17. Sepenggal---Aryan dan Reno.

756 77 23
                                    

"Dari mana aja kamu, jam segini baru pulang sekolah?"

Aryan menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Ibunya sedang menatapnya kesal. Aryan memutar tubuhnya, menghampiri Ibunya dan mencium tangan Ibunya sopan.

"Tadi aku ada urusan sebentar." Jawabnya memberi alasan.

"Urusan apa? Berantem? Bolos?"

"Bukan, Bu."

"Kamu itu harusnya mencontoh Eldam dan Adam. Mereka selalu pulang tepat waktu. Mereka kerja pagi sampai malam menghasilkan uang. Tapi kamu, setiap hari kerjaannya cuma bolos, berantem lah. Enggak berguna hidup kamu, Aryan." Cerca Ibunya begitu menyakitkan hatinya.

Setiap hari ia selalu mendapatkan perlakukan menyakitkan dari mulu Ibunya sendiri. ia tidak butuh dibanggakan seperti kedua abangnya, asalkan jangan diberi kata menyakitkan dari mulut Ibunya.

"Iya Bu." Jawaban itulah yang selalu Aryan ucapkan saat ia mendapatkan perkataan menyakitkan dari Ibunya.

"Kalo kamu mau makan, makan diluar aja. Disini makanan udah abis, hanya ada untuk Eldam dan Adam. Sebentar lagi mereka pulang." Kejam Ibunya.

"Iya Bu." Lirihnya.

"Itu si Roni, anaknya tetangga sebelah. Tadi pagi kata Ibunya, dia berangkat ke Jepang untuk pertukaran pelajar. Ibu iri sama tetangga sebelah. Punya anak pintar, enggak seperti kamu, Aryan. Hanya bisanya menyusahkan saja."

"Maaf, Bu."

"Maaf? Enggak ada gunanya maaf mu, Aryan. Tidak akan membuat Ibu dan Bapak bangga."

Aryan menghela nafas kasar. Ia memilih menundukkan kepalanya.

Langkah kaki Ibunya, pergi dari hadapannya. Ia mengangkat kembali kepalanya. Melihat punggung Ibunya.

"Gue selalu menyusahkan."

Aryan melanjutkan langkahnya. Aryan masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan diri. Iya sudah tidak pernah peduli dengan semua perkataan tajam dan pahit dari bibir Ibu dan Bapaknya. Ia sudah sangat terbiasa, hingga membuatnya sudah kebal. Pernah Aryan berpikir jika dirinya hanyalah anak tiri, tetapi saat ia tes DNA, ia ternyata anak kandung.

Alasan utama Aryan ikut bergabung dengan Salvatra agar ia dapat membuktikan kalau dirinya tidak lemah. Ia tidak menyusahkan. Ia dapat menjaga dan melindungi dirinya sendiri. bersama Salvatra, dirinya merasa dianggap manusia dan mempunyai keluarga. Walaupun Salvatra tidak sedarah, tetapi Aryan merasa ikatan mereka sudah terikat begitu erat.

Selesai mandi, Aryan mendengar suara bising dari luar kamarnya. Ia melihat kedua orang tuanya bersama kedua abangnya sedang bercanda. Eldam tertlihat bahagia memakai baju baru entah darimana. Feeling Aryan berkata kalau baju itu pemberian Bapaknya oleh-oleh dari Malaysia. Karena Bapaknya baru saja pulang dari Malaysia untuk bisnis.

Perutnya sudah terasa lapar. Aryan memutuskan untuk makan di luar. Ibunya berkata kalau makanan dirumah hanya cukup untuk kedua abangnya. Aryan mengambil jaket dan kunci motornya. Aryan melewati keluarganya begitu saja. Tidak ada niat dirinya untuk berpamitan. Tetapi Bapaknya lebih dulu memanggilnya. Aryan sedikit senang, ia merasa ia akan mendapatkan oleh-oleh juga.

Aryan tersenyum. "Iya, Pak?" Jawabnya.

"Gimana baju yang dipakai Eldam dan Adam, bagus?" Tanya Bapaknya.

"Bagus Pak." Jawabnya tegar.

"Bapak lupa beliin kamu." Hati Aryan terenyuh. Tetapi ia tetap tersenyum. "Untuk kamu lain kali saja kalau Bapak ke Malaysia lagi."

"Iya Pak, enggak apa-apa." Jawabnya tegar.

"Bagus enggak, Yan, baju gue?" Pamer Eldam.

"Bagus, Bang."

GENG SALVATRA [Vis. SEVENTEEN] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang