Kim Dong Han | JBJ

341 54 0
                                    

<<play the music>>

...

Setelah bertemu denganku tadi, Donghan pergi ke tempat karaoke. Dia menyanyikan lagu-lagu galau untuk mewakilkan perasaannya. Donghan di tempat karaoke tidak sendiri, dia bersama teman wanitanya —Windy. 

"Kau seharusnya menyelesaikan masalah kalian. Kalian baru saja jadian, hanya karena salah paham dan hubungan kalian terancam kandas." nasihat Doyeon terputus saat ibunya menghubunginya, jadi dia keluar dari ruangan karaoke.

Di kamar, aku sedang berbicara lewat telphone dengan Kenta, berbasa-basi tentang cuaca dingin yang tadi dan beruntung tidak turun salju.

[Kenta] Masih belum baikan?

[Me] Sudah putus. Aku bahkan tidak meminta maaf padanya.

[Kenta] Kau serius?

[Me] Hm. Dan aku sekarang menyesal.

[Kenta] Selain itu, kau juga bodoh!!

[Me] Ya, aku memang bodoh!

[Kenta] Kau sedang tidak menangis kan?

[Me] Tidak. Aku bahkan tidak bisa menangis sekarang.

Kenta menghela napas. Aku juga ikut menghela napas.

[Kenta] Kau yakin dengan keputusanmu?

[Me] Entahlah!

[Kenta] Selesaikan urusan kalian dengan baik-baik. Sebelum akhirnya kau menyesal.

...

Saat Windy kembali, dia berhenti di depan pintu ruang karaoke. Dia melihat Donghan yang kembali menyanyikan lagu-lagu patah hati dan kali ini lebih dalam dari yang tadi, mungkin karena Donghan merasa bebas tidak ada orang yang mengawasi.

Bahkan saat jalan pulang kerumah pun Donghan hanya menunduk bersama kesedihan dan prasangka-prasangkanya.

Ditempat masing-masing, malam itu Donghan dan aku berkemas dengan sesekali memandangi boneka beruang yang dulu saling kami berikan saat pertama kali jadian. Donghan berkemas dengan baju-baju dan koper didepannya, sementara aku mengemasi buku yang biasa aku gunakan untuk menulis harian ku.

Keesokan harinya.

Windy —teman Donghan menemuiku dihalte. Dia hampir saja memalukan dirinya sendiri jika dia salah menegur orang. Jelas Windy takut salah orang, karena dia belum pernah bertemu denganku. Dan dia hanya menebak saja.

"Donghan akan pergi. Maka dari itu, kau sebaiknya bergegas menemuinya. Sebelum semuanya terlambat." ujar Windy.

Seketika aku diam mematung.

Donghan keluar rumah dengan membawa koper, aku melihatnya saat dia keluar dari gang dan langsung mengejarnya. Aku memeluknya dari belakang sambil terus menangis, Donghan sangat terkejut.

Aku menangis dan benar-benar meminta maaf kepada Donghan. Donghan tidak bisa pergi dengan cara seperti ini. Dan aku harus meminta maaf dengan benar sebelum Donghan pergi. Donghan memintaku melepas pelukannya. Dia masih tidak paham apa yang terjadi dan meminta aku untuk menjelaskannya.

Aku melepaskan pelukan dan masih dalam keadaan menangis.

"Apakah kamu tidak ingat bagaimana kita bertemu? Kamu bilang kamu mencintaiku, bahwa itu adalah cinta pada pandangan pertama, tidak mudah untuk bertemu orang seperti itu. Aku sangat menyesal. Aku tidak pernah memiliki perasaan yang berbeda sama kamu. Aku sangat mencintaimu."

"Jangan menangis."

"Bagaimana mungkin kau bahkan tidak bisa melihat wajahku sekalipun dan pergi? Bagaimana aku bisa hidup tanpa kamu selama 2 tahun?"

"Dua tahun? Apa yang kamu bicarakan?" tanya Donghan bingung.

"Dia berkata bahwa kamu pergi keluar negeri untuk belajar bahasa." jawabku masih sedikit terisak.

"Hah? Apa mungkin, kamu bertemu Windy?"

Dengan tersenyum, Donghan menyangkalnya. "Aku hanya pergi untuk liburan, lihat saja koper yang aku bawa. Tidak banyak." ucap Donghan. Aku melihat koper disebelah Donghan, dan merasa lega. Masih dalam keadaan menangis, aku jongkok, lelah dengan emosi ku.

"Apa kamu sangat merindukanku? Aku juga. Rindu."

Aku mengangguk sebagai jawaban iya.

"Aku juga sudah memaafkan mu. Berhentilah menangis."

Donghan membantuku berdiri. Dia juga tidak mau kita bertengkar karena masalah seperti itu lagi. Kami lalu berpelukan.

Saat di jalan pulang, aku tidak sengaja bertemu Hyunbin. Mau tidak mau aku harus menyapanya. Dan seperti biasa Hyunbin mengajakku untuk minum kopi. Aku menolaknya. Sebelum Hyunbin memaksa ku seperti biasa, Donghan datang.

Donghan datang dan menyapa Hyunbin.Tapi, menurutnya mereka tidak cukup dekat untuk saling bertukar sapa. Donghan dengan tangan yang merengkuhku mendekat. "Kau sedang berbicara dengan kekasihku!" sahut Donghan.

Donghan terus menatapku. Dia sengaja melakukan itu agar Hyunbin tidak lagi meragukan hubungan kami. Dan jelas saja Hyunbin sangat terkejut dan tidak menyangkanya. Dari pada berlama-lama berurusan dengan Hyunbin, aku lebih memilih menegaskan sekali lagi kalo dia tidak bisa ikut minum kopi bersamanya lagi, dan memilih pergi dengan Donghan.

Sebelum pergi, Donghan berdiri disamping Hyunbin dan berbisik padanya.

"Oh iya. Berhentilah menghubungi kekasihku lagi. Kalau kau terus menganggunya, kau akan berurusan denganku!" tegur Donghan dan pergi meninggalkan Hyunbin yang terlihat sangat kesal.

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<<pusing! aku baru sadar, yg aku pilih itu visual semua😅>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<<pusing! aku baru sadar, yg aku pilih itu visual semua😅>>

IMAGE MALE IDOL | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang