38. Duka Ferre.

700 72 31
                                    

Rumah duka mulai berdatangan tamu yang melayat Nenek. Arindha, Mawar dan Adira menunggu didalam rumah dengan terus mengaji Surat Yasin untuk Nenek. Ferre, Kibum, Elang, Arseno, Aryan, Reno dan Yoga menunggu di luar rumah menyambut kedatangan tamu. Mereka hanya saling diam. Terutama Ferre ia hanya menundukkan kepalanya. Ia sudah tidak dapat menangis. Tangisnya sudah ia tumpahnya di dalam pelukan Arindha saat dirumah sakit. Menurutnya sudah cukup. Ferre sangat bersyukur mempunyai Arindha yang selalu ada disaat ia duka maupun suka. Arindha tidak pernah menuntut lebih pada dirinya.

"Ferre."

Ferre mengangkat kepalanya dan menemukan keluarga Arindha datang melayat Nenek. Ferre berdiri dan menyambut hangat keluarga Arindha. Ferre menyalim tangan kedua orang tua Arindha dan high five bersama Arkhan-Abang Arindha dan Faula-Kakak Arindha.

Aisha-Bunda Arindha merangkul Ferre bagaikan merangkul anaknya sendiri. Aisha tidak dapat menahan tangisnya melihat kekasih anak bungsunya bersedih. Aisha sangat tahu betul bagaimana Arindha begitu menyayangi Ferre.

"Bunda sangat bersedih dengar Nenek sudah pergi." Ucap Aisha.

"Iya Bunda. Makasih udah dateng."

"Masih ada Bunda dan Papa yang ada untuk kamu. Kamu jangan merasa sendiri."

"Iya Bunda."

"Nenek, sakit Re?" Tanya Putra-Papa Arindha.

"Sakit sih udah lama, Pa. Cuma kemarin jatuh dikamar mandi. Untungnya aja ada tetangga yang lagi minta jait sama Nenek jadi ada yang nolong terus dibawa kerumah sakit."

"Oh begitu."

"Iya Pa."

"Re, Arin dimana? Tadi dia minta dibawain baju tiga, katanya buat dia sama temannya." Ucap Faula-Kakak Arindha.

"Dia dalam, Kak. Masuk aja."

"Yaudah gue kedalam dulu."

"Bunda, Papa juga kedalam dulu ya." Ucap Aisha melepas rangkulannya. Ferre mengangguk. Aisha dan Putra pun masuk kedalam untuk melihat Nenek.

Tersisa Arkhan-Abang Arindha memilih bergabung dengan Salvatra. Ferre memperkenalkan Arkhan pada Salvatra dan disambut hangat oleh Arkhan.

"Kenalin ini Arkhan, abangnya Arin."

"Arkhan."

"Kibum."

"Arsen."

"Reno."

"Elang."

"Aryan."

"Agoy."

"Jadi ini anggota inti Salvatra yang katanya ditakutin sama anak Se-Maman." Ucap Arkhan dengan sedikit tawa.

"Jadi benar ya kata Zico, Elang kecil-kecil cabe rawit." Ucap Arkhan lagi. Mereka menatap Elang bingung.

"Kok lo kenal Elang, Bang?" Tanya Kibum.

"Gue juga kenal lo, Kibum. Yang ngajuin diri jadi ketua Salvatra." Kibum cengecengsan. "Sampai mengharuskan angkatan ke-9 di pimpin sama angkatan ke-10."

"Kok lo tau?" Tanya Elang.

"Apa sih yang enggak gue tau tentang Salvatra. Yang katanya geng brutal."

"Lo ..."

"Zico, teman gue di kampus dulu." Ungkap Arkhan dan mereka ber-oh ria. "Dia banyak cerita tentang geng yang dia diriin. Dia juga bangga sama angkatan kalian bisa melebihi angkatan sebelumnya."

"Bang, lo enggak larang Arin pacaran sama Ferre?" Pertanyaan Reno membuat Ferre kesal.

"Enggak lah. Kenapa harus gue larang?"

GENG SALVATRA [Vis. SEVENTEEN] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang