Chapter 77

3K 182 8
                                    

Haii!!! Sesuai janjiku ya, aku update malam ini hehe :) Semoga kalian suka :) Jangan lupa vomment-nya ya :)

Selamat membaca buat kalian dan selamat menonton bola buat aku.
Bye!! Mau lanjutin nge-draft Alyxa juga.

***

Hana merindukan wanita itu. Abigail Magdalena Dalton, sahabat sekaligus saudara sepupu yang teramat disayanginya. Tumbuh bersama sedari kecil, bersekolah di tempat yang sama, menghabiskan waktu remaja mereka dengan banyak hal yang menyenangkan, hingga saling menopang saat mereka mulai beranjak dewasa dengan berbagai permasalahan yang datang silih berganti. Hana dan Lena bagai anak kembar tidak identik yang sulit untuk dipisahkan.

Hana sangat menyayangi wanita yang usianya hanya terpaut tiga bulan lebih muda darinya itu. Lena telah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri, meski pada kenyataannya mereka hanyalah saudara sepupu, karena Sania---Ibu Hana---merupakan kakak satu-satunya Dalton, ayah dari Lena.

Bagi Hana, Lena adalah penyeimbangnya. Segala kelebihan yang dimiliki oleh Lena adalah wujud kekurangan yang dimilikinya dan begitupun sebaliknya. Terdengar tidak masuk akal memang, tapi itulah kenyataan yang ada. Hana dan Lena bagai dua kutub yang saling berlawanan, namun saling menarik untuk melengkapi. Mereka bagai dua sisi uang logam yang harus selalu berdampingan. Oleh karena itu, sejak kecil mereka berdua tidak pernah benar-benar berjauhan karena Hana akan selalu ada di samping Lena, melindungi Lena semampu yang ia bisa, dan memastikan jika sahabatnya itu baik-baik saja.

Dan selama ini Hana telah menjalankan komitmennya itu dengan sangat baik. Hana selalu tahu saat-saat dimana Lena membutuhkan dirinya. Bagai terkoneksi secara batin, Hana selalu datang di kala Lena membutuhkannya tanpa wanita itu harus meminta. Hingga lima hari yang lalu, Daniel, suaminya, mengatakan dengan sangat berhati-hati mengenai berita menghilangnya Lena padanya. Hana sampai harus mencengkeram lengan kemeja suaminya kuat-kuat karena ia merasa sangat ingin pingsan di saat itu juga. Hana merasa tubuhnya seperti terdorong kuat, hingga ia terhuyung ke belakang. Beruntung, Daniel dengan sigap menangkap tubuh lemasnya lalu memapahnya ke arah sofa.

Hana kala itu terdiam beberapa saat sebelum kemudian menangis keras. Rasa kehilangan merasuk begitu saja. Setengah hatinya langsung saja terasa kosong. Ada bagian dalam hatinya yang sebelumnya terasa penuh, mendadak hilang. Seketika itu juga, Hana merasa sangat kesepian meski pada kenyataannya masih ada Daniel yang duduk di sampingnya dengan raut cemas.

Karena bagi Hana, Daniel dan Lena memiliki tempat yang berbeda meski mereka berdua sama pentingnya. Hana menyayangi keduanya sesuai dengan porsinya masing-masing.

Setelah lima hari ia menjalani hari dengan rasa kosong yang sangat menyiksa ditambah dengan morning sickness-nya yang terasa semakin menjadi, Hana akhirnya mendapatkan kabar baik dari Daniel. Suaminya itu mengatakan jika Lena telah ditemukan meski dalam keadaan yang kurang baik.

Kurang baik?

Hana awalnya tidak mempermasalahkan sama sekali pada bagian itu karena bagi Hana ditemukannya Lena sudah lebih dari cukup. Dapat melihat Lena kembali rasanya sudah cukup membuat Hana bersyukur karena ia telah mendapatkan kembali apa yang sempat hilang darinya. Dan hanya kurang bukan? Bukan tidak baik?

Hana sekali lagi menarik napas panjang dan membuangnya pelan. Tangannya terus saja mengusap perutnya yang semakin membuncit, berusaha menenangkan dirinya sendiri agar janin yang sedang dikandungnya tidak terpengaruh dan turut merasakan kesedihannya. Hana menekan emosinya sedemikian keras agar ia tidak terlalu larut dalam kesedihan.

Akan tetapi, usapan lembut di lengannya justru membuat hati Hana terasa sakit dan berdesir perih. Hana menoleh dan mendapati Daniel tersenyum sendu padanya. Hana seketika terisak dan air mata yang sedari tadi ditahannya terjatuh bebas tak terbendung lagi. Hana sakit melihat Lena terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit.

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang