Sehun | EXO

663 83 0
                                    

HAPPY READING ‼️

Jangan lupa VOTE nya 😊🙏🏻

~~~

Sehun tidak ingat pernah tersenyum selebar ini dalam tiga tahun terakhir. Ini mungkin karena proyeknya yang paling sederhana sepanjang karirnya, tapi dia tidak pernah merasa sebangga sekarang.

Dua hari setelah ia kembali ke Seoul dari New York, salah satu klien lamanya menelpon, meminta bertemu. Dia sudah pernah mengerjakan gedung perkantoran sampai rumah pribadi yang megah untuk klien yang satu ini, klien yang sama yang dulu pernah memintanya membuatkan sejenis whispering gallery di rumahnya dan berhasil dia penuhi, tapi kali ini permintaannya sangat simpel: agar Sehun membuatkan rumah kecil dari kayu untuk tempat berlibur bersama cucu-cucunya di Altona, daerah pantai sekitar dua puluh lima menit berkendara dari Melbourne.

"Tidak perlu besar-besar, Sehun, yang penting cukup untuk membawa cucu-cucu saya berlibur disana. Mereka sangat suka sekali di situ, tapi selama ini selalu di hotel, kurang akrab karena kamu semua harus pisah kamar. Saya maunya bisa kumpul-kumpul ramai di satu rumah. Dan kalau bisa selesai paling lama lima bulan. Saya dan keluarga ke sana sekitar bulan Agustus atau September"

Sehun sempat tertegun mendengar permintaan itu. Lima bulan, waktu tenggat yang sangat ambisius untuk sebuah rumah dengan konsep sederhana. This is crazy! Namun, saat melihat binar-binar di mata sang kakek saat bercerita tentang cucu-cucunya, mustahil bagi Sehun untuk menolak. Tidak pernah ada proyek yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk seorang arsitek, yang ada hanya proyek yang membutuhkan waktu dan tenaga lebih banyak atau lebih sedikit.

"Sehun punya visa Australia kan?"

Sehun mengangguk.

"Lusa saya ajak terbang ke sana? Kita bisa lihat sama-sama lokasinya, tanahnya, sebelum Sehun memutuskan rancangannya, bagaimana?"

Hari Jumat, mereka terbang ke Melbourne, menyewa mobil dan berkendara ke Altona. Minggu mereka kembali ke Seoul, dan Senin itu juga Sehun resmi memulai proyeknya.

Dia bekerja seperti orang gila, tujuh haru seminggu, enam hari di kantor dan satu hari di rumah, tidur cuma empat jam sehari. Selain mengejar penyelesaian desain dan segala perhitungannya yang sudah cukup menguras energinya, dia juga harus berkoordinasi dengan Chanyeol dan Jongin, kedua sahabat arsiteknya yang tinggal di Australia untuk mengurus perizinan yang diperlukan, termasuk mencari kontraktor setempat yang bisa mengerjakan dan menyelesaikan proyek itu tepat waktu tanpa mengorbankan kualitas dan keamanan. 

Dua bulan terakhir setelah masuk masa pembangunan, kliennya juga meminta dia untuk mengawasi langsung. Semua sakit kepala dan kurang tidur yang harus dia lalui dalam lima bulan terasa setimpal dengan hasil yang tegak berdiri dihadapannya sekarang. Coretan, gambar, dan keringat itu akhirnya terwujud.

"You did it, dude" Chanyeol menepuk pundak Sehun.

"It's a group effort, dude. Couldn't have done it without you guys" sahut Sehun, tersenyum tipis. "I hope the client shares our excitement"

"I reckon he will" tukas Jongin, suara dan senyum puppy nya sama-sama penuh percaya diri. "He's coming down here this argo, right?"

Sehun mengangguk. "He should be here around four or five"

"Do you mind if I take some pictures? Gonna share them with the wife" ucap Chanyeol.

"Yeah, sure, knock yourself out" sahut Sehun tanya ragu.

Sehun tersenyum mengamati Chanyeol dan Jongin yang sibuk mengambil beberapa foto dengan ponsel, lalu mengirimkannya ke istri mereka masing-masing. Wajah mereka pun berseri-seri saat mendapat telepon dari istri mereka.

~~~

"Jadi, selama tiga bulan ini Sehun belum ada ngehubungi kamu sama sekali?"

Aku menggeleng.

"No calls? No texts? No Kakao? No WhatsApp?"

"None"

Di layar Skype, Jisoo terlihat menggeleng-geleng. "Maunya apa sih itu orang?"

"Ya itu, aku juga gak tau. Terakhir kali ketemu sih, dia bilangnya ada proyek sederhana di Melbourne selama lima bulan"

"Terakhir dia ngehubungi kamu, kapan?" tanya Jisoo.

"Hm. Kayaknya empat bulan lalu"

"What? Empat bulan lalu? Terus kamu nya fine-fine aja gitu?"

Aku mengangguk.

"Orang gila!"

"Tapi terakhir sih, dia bilang mau ketemu"

"Terus kalau udah ketemu maunya diapain? Mau diajak main kelereng, mau dielus-elus seperti vivi, mau dilihatin aja, atau mau dipukul sampai babak belur. Kalau kamu mau pukul Sehun, aku join deh, lewat online, bisa kan?"

"Woi!" aku tergelak. Ini lah salah satu alasan aku kangen Jisoo, dan memutuskan untuk Skype call. Sesi ngobrol hati ke hati bisa berubah rusak dan membuat aku tertawa kalau Jisoo sedang kumat gila nya.

"Aku serius!" Jisoo mengangkat bahu, memasang wajahnya sungguh-sungguh. 

"Lain kali kalau Sehun udah muncul lagi, jangan dilepas, langsung dikekep, terus sodorin itu pertanyaan-pertanyaan dari aku. Oh iya, Sehun kan ngomongnya irit, ya? Nah, nanti aku email pertanyaan pilihan ganda gitu, terus kamu kasih ke Sehun, suruh dia jawab itu pertanyaan dari aku"

"Orang gila!"

Jisoo tertawa. "Biar Sehun berasa lagi ujian masuk perguruan tinggi lagi. Lagian, gemes sih aku. Kalian itu pacaran tapi kayak gak pacaran. Padahal udah 4 tahun pacaran, tapi kalian berdua cueknya benar-benar bikin yang disini pusing"

Aku tertawa. "Lagian, cuma seorang Jisoo yang bisa mendengarkan ocehanku tentang bapak Oh Sehun"

"Kan aku mak comblang kalian berdua"

"Iya-iya. Mak comblang ku sayang. Terimakasih ya sudah mengenalkan aku sama Oh Sehun, si manusia datar dan pelit omongan itu"

"You're welcome. Langgeng-langgeng terus, undangannya cepat disebar. Biar aku bisa pulang ke Seoul"

Aku tertawa. "Anyway, aku harus siap-siap. Besok-besok kita Skype-an lagi, ya"

"Mau kemana?"

"Hospital. Dinas"

"Oh iya, bu dokter. Lupa. Ya udah, next time aku hubungi lagi. Kalau Sehun udah balik, langsung kabarin ya, mau aku omelin"

"Iya. Bye" aku tertawa kecil, lalu menatap Jisoo hangat.

"Talk to you tomorrow, babe!"

~~~

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IMAGE MALE IDOL | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang