Thirty One

50 14 0
                                    

Ah benar, hari ini adalah jadwal Yoori check up. Aku harus segera meneleponnya untuk tau hasilnya.

Aku pun jalan keluar kelasku, membuka ponsel ku dan siap menelepon Yoori.

"Taehyung sunbae?" Panggil seseorang. Aku hanya menengok dan melihatnya heran. Aku tidak mengenalnya.
"Aku.. aku teman sekelas Jeon Jungkook." Ucapnya sambil berdiri tepat di depanku.

"Oh, waeyo? Apa kau ada perlu denganku?" Tanyaku.
"Aniya, sunbae. Aku hanya ingin memberi ini." Jawabnya sambil memberiku sebuah kotak.
"Apa ini?" Tanya ku lagi.
"Kau bisa membukanya nanti. Itu dari ku dan ku harap kau menyukainya." Jawabnya sambil menundukkan kepala dan dengan nada yang terbata.
"Ah, begitu. Gomawo." Ucapku, ia hanya mengangguk dan lari meninggalkanku.

Aku penasaran dengan isinya, aku pun segera membukanya.
Ku lihat isi kotak itu, ternyata dalamnya adalah beberapa coklat dan beberapa snack lainnya.
"Ah, kurasa Jimin menyukai ini." Ucapku. Aku langsung masuk ke kelas dan memberi kotak itu untuk Jimin.

"Jimin-ah, ini untukmu." Ucapku. Jimin hanya melihat dengan heran.
"Dari siapa?" Tanya nya.
"Molla. Dia menitipkannya untukmu." Jawabku. Lalu ia membuka isi kotak itu dan menemukan sebuah surat.
"Paboya! Apa kau tidak bisa membaca? Ini untukmu!" Ucapnya sambil menunjukkan suratnya. Oh, aku tidak tau bahwa ada suratnya. Aku hanya tertawa.

"Sudahlah, untukmu saja." Ujarku dan keluar kelas.

Aku ingin melakukan hal yang tadi sempat tertunda. Yaitu menelepon Yoori.

"Eoh, Taehyung-ah. Waeyo?" Sapanya di ujung sana.
"Ah, Yoori-ya. Bagaimana hasilnya? Apa kau sudah ke dokter?" Tanyaku.
"Ne, aku sudah membuka gips di kaki ku. Namun, tanganku belum kunjung membaik. Jadi gips di tanganku belum boleh di lepas." Jawabnya dengan nada yang sangat imut. Membuatku segera ingin memeluknya.
"Begitukah? Wah, itu perkembangan yang cukup bagus, Yoori-ya." Ujarku sambil tersenyum, walaupun ia tidak bisa melihat senyumku.

"Ah, benar. Aku besok sudah bisa kembali bersekolah, Taehyung-ah!" Ucapnya dengan nada yang antusias disana. Membuat senyumku semakin lebar.
"Jinjja? Baguslah. Aku sudah merindukanmu." Jawabku.
"Mwo?" Tanya nya. Aku terdiam, meratapi kebodohan diriku. Mengapa aku bisa bilang rindu padanya dengan semudah itu? Aish!

"Ah, maksudku.. tentu saja aku rindu! Seisi kelaspun rindu padamu. Bahkan tugas-tugas dan ulangan harian juga rindu padamu." Jawabku lagi dengan nada yang meyakinkan.
"Arasseo. Kau menyebalkan, Taehyung-ah. Mengingatkan ku pada tugas membuat kepala ku sakit." Ucapnya. Aku bisa membayangkan ia sedang memutar bola matanya dan menunjukkan muka kesal.
"Sudahlah, intinya cepat datang ke sekolah." Balasku. Ia hanya mendengus kesal dan segera mematikan teleponnya.

"Aish, mengapa aku bisa suka dengan wanita menyebalkan sepertinya?" Tanyaku dalam hati.
.
.

Keesokan harinya..

Yoori's POV

Hari ini adalah hari pertama ku masuk sekolah. Akhirnya aku bisa lepas dari kamar yang membosankan itu.

"Oppa, aku turun sekarang. Sampai jumpa." Pamitku pada Yoongi oppa dan segera turun dari mobilnya.
"Yoori-ya. Tunggu." Ia menahanku.
"Waeyo?" Tanyaku dengan bingung dan menatap wajahnya.
"Jangan lupa minum obatmu jika kau mulai merasa pusing. Dan jika kau merasa tidak enak badan cepatlah pulang atau berbaringlah di UKS, eoh?" Ucapnya panjang lebar dengan satu tarikan napas. Woah, jinjja. Dia memang berbakat menjadi rapper.

"Ne, arasseo, Oppa." Jawabku sambil tersenyum dan segera masuk ke dalam sekolahku. Ah, jinjja. Oppa ku berubah menjadi seseorang yang manis jika sedang khawatir.

Aku berjalan menelusuri koridor sekolah, berjalan dengan hati-hati menuju kelasku. Jujur saja, kaki ku masih terasa nyeri jika sedang berjalan. Tapi aku paksakan, aku tidak ingin lebih lama lagi di dalam rumah.

Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang