Zhong Chen Le | NCT Dream

621 62 4
                                    

Enam sekawan berkumpul dan makan bersama di kantin. Seperti biasa, Chenle dan Minjoo adalah yang paling ribut. Mereka membahas mengenai nilai ujian mereka. Daehwi langsung bisa menduga kalau Chenle dan Minjoo tidak mendapat nilai yang bagus.

Chenle membahas mengenai aku yang selalu mendapat nilai sempurna dalam ujian apapun. Dia yakin walaupun aku tidak belajar tetap akan mendapat nilai yang baik. Dan Somi tiba-tiba bertanya pada Guanlin, mengenai nilai ujiannya. Tanpa basa-basi Guanlin langsung menunjukkan nilainya yang mendapat angka 75. 

"Dasar pengkhianat! Kau tidak mengajakku belajar dengan siswa peraih nilai A, (y/n) dan Daehwi." sahut Chenle.

"Kau juga mengkhianatiku. Kau lupa! Kau meninggalkan aku sendiri untuk bermain game bersama Minjoo." balas Guanlin.

"Lupakanlah! Aku berjanji akan belalar lebih keras lagi. (y/n), ayo kita belajar di kafe malam ini." ajak Chenle.

"Lebih baik belajar di perpustakaan saja." saran Daehwi.

Tetapi Chenle dan Minjoo langsung menolak karena menurut mereka perpustakaan terlalu sepi dan sangat membosankan. Awalnya aku menolak untuk belajar bersama dengan Chenle dan Minjoo. Tapi Minjoo memaksa aku untuk tetap ikut dan belajar bersama dengan mereka. Aku menyerah dan memilih mengikuti mereka belajar di kafe.

+++

Keesokan hari.

Aku pergi ke sekolah seperti biasa. Tetapi, sebelum itu, aku pergi ke supermarket untuk berbelanja. Aku mempunyai semacam 'ritual' dimana jika aku ingin hari ini ujiannya sukses, maka aku harus memakan almond di pagi hari, mengikat rambut dan membawa notebook. Dia 

Aku selalu memeriksa satu-persatu. Jangan sampai aku membuat kesalahan.

"Apa kau selalu membeli almond selama masa ujian?" tanya kasir tersebut.

Aku mengangguk membenarkan. "Itu wajib."

"Almond akan terasa enak kalau diminum dengan kopi." kasir itu memberi saran.

"Ah, kau benar. Aku juga hampir saja lupa untuk membeli kopi. Terima kasih."

Sebelum ujian dimulai, aku mempelajari kembali semua pelajaran. Sementara Daehwi dan Somi belajar bersama.

"Kira-kira apa yang keluar?" tanya Daehwi.

"Menurutku halaman 196 akan keluar." jawab Somi.

Aku yang mendengarnya langsung memeriksa halaman yang sedang aku pelajari, halaman 169 dan menandai halaman itu dengan melipatnya.

Ujian di mulai...

Aku tampak sangat tegang dan gugup karena buku nya yang tanpa sengaja terinjak tadi, dan itu menandakan pertanda buruk. Kertas ujian di bagikan dan tertulis kalau ujian di ambil dari materi di buku hingga halama 196. Aku tampak terkejut.

Ujian sudah selesai, dan Guanlin, Chenle, serta Minjoo ke kelas ku. Aku sedang menangis karena tidak bisa menjawab pelajaran halaman 196 dan ternyata halaman itu muncul di soal ujian. 

"Sudahlah. Jangan menangis terus! Kau hanya tidak menjawab satu pertanyaan. Tidak apa. Nilaimu masih tetap bagus." keluh Daehwi.

"Sudahlah, jangan menangis!" Somi berusaha terus untuk menenangkanku.

"Hai kalian. Oh iya apa kau bisa menjawab pertanyaan halaman 196 tadi ?" tanya Guanlin padaku.

"Yaaa. Kenapa kau malah menanyakan itu pada dia." Daehwi menyikut Guanlin.

"Tidak bisakah kalian diam!" pintaku.

"Mengapa kau menangis? Kau hanya tidak bisa menjawab satu pertanyaan. Itu sudah cukup untukmu. Aku bahkan mempelajari seluruh materi dan dia hanya tidak..." cerocos Guanlin.

"Diamlah!" teriakku dan kembali menangis. Semua jelas kaget karena aku menjadi tiba-tiba marah.

"Maafkan aku. Aku... aku hanya... menurutku itu bukan masalah." ujar Guanlin dengan suara mengecil.

"Tapi ini mungkin bukan masalah apa-apa bagimu." balasku.

"Hei! Itu bisa berarti bagiku. Aku memperhatikan nilaiku juga." marah Guanlin.

"Tapi kau memperhatikan nilaimu hanya selama periode ujian? Sedangkan aku melakukannya sepanjang satu semester, lebih dari setahun, dan 24 jam seminggu." tangis ku kembali pecah.

"Sudahlah. Jangan menangis! Kau semakin tampak jelek kalau menangis." sahut Chenle.

"Diamlah!" ucapku.

"Berhentilah menangis. Sepulang sekolah aku akan mengajakmu jalan-jalan. Jadi aku mohon berhentilah menangis." ucap Chenle lagi.

Tangisku semakin pecah.

"Aku bilang berhentilah menangis! Kau semakin membuat hatiku sakit." tegas Chenle.

+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IMAGE MALE IDOL | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang