Fifteen

51 17 0
                                    

"Min Yoori, apa kau sudah gila?" Tanya Oppaku sambil menjalankan mobilnya.

Aku hanya terdiam, mungkin aku akan dilarang untuk bertemu Namjoon lagi.

"Apa kau mencintainya?" Tanya nya lagi. Aku pun mengangguk tanpa ragu.
"Kalau begitu, tanyakan yang sebenarnya terjadi. Kau jangan mendengar dari sebelah pihak, kau harus minta penjelasan pada Namjoon." Ucapnya.
"Tapi, itu semua sudah ada buktinya, Oppa! Apa lagi yang perlu dijelaskan? Sudah ada bukti video yang menjelaskan kejadian itu. Dan juga Jungkook, ia melihat langsung. Oppa, apa menurutmu Jungkook berbohong?" Balasku dengan nada yang ku atur agar aku tidak membentak Oppa ku.

Yoongi Oppa hanya menghembuskan napasnya kasar.
"Tentu itu sudah jelas. Maksudku, kau tanya padanya apa yang menjadi alasan ia melakukan itu. Ayolah, kau adikku. Jangan tunjukkan sikap bodoh." Ucapnya sambil mendengus kesal.
"Tidak. Aku tidak ingin mendengarnya!" Jawabku.
"Aish jinjja. Kau keras kepala sekali. Kalau seperti ini bagaimana masalahmu akan selesai?" Tanya nya. Aku hanya menggeleng dan menunduk.

"Min Yoori! Tegakkan kepalamu! Apa kau lemah karena seorang lelaki?" Ujar Oppa ku yang membuat kepalaku secarara otomatis mengangkat kembali.
"Dengar. Mintalah penjelasan padanya, selesaikan dengan kepala dingin. Jika memang alasan yang ia berikan tidak masuk akal sehatmu, maka kau tau harus bertindak apa. Kau sudah dewasa, kau harus bisa menentukan mana yang baik dan tidak untuk dirimu sendiri." Nasihatnya sambil tetap menatap jalanan. Aku mengangguk lemah.

Ia melirik ke arahku, "Kalau begitu, ajak ia bertemu. Jangan menunjukkan kesedihanmu didepan lelaki yang sudah mematahkan hatimu, ia akan senang melihatmu dalam keadaan yang menyedihkan. Menangislah didepanku saja, aku tidak akan tambah membuatmu menangis." Ucapnya yang membuat air mataku menetes.

"Oppa.." panggilku dengan suara yang bergetar menahan air mataku agar tidak mengalir lebih deras.
"Aigoo, lihatlah. Adikku sudah dewasa, kau menangis karena seorang pria." Ujarnya sambil mengacak rambutku.
Aku pun menyenderkan kepalaku pada lengannya dan berkata, "Oppa, gomawo".
"Aish apa-apaan kau? Aku sedang menyetir." Protesnya dan langsung menjauhkan kepalaku dari lengannya.
"Wah jinjja, kau kejam sekali Min Yoongi!" Kesalku.
"Aish! Kau! Aku ini Oppamu." Balasnya dengan kesal. Aku hanya menjulurkan lidahku.

Akhirnya aku memandang keluar kaca, melihat kota Seoul yang indah pagi ini dengan cuaca yang cerah.

"Aigooo, langit bahkan tidak mengerti perasaanku." Batinku. "Tapi aku sangat bersyukur atas apa yang menimpaku, aku bisa melihat sisi lain dari teman-teman dan Oppaku. Ternyata mereka adalah orang-orang yang hangat. Sehangat matahari pagi ini, yang membuatku tersenyum."

Mungkin kalian berpikir aku gila dan tidak punya hati.
"Wanita gila. Kau melihat pacarmu dengan wanita lain dan kau masih sempat tersenyum?" Itu kan yang ada dipikiran kalian?

Tapi ketahuilah, aku tersenyum untuk orang-orang yang sayang padaku. Aku sedang merasakan bersyukur telah dihadirkan manusia-manusia yang sayang padaku. Namun, diriku yang berada didalam sana sedang tersiksa. Merasakan kekecewaan yang mendalam. Bahkan aku ingin sekali berteriak kencang dan membanting semua barang disekitar ku untuk meluapkan emosiku. Tapi, tubuh ku menolak, mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja.
.
.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore, aku masih menatap ponselku.
"Apa aku harus menghubunginya sekarang juga? Lalu apa yang harus ku katakan saat bertemu dengannya? Aish." Ucapku pada diri sendiri.

Aku ingin sekali bertemu dengan Namjoon Oppa dan menyelesaikan ini, tapi aku benar-benar bimbang.

Akhirnya aku menghubungi seseorang untuk meminta pendapatnya. Entah mengapa hanya dia yang terlintas dipikiranku.

"Ne, yeoboseyo." Jawabnya di sebrang sana.
"Eoh, Taehyung-ah. Aku ingin minta pendapatmu." Pintaku.
"Ne, katakanlah." Ujarnya.
"Apa aku harus bertemu Namjoon oppa? Dan aku harus minta penjelasan kepadanya?" Tanyaku dengan bodoh.
"..." tidak ada jawaban di sebrang sana.
"Ya! Kim Taehyung!" Tegurku.
"Eoh, ah, ya.. ne. Benar kau harus bertemu dengannya." Jawabnya terbata. Aigo, ada apa dengan manusia ini.
"Baiklah jika menurutmu benar." Balasku.
"Yoori-ya, jangan lakukan apa yang menurut orang lain benar. Lakukan sesuai keinginanmu. Aku sebagai temanmu hanya memberi arah." Sarannya. Aku mengangguk walaupun sebenarnya ia tidak bisa melihatku.
"Ne, arasseo. Kalau begitu aku akan bertemu dengannya." Jawabku.
"Baiklah. Sampai bertemu nanti, Yoori-ya." Pamitnya.

Aku langsung bergegas mengirim pesan untuk Namjoon oppa, aku memintanya untuk menemuiku di rumahku.
Benar, di rumahku. Setidaknya jika aku ingin marah dan berteriak, ini rumahku. Aku tidak harus menahan malu.

Ia pun mengiyakan ajakanku. Aku dengar dari suaranya bahwa ia baik-baik saja seperti tidak terjadi apa-apa semalam. Apa maksudnya?

Aku terduduk di sofa ruang tamu, menunggunya datang dengan jantung yang berdegup kencang dan hati yang cemas. Menyiapkan kata-kata yang akan ku keluarkan nanti untuknya.

Tiba-tiba bel rumahku berbunyi, menandakan seseorang datang. Aku bergegas membukakan pintu. Dan benar sekali, itu dia. Kim Namjoon. Entah mengapa, melihat wajahnya saja langsung mengingatkanku pada video sialan itu.
.
.

"Kau sudah melihatnya? Jadi, apa alasanmu melakukan itu?" Tanya ku to the point saat ia baru saja melihat video itu.

Aku melihat wajahnya yang panik, "Yoori-ya, tapi.. aku benar-benar tidak sadar saat itu. Bahkan sebelum aku mabukpun aku tidak melihat wanita itu ada disekitarku." Bantahnya.
"Tapi kau menciumnya." Ucapku dengan nada yang rendah.
"Kau harus percaya padaku. Aku benar-benar tidak sadar. Ah, jebal." Pintanya.
"Sudah jelas kau yang menciumnya duluan." Jawabku dengan menatap langsung ke matanya. Ketahuilah, sekarang jantungku benar-benar berdetak cepat.

Ia terdiam beberapa saat.
"Ah, benar. Aku ingat. Aku ingat kau datang, aku ingat kau menghampiriku." Ucapnya.
"Aish. Jelas-jelas aku dirumah Taehyung pada saat itu." Jawabku.
"Min Yoori! Dengarkan aku! Aku benar-benar tidak sadar, aku tidak mengingatnya! Aku sedang mabuk! Kau keras kepala sekali!" Bentaknya padaku. Aku terdiam. Dadaku terasa nyeri, seperti dipukul oleh palu-palu besar. Apa dia benar-benar melakukan itu dengan sadar?

"Kau membentakku?" Tanyaku dengan nada dan wajah yang datar, yang ku atur sekuatku. Ucapan Yoongi Oppa terngiang di kepalaku. Aku tidak boleh terlihat sedih.
"Ne, aku membentakmu. Aku sudah lelah memberi tau mu dengan baik-baik." Jawabnya yang benar-benar membuat kekecewaanku bertambah padanya. Aku terdiam.

"Baiklah. Ku rasa aku dan kau perlu waktu untuk sendiri". Ucapku akhirnya dengan kekuatan yang ku kumpulkan.
"Shiro! Aku tidak mau putus denganmu!" Kesalnya.
"Tidak, kita tidak putus. Tapi jalani hidup masing-masing dulu untuk sementara." Ujarku.
"Aku tidak sangka kau mengatakan ini." Balasnya dengan tangan yang mengepal. Aku melirik tangannya.
"Ah, ya. Jika kau bertemu denganku disuatu tempat, anggap saja kita tidak saling kenal. Arasseo?" Tawarku.
"Kau benar-benar wanita berhati beku dan kepala batu." Dengan begitu ia keluar dari rumahku, menutup pintu dengan kasar.

"Ya! Kim Namjoon! Kau bisa merusak rumahku!" Teriak Yoongi Oppa yang entah datang darimana. Aku hanya melihat kepergiaannya dibalik pintu itu, aku tidak bergeming. Mataku mulai memanas, air mataku sudah tak tertahan, tenggorokan ku tercekat.

"Oppa.." tangisku.
"Sst diamlah. Kau sudah mengambil keputusan yang benar." Jawab Yoongi Oppa menghampiriku dan memelukku.
"Oppa.. bagaimana jika ia tidak kembali padaku?" Tanyaku yang semakin terisak.
"Kalau begitu, ia bukan yang terbaik untukmu." Jawab Oppa ku. "Ku rasa kau sudah mengambil keputusan yang tepat. Kau dan dia butuh waktu untuk berpikir jernih." Tambahnya.

Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menangis. Selama aku berpacaran dengannya, ia tidak pernah membentakku. Aku benar-benar terkejut dan kecewa mendengar bentakkan itu keluar dari mulutnya.

Kata-katanya terus terngiang di kepalaku. Seburuk itukah aku dimata seorang Kim Namjoon? Semakin kata-kata itu terlintas begitu saja di otakku, rasa sesak di dadaku juga datang di waktu yang sama.

Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang