Park Chan-yeol | EXO

482 53 3
                                    

Kantorku sudah sangat sepi, hanya tinggal aku dan Chanyeol. Chanyeol yang duduk di depan mejaku memperhatikan aku sambil membereskan berkas-berkasnya. Sementara aku masih saja memikirkan tentang seseorang yang bernama Jennie, rasa kesalku masih aku rasakan. 

Di tengah lamunanku, tiba-tiba Chanyeol mengetuk mejaku. "Apa kau tidak pulang?" tanya Chanyeol. Aku terdiam sesaat dan baru sadar kalau kantor sudah sepi. Aku bahkan tidak ingat kapan mereka semua pulang.

"Dari yang aku lihat, kau tidak dalam keadaan sedang menyelesaikan banyak script hari ini."

Aku hanya memberikan reaksi datar. Aku sadar kalau dari tadi aku banyak melamun. Sebelum pulang, Chanyeol memberikan aku sebuah buku. Aku yang bingung langsung bertanya padanya. "Ini buku apa?" tanyaku dan tanpa memberikan penjelasan apapun Chanyeol langsung pamit untuk pulang. 

Aku mulai membuka buka-bukunya dan ada satu sub judul yang menarik perhatianku.

"Timing..."

Ini adalah pengaturan waktu yang tepat untuk cinta satu pihak. Satu pesan masuk dari Jongin, namun aku mengabaikannya dan kembali membaca buku itu. Jika kamu sudah melakukan sebanyak ini, itu sudah cukup. Kamu tidak perlu disakiti lagi. Ini saatnya untuk kamu mencintai dirimu sendiri. 

Aku mulai membaca halaman demi halaman, sampai aku tidak sadar bahwa aku sudah menghabiskan waktu untuk membaca keseluruhan buku itu. Di halaman terakhir ada sebuah note yang Chanyeol tinggalkan.

"Meskipun kamu mengalami kesulitan. Yang bisa aku lakukan untuk kamu hanyalah ini."

Keseluruhan buku itu dan pesan dari Chanyeol membuat aku merenungi banyak hal malam ini. Aku berjalan keluar gedung dan terkejut menemukan Chanyeol yang sedang duduk sambil bekerja di depan halaman gedung. 

"Aku kira kau sudah pulang." sahutku. 

Chanyeol menggeleng. "Aku hanya ingin memberikanmu waktu sendirian. Kau darimana?"

"Aku baru saja membeli minuman, karena aku merasa tidak bisa fokus untuk menulis." aku lalu duduk disamping Chanyeol dan menawarkan minuman kaleng itu padanya.

Chanyeol menerimanya.

"Katanya mau pulang, terus kenapa sekarang di sini?"

"Jujur, sebenarnya masih ada beberapa hal yang harus aku selesaikan." jawab Chanyeol.

"Dan kamu harus melakukan itu di kantor, kenapa di sini?" tanyaku.

"Karena kamu merasa tidak nyaman. Hanya ada kita berdua. Yah, meskipun sebenarnya itu sedikit menyenangkan untukku."

Mendengar hal itu membuat aku menjadi tidak enak, aku lalu meminta maaf, karena aku, Chanyeol malah memilih bekerja di luar. Chanyeol merasa tidak masalah baginya. "Kau hanya perlu menulis skrip dengan baik." ucapnya lalu mengajakku bersulang dan aku tersenyum menerima tawaran itu. 

Setelah menghabiskan 2 botol, aku mulai sedikit mabuk, melihat itu membuat Chanyeol tersenyum. Menurutnya melihat aku yang sedikit mabuk itu imut. 

"Sejak kapan kau mulai menyukaiku? Kenapa kau tidak memperlihatkan secara jelas, kalau kau menyukaiku?" tanyaku.

"Aku menunjukkan perasaanku dengan sangat jelas. Dulu aku selalu memperhatikanmu, namun kau tidak menyadarinya. Bahkan waktu kau bilang jika aku terlihat bagus mengenakan baju ini, dan saat itu aku selalu memakai baju ini waktu lagi kerja." jawab Chanyeol.

Aku tertawa menyadari fakta itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tertawa menyadari fakta itu. "Lain kali, jika kau menyukai seorang gadis, buatlah sedikit menjadi jelas. Ada titik dimana, kau merasa itu sangat..."

"Tidak ada yang berikutnya..." 

Mendengar pernyataannya membuatku sedikit merasa kecewa. "Bagaimana mungkin kau begitu yakin? Bukankah hati seorang pria itu seperti bulu tipis yang tidak menentu?" 

Chanyeol menyangkalnya. "Aku tidak akan membuat orang kebingungan." ucapnya.

Sejujurnya, bagiku Chanyeol itu sangat menarik. Seorang pria yang selalu memperhatikan dengan seksama dan sangat mandiri. "Mungkin itu karena ibuku meninggal lebih awal dan aku harus memikirkannya sendiri. Aku pernah melihat ibuku menangis, tetapi aku terlalu muda untuk melakukan apapun." ucap Chanyeol.

"Jika itu sekarang, apakah aku bisa menghiburnya?" Chanyeol kembali teringat saat dia melihat aku menangis waktu itu dan merasa masih saja sama, gagal membuat orang yang dia sayangi terhibur saat menangis.

"Aku pikir kau mungkin sudah melakukannya." jawabku.

Saat itulah aku tau pengakuan orang tidak bisa dianggap enteng, Mendengar semua cerita Chanyeol, membuat aku merasa tersentuh dan ingin menghiburnya, setidaknya sedikit saja. Aku ingin mengenggam tangan Chanyeol, untuk menenangkannya, namun aku terlalu ragu, aku tidak seberani itu. Saat tanganku menjauh, Chanyeol mengenggamnya. 

"Terima kasih."

Belum 10 detik pegangan, aku mendapat telpon. Dengan terpaksa, Chanyeol melepaskan tangannya dan dengan besar hati meminta aku untuk mengangkat telpon. Jongin.

Melihat namanya ada di layar ponsel, aku dengan gugup memasukkan kembali ponselku ke dalam tas. 

"Kenapa tidak di angkat?" tanya Chanyeol.

"Aku tidak ingin mengangkat telponnya." jawabku.

Aku tidak mau menerima telepon dari orang yang sudah membuatku bingung, di depan orang yang tidak membuatku bingung. 

Suasana yang tadinya sudah canggung sekarang menjadi semakin canggung lagi. 

Aku dan Chanyeol menghabiskan waktu cukup lama malam itu.

image idol © 2019

image idol © 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IMAGE MALE IDOL | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang