.
Lena menatap sendu kearah ranjang rumah sakit, dimana putri kecilnya yang biasanya selalu tertawa riang kini terlihat lemah tak berdaya.
Lena memasuki sebuah ruang rawat inap VIP di rumah sakit tersebut. Ya, Abey sudah dipindahkan ke ruang rawat inap beberapa saat yang lalu setelah diperiksa keadaannya di unit gawat darurat.
Lena duduk di kursi di dekat ranjang milik Abey, meraih tangan Abey, dan menggenggamnya dengan sangat erat, seolah-olah tidak ingin putrinya itu meninggalkannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/157988648-288-k307861.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Magdalena (END)
RomanceRomance Story 18+ | Copyright ©2018 | Follow Sebelum Membaca ••• Plakk!! Sebuah pukulan diberikan oleh Lena kepada laki-laki yang tengah sibuk dengan fikiran mesumnya itu, "Tidak usah berpikiran macam-macam. Yang dimaksud Abey, susu formula, bukan...