76. Mata Kibum.

638 94 77
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Selamat pagi, Bumiku sayang."





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bulan terus mengusap papan nisan Kibum yang masih terasa basah. Tanah kuburannya masih penuh dengan taburan bunga dan masih terasa dingin. Ditambah bunga mawar yang baru saja Bulan letakkan diatas tumpukan tanah agar terlihat lebih cantik. Sebelum nanti kerumah sakit untuk menemani Mamah Manda operasi mata. Bulan lebih dulu mengunjungi makam Kibum. Bulan masih belum percaya kalau kekasihnya sudah pergi meninggalkannya dan tak akan dapat ditemui kembali.



"Bumi, apa lo ingat janji lo empat bulan yang lalu saat lo bilang kita pacaran?" Ucap Bulan penuh dengan isak tangisnya yang tak dapat ia hentikan.


Semua bayangan singkat bersama Kibum terus berputar dikepalanya. Bayangan itulah yang membuatnya merasa merindukan kekasihnya. Walaupun hanya empat bulan menjadi pasangan, tapi Bulan merasa sudah sepenuh hati menyayangi Kibum.


"Lo bilang, lo enggak mau buat gue nangis. Enggak mau gue sakit. Kalo lo buat gue nangis, gue boleh ninggalin lo, tapi nyatanya. Lo yang buat gue nangis, lo yang buat gue sakit, lo juga yang ninggalin gue. Apa itu adil untuk gue?"


"Mana janji lo, Bumi! Lo ingkar! Gue benci lo!"


Bulan menjatuhkan kepalanya diatas tumpukan tanah kuburan Kibum dengan terus menggenggam tumpukan tanah kuburan Kibum.


"Bumi, kembali!"


"Gue janji, enggak akan cuekin lo. Enggak akan abaikan lo. Gue bakal perhatian sama lo."

GENG SALVATRA [Vis. SEVENTEEN] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang