Sepeninggalan Arseno membuat Adira lesu. Ia meletakkan kepalanya diatas tumpukan tangannya diatas meja.
"Hati-hati Hanbin." Gumamnya.
"Adira." Panggil Mawar ramah.
Adira menoleh pada Mawar yang duduk disebelahnya. "iya?"
"Gue Mawar." Ucapnya berkenalan.
"Gue Adira." Balas Adira lemas.
"Lo sama Arseno pacaran?" Pertanyaan yang dilontarkan Mawar membuat Bulan, Alynna, Azrana dan Arindha berdecak kesal padanya. Mawar pun mendapat tatapan tajam dari keempat temannya.
"Oh... Enggak kok. Gue anggap dia sebagai abang gue sendiri. Dari kecil dia selalu jagain gua. Dia selalu berkorban buat gue. Hanbin itu pelindung gue. Gue sayang Hanbin." Ucap Adira senang. Raut wajahnya berubah menjadi merah kala membicarakan Arseno. Semangatnya kembali bergairah. "Gue enggak mau Hanbin terluka, gue bakal sedih."
"Kalo ada yang mau jadi pacarnya Arseno gimana, boleh?" Lagi-lagi Mawar membuat mereka ingin membakarnya hidup-hidup. Bagaimana bisa Mawar menanyakan hal seperti itu didepan Adira. Mereka memilih menutup mata dan telinga tanpa tau perbincangan Adira dan Mawar.
"Siapa yang mau jadi pacar Hanbin?"
"Misalnya."
"Lo mau jadi pacar Hanbin? Lo suka sama Hanbin? Lo bisa apa? Apa lo bisa bahagiain Hanbin? Selalu buat Hanbin senyum?"
"Mampus!! Jawab tuh! Makanya jangan kelewat polos jadinya bingung sendiri kan." Sebal Azrana.
"Eh---eh gue cuma nanya. Gua enggak suka sama Arseno."
---SALVATRA---
Salvatra berbondong-bondong keluar dari sekolah tanpa pamit dengan guru piket. Mereka tak akan membiarkan anggota Salvatra terluka dan disandra begitu saja. Sean selalu melakukan hal curang untuk mengembalikan harga dirinya yang sudah dipermalukan oleh Salvatra.
Mereka keluar sekolah dengan motor masing-masing. Jalanan begitu penuh dengan adanya mereka. Bagaimana tidak puluhan motor keluar begitu saja dari sekolah hingga membuat jalanan yang sudah macet semakin macet. Reno turun dari motor yang sebelumnya ia dibonceng Ferre. Reno mengatur jalanan agar sedikit longgar untuk Salvatra.
Salvatra terus melajukan motornya setelah dapat berjalan. Reno kembali naik keatas motornya yang dibawa Ferre. Reno kembali memegang bendera Salvatra. Suara berbagai derum motor milik Salvatra saja sudah sangat bising ditambah dengan klakson-klakson mereka.
Dengan gagahnya Kibum memimpin jalan diantaranya Yoga dan Elang sebagai back Salvatra. Mulai dari kelas 10 sampai kelas 12 yang mengaku anggota Salvatra ikut membebaskan Bombom. Bombom sendiri masih kelas 11. Ia dapat bergabung dengan Salvatra karena mencoba menunjukkan keahlaiannya membetulkan motor yang rusak. Walaupun badannya gendut tapi kalau sudah berkelahi tidak akan membuat Salvatra, terutama Kibum kecewa.
Ariel, anggota Salvatra sekelas dengan Bombom sudah memberitahu tempat Bombom disandra, Simpang jalan, tempat yang berletak diujung jalan buntu. Tempat saksi bisu perkelahian antara dua kubu yang sudah memanas sejak 10tahun yang lalu.
Diujung jalan Kibum sudah melihat segerombolan laki-laki tampak diatas motor mereka masing-masing. Kibum mempercepat laju motornya agar cepat sampai dan menghajar mereka.
Kibum memberi isyarat pada Yoga dan Elang untuk turun. Raut wajah Kibum sudah sangat sangar, sangat menakutkan. Kibum langsung turun. Langsung diikuti anggota Salvatra yang lainnya untuk menjaga Kibum. Motor mereka terlihat acak-acakan tak beraturan.
Kibum berdiri paling depan. Ia terlihat sangat tak punya rasa takut dengan apa yang sedang ia hadapi. Sean, si licik otak penuh dengan kelicikan. Dengan gagah, Kibum memimpin Salvatra.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENG SALVATRA [Vis. SEVENTEEN] [TERBIT]
Fiksi RemajaAlasan pelangi memiliki 7 warna karena mewakili 7 anggota Salvatra. Setiap anggota mewakili satu warna pelangi. Begitu pun hidup mereka yang memiliki warna tersendiri. Pernahkah kalian merasa--- Tidak dapat melihat? Kekerasan? Di buang? Tak seda...