Chapter 47

4.8K 245 10
                                    

Bab 1 Mavalee udah aku post nih, baca yuk ah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 1 Mavalee udah aku post nih, baca yuk ah ....

***

Jangan lupa vote!

Terimakasih

***

Ken duduk seorang diri di ruangan serba putih itu. Ia menatap lekat gadis kecil yang tergolek lemah di hadapannya. Gadis kecil yang sangat ia rindukan satu bulan terakhir ini. Gadis kecil yang sempat ia lupakan beberapa bulan yang lalu.

Ahh ....

Ken mendesah pelan saat mengingat kelakuan bodohnya. Selain bodoh ia juga sangat berengsek karena telah secara tidak langsung melukai gadis kecil polos seperti Abey. Dan setelah apa yang ia perbuat, gadis kecil itu masih saja menyayanginya hingga ia jatuh sakit seperti sekarang ini.

Beberapa saat yang lalu sebuah nomor tidak dikenal menghubungi ponsel Ken. Dengan malas Ken mengangkat panggilan tersebut. Nathan, ternyata laki-laki itu yang menghubunginya. Ken bertanya-tanya dalam hati. Nathan tidak akan begitu saja menghubunginya jika tidak berkaitan dengan hal yang mendesak.

Dan benar saja, Nathan membawa kabar yang menyesakkan hati Ken.

Abey sakit.

Sungguh, Ken merasa hatinya bertambah sakit saat Nathan menjelaskan padanya mengenai kondisi Abey saat ini. Bertambah pilu hati Ken saat Nathan mengatakan bahwa Abey begitu menginginkan dirinya. Begitu merindukan dirinya. Begitu mengharapkan kehadiran sosoknya di sana. Sosoknya yang faktanya begitu berengsek untuk gadis kecil sepolos Abey.

Ken meletakkan kepalanya yang terasa berat di sisi Abey. Gadis kecil itu masih saja memejamkan matanya sampai saat ini. Tangan Ken melingkari perut Abey, memeluk gadis kecil yang terlihat sangat lemah itu penuh kasih sayang.

Ken merasa hatinya kembali penuh. Ken baru menyadari, ternyata gadis kecil itu selama ini telah berhasil mendapatkan tempat khusus di hatinya.

Ken meraih pergelangan tangan Abey yang tidak tertancap selang infus. Ia mengecup punggung tangan itu terus menerus sedari tadi, berharap setelahnya si gadis kecil bersedia membuka matanya.

"Bangunlah, Sweetheart. Buka matamu, Dad di sini," gumam Ken.

Ken kembali menghela napas. Ia menegakkan kembali tubuhnya. Menatap sendu wajah Abey. Gadis kecil itu tak sebugar biasanya. Tubuhnya terlihat begitu rapuh dengan selang infus yang tertancap di punggung tangannya. Wajahnya begitu pucat, karena demam yang beberapa hari ini dideritanya.

Ken menggenggam erat tangan mungil Abey. Membawanya ke pipi, berusaha menyalurkan kekuatan pada tangan kecil yang terasa sangat lemah itu. "Ayo, Princess, bangun. Dad janji tidak akan meninggalkan atau melupakanmu lagi. Maafkan Dad, ok?" gumam Ken.

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang