Jung Su Bin | VICTON

342 36 1
                                    

<<play the music>>

...

Aku dan Subin ada di sebuah kafe. Kami duduk berdua tapi berjarak dan dengan perasaan canggung. Setelah canggung beberapa saat, akhirnya Subin memberanikan diri buat memanggilku.

"(y/n)-ah..."

"Ya. Ada apa sunbae?"

Dengan penuh keberanian, Subin menceritakan awal mula dia mulai menyukaiku. Hari itu saat dia sedang berjalan menuju halte dan disana ada aku yang sedang menunggu bus. Cinta pada pandangan pertama, itulah yang Subin rasakan.

Dia hanya bisa menatap aku dari kejauhan, dan juga membuat Subin tidak sadar jika bus sudah datang. Aku menaiki bus itu dan Subin mengejar bus nya tapi terlambat. Dan dari situlah, Subin tau kalau aku sering memakai earphone.

Dan lagi, saat di lain waktu, Subin tidak sengaja melewati salah satu kelas dan ada aku disana. Dia memperhatikanku yang berada di kelas sendirian.

"Kau tau. Ketika aku mengetahui bahwa kau ada di kampus. Hatiku sangat begitu senang." ujar Subin.

Hari berikutnya Subin mencoba menyesuaikan jam yang sama dengan ku untuk berangkat ke kampus. Dia sudah menunggu ku, dan saat aku datang dengan berlari, Subin tersenyum tapi hanya bisa sebatas itu.

Subin tidak pernah memiliki keberanian.

"Aku mencoba berangkat ke kampus tepat ketika kau pergi ke kampus. Hanya karena aku ingin lebih sering melihatmu. Aku terjaga semalaman untuk mengubah jadwalku karena hanya untuk mengambil kelas yang sama denganmu. Pertama kali dalam hidupku aku melakukan hal kekanak-kanakan." tambah Subin dengan senyum-senyum.

Pada malam harinya, saat Subin ingin mengganti jadwal, dia sampai berjaga semalaman, sampai ketiduran, bahkan kepentok meja. Tapi saat melihat hasilnya dia sangat senang, dia bisa satu kelas dengan ku.

"Kau tau. Sangat menakjubkan mengetahui hari demi hari akan aku lalui dengan banyak hal menyenangkan dan debar jantung lebih kencang ketika kita menyukai seseorang. Mengapa demikian?Jika aku bertemu denganmu, meskipun hanya sekedar bertemu, aku merasa lebih baik. Tapi, saat perasaanku mulai tumbuh untukmu, aku khawatir jika perasaanmu berbeda denganku..." Subin tidak melanjutkan kalimatnya. Dia menatapku dalam sambil memegang kedua tanganku.

"Jika perasaan yang kamu milikki tidak sama dengan apa yang aku miliki. Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Subin menenggak minumannya, mencoba mengumpulkan seluruh keberanian. Aku masih terdiam. Membiarkan Subin menyelesaikan semua kalimatnya.

"Aku tidak pernah menyukai seseorang sepanjang hidupku. Jadi, aku bahkan tidak tau bagaimana berbicara denganmu tentang perasaanku. Bahkan jika kamu menyukai seseorang dan bukan aku, aku akan menyesal jika aku tidak memberitahumu sekarang." sahut Subin. Kini dia melepas genggaman tangannya, dan menunduk lesu.

Aku hanya diam menatapnya.

"Aku menyukaimu."

Aku sedikit terkejut dengan pernyataan Subin yang terlalu tiba-tiba ini. Aku juga tidak bisa mengatakan apapun. Karena aku belum memberi jawaban untuk Subin, dia pamit ke toilet. Subin ke toilet, dan aku meminum es kopi untuk menenangkan diri. Aku juga beberapa kali menyubit pipiku untuk menyakinkan kalau aku tidak sedang bermimpi.

"Ya Tuhan, jantungku berdegup kencang." sahutku mengelus dadaku.

Subin balik dari toilet, dan kami berdua kembali tegang dengan pikiran masing-masing. Akhirnya aku memberikan jawaban yang dari tadi aku gantung.

"Subin sunbae..."

"Ya. Ada apa?"

"Aku juga menyukaimu." ucapku pelan.

"Apa katamu?" tanya Subin berusaha memastikan apa yang dia dengar tidak salah.

"Aku sama sepertimu." jawabku dengan nada lebih kencang dari awal.

Subin tersenyum lega, dan aku tersenyum malu-malu.

"Gomawo." sahut Subin.

Semua hal yang aku lalui, perasaan-perasaan ku yang hanya aku tulis di buku harianku akhirnya kini sudah menjadi nyata, perasaanku terbalas. Seperti layaknya pasangan baru lainnya, kami berdua bersikap manis-manisnya, ketawa bareng dan banyak melakukan hal kekanakan.

"Tapi, sejak kapan kau menyukaiku?" tanya Subin.

"Ketika kau muncul tiba-tiba, seperti salah satu hero di Avengers?" jawabku.

Subin tertawa mendengar jawabanku. Kami berdua menertawakan sesuatu hal yang receh bersama.

"Tapi, aku tidak tau itu. Kau mulai menyukaiku sebelum aku mulai menyukaimu. Aku pikir, kau dan aku ditakdirkan untuk bersama karena kau melakukan persis seperti apa yang aku harapkan. Tetapi setelah aku mendengar apa yang kau katakan, bukan itu yang aku pikirkan. Aku berpikir itu hanya ilusiku." kataku terus terang.

"Jadi, apa kau kecewa?" tanya Subin memasang tampang sedihnya.

Aku tersenyum dan menggeleng. "Tidak. Aku sangat senang."

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IMAGE MALE IDOL | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang