Sanha | ASTRO

523 62 1
                                    

+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++

Aku sudah siap-siap berangkat sekolah, dan tiba-tiba mendengar suara berisik di dapur. Aku menjadi waspada dan takut jika maling yang datang. Dengan perlahan aku berjalan kearah dapur untuk melihat siapa yang ada disana.

Setelah sampai di dapur, aku melihat Sanha sedang mengecek kulkas dan semua yang ada didapur. Aku terkejut dan menghampirinya.

"Kau sedang apa disini?" aku memegang tangan Sanha.

"Heol. Berani nya kau memegang tanganku yang sangat mahal ini?"

Sanha kemudian mencium aroma tubuhku yang bau koyo. "Ya. Kau tidak memakai parfum? Bau koyo di tubuhmu sangat menganggu." ledek Sanha. 

Aku yang kesal dengan ejekkan Sanha langsung mengacungkan tinju ke wajahnya. "Apa kau mau ditonjok?"

Sebenarnya aku benar-benar sangat ingin menonjok Sanha. Sanha menyodorkan pipi ku dengan santai. "Kalau mau tonjok, ya tonjok saja. Lagian, kau memang selalu menonjokku, kan?"

Aku diam. Mana mungkin aku menonjok Sanha. Aku tersenyum lalu membelai rambut Sanha lembut. "Mulai sekarang kau harus bekerja keras. Arraseo?"

Sanha tersenyum dan aku membalas senyumannya. Entah kenapa, aku merasa senang melihat Sanha bisa tersenyum lagi. "Apa yang sedang kau lakukan didapur?" tanyaku.

"Aku ingin membuat sarapan untukmu." jawab Sanha.

"Heol. Sejak kapan kau jadi perhatian padaku? Tumben-tumbennya?" ucapku sedikit menyelidik.

"Jangan kepedean! Aku ingin membuatkan sarapan untukmu, karena..."

"Karena apa?" tanyaku.

"Karena kau selalu membuatkan ku sarapan. Aku hanya ingin membalas kebaikanmu." jawabnya.

Aku tersenyum, dan kembali membelai rambut Sanha. "Aigoo. Kiyowo."

"Yaa. Jangan memandangku seperti anak kecil. Aku tidak suka!" ucap Sanha gemas.

Aku melirik ke jam tanganku sekilas. "Sepertinya kita sudah terlambat. Kaja." Aku menarik tangan Sanha keluar dari dapur kedai.

"Kenapa kau terus saja mengambil kesempatanku." protes Sanha.

"Kesempatan apa?" tanyaku heran.

"Kesempatan untuk melindungimu." jawab Sanha.

Aku tertawa pelan. "Siapa yang peduli jika aku yang akan melindungimu? Tidak seorangpun peduli dan mau tau. Pabo."

"Tapi..." jawab Sanha.

"Wae?"

"Itu akan sangat memalukan, kau tau. Bagaimana bisa seorang pria tidak bisa melindungi wanita yang dicintainya." ucapnya.

Aku tertawa, lalu menatap Sanha. "Aigoo. Asal kau tau, setiap haripun kau selalu melindungiku. Sudahlah, tidak usah berpikir yang aneh-aneh."

+++

Aku sedang berada perpustakaan. Aku melihat buku yang sudah lama aku ingin baca ada di rak atas. Karena aku tidak cukup tinggi, aku tampak kesusahan untuk mengambil buku itu. Lalu tiba-tiba ada sebuah tangan yang membantuku, dan itu adalah tangan Sanha. Dia menatap judul buku yang ingin aku.

"Gomawo, Sanha-ya." ucapku.

"Kenapa kau terus saja tersenyum saat sedang bersama Eunwoo?" tanya Sanha dengan nada tidak suka.

"Kau cemburu?" tanyaku penuh senyum.

"Mana mungkin aku cemburu pada Eunwoo. Lagian kalau dibanding Eunwoo, aku jelas menang dalam segala aspek." jawab Sanha penuh percaya diri.

"Oh ya? Tapi menurut penglihatan mataku, kau sedang cemburu?" sahutku juga dengan percaya diri.

Dan secara tidak sengaja, semua buku di rak atas berjatuhan. Aku langsung menarik Sanha agar dia tidak terkena buku-buku yang jatuh.

"Gwaenchana?" tanya Sanha panik.

Aku mengangguk. "Hm. Gwaenchana." jawabku.

+++

Jam istirahat. Aku, Naeon, dan Yeri dalam perjalanan menuju kantin, namun, tiba-tiba aku melihat Moonbin sedang mencengkeram baju Sanha dan Jackson melemparkan kue beras kearah Jinyoung. 

Moonbin sudah ingin menghajar Jackson, tapi Sanha menghalanginya. Mengetahui situasi semakin tidak baik, aku juga ikut-ikutan menghadang Moonbin yang mungkin saja akan melukai Sanha. 

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

"Kau tidak usah ikut campur. Ini urusanku dengan Sanha dan Jackson." bentak Moonbin.

"Ini jelas menjadi urusanku, karena Sanha adalah pacarku, dan Jackson adalah sahabatku."

"Kau berani padaku?" Moonbin berjalan mendekatiku, aku menunduk takut, tapi Sanha langsung melindungiku.

"Jangan pernah kau sentuh dia!" ancam Sanha.

Moonbin tertawa ledek. "Memang kenapa kalau aku sampai menyentuh dia? Kau akan memukulku?" tantang Moonbin.

Sanha terlihat marah. "Ya. Aku akan langsung memukulmu." Dan dengan cepat Sanha melayangkan tinjunya ke muka Moonbin.

Aku, Jackson, dan beberapa orang yang menyaksikan itu langsung terkejut kaget, dan dengan cepat Jackson langsung menengahi keduanya. Bagaimana denganku? Aku langsung menarik Sanha untuk menjauh dari Moonbin.

"Kau gila? Kenapa kau memukul Moonbin?" ucapku dengan napas tersengal-sengal.

"Aku memukul Moonbin karena aku ingin melindungimu."

Sebenarnya aku tidak masalah saat Sanha memukul Moonbin, tapi aku juga tidak ingin setelahnya Sanha mendapat masalah dengan guru BP. Terlebih mulut Moonbin yang suka seenaknya memutar-balikkan fakta yang sebenarnya.

Aku memeluk Sanha. "Makasih ya. Makasih sudah melindungiku."

+++

HAPPY READING ‼️

Don't forget the VOTE 😊🙏🏻

Sanha rasa Minhyuk, atau Minhyuk rasa Sanha nih? Mirip asli !!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sanha rasa Minhyuk, atau Minhyuk rasa Sanha nih? Mirip asli !!

IMAGE MALE IDOL | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang