Sixty Five

43 14 0
                                    

Author's POV

Malam itu adalah malam pindahan asrama panti sosial milik Jungkook, semua merasa bahagia.

Keluarga Jeon bersama para member BTS makan malam bersama dengan para penghuni asrama. Mereka bercanda gurau, berbagi cerita dan menghangatkan suasana.

Tapi tidak dengan seorang wanita yang sedari tadi memperhatikan ketujuh lelaki tampan itu. Ia melewatkan makan malamnya karena ia tidak ingin bergabung bersama para lelaki itu. Terlebih lagi disitu ada lelaki bernama Park Jimin. Ia sangat membenci Tuan Park terhormat.

Benar. Wanita ini adalah Kang Seolhyun. Ia merasa keluarga Park sudah menghancurkan hidupnya. Seolhyun dikeluarkan dari sekolah karena Jimin menghasut Ayahnya untuk mengeluarkan Seolhyun.

"Akan ku hancurkan kau malam ini, Park Jimin." Ucap Seolhyun sambil memandang Jimin dari jauh.

Seolhyun melihat Jimin berdiri dari duduknya, dengan cepat Seolhyun berlari dan mengambil sesuatu di dapur.

Pisau.

Ia segera mengikuti Jimin dari belakang secara perlahan. Ia melihat Jimin yang sedang menyapa beberapa penghuni yang lewat didepannya.

"Aish, kau selalu saja menjijikan." Batin Seolhyun.

Jimin merasa sedari tadi ada yang memperhatikan dirinya. Jimin pun berencana untuk mencari tau siapa yang memperhatikannya, maka dari itu Jimin memisahkan dirinya dari Bangtan dan berjalan sendirian.

Ia mencari tempat yang sepi dan tidak ada orang. Firasatnya mengatakan orang itu adalah Kang Seolhyun. Ia ingin meminta maaf karena sudah membuat Seolhyun di DO, walaupun itu murni kesalahan Seolhyun sendiri.

Jimin pun menemukan tempat yang tepat. Ia berdiri di ujung rooftop dan memandang jalanan dari atas sana. Ia menyilangkan tangannya di dada dan menghembuskan napasnya pasrah, seakan hidupnya akan segera berakhir. Karena ia merasa seperti itu, sebelum menaiki tangga menuju rooftop, ia menyalakan voice recorder di ponselnya.

Seorang wanita berdiri dibelakang Jimin, ia sudah memegang barang yang sedari tadi ia siapkan.

"Apa kabarmu, Kang Seolhyun-ssi?" Tanya Jimin tanpa menengok. Mendengar itu, Seolhyun tampak kaget bahwa Jimin menyadari kehadiran dirinya.

"Kemarilah, kita selesaikan baik-baik." Ucap Jimin tanpa sedikit pun menengok kearahnya.
"Tidak. Aku ingin menghancurkan hidupmu sekarang juga." Jawab Seolhyun sambil mengeluarkan pisau.

Jimin menengok ke arah Seolhyun dan terkekeh.
"Ternyata benar itu kau." Ujar Jimin.

"Kau terlalu ikut campur dalam hidupku! Seandainya kau tidak mengadu pada Appamu, aku tidak akan di keluarkan dari sekolah!" Teriak Seolhyun dengan penuh dendam.

Jimin menyadari benda yang Seolhyun todongkan padanya. Jantung milik Jimin sudah berdetak tidak karuan, rasanya ia ingin memukul jantungnya sendiri. Ia berusaha tenang agar wanita itu tidak gegabah untuk menyerangnya.

"Kita bicarakan baik-baik." Ucap Jimin tegas.
"Tidak! Tidak ada yang perlu dibicarakan! Seandainya aku bersekolah, aku bisa mengejar cita-citaku! Tapi kau menghancurkannya!" Teriak Seolhyun dan maju mendekat ke arah Jimin. Jimin mulai panik.

"Apakah kau sadar? Yang menghancurkanmu adalah dirimu sendiri! Seandainya kau tidak mendorong Yoori, kau tidak akan dikeluarkan dari sekolah!" Ucap Jimin yang mulai geram.

Mendengar nama Yoori disebut, membuat darah ditubuh Seolhyun semakin mendidih.
"Yoori, Yoori, dan Yoori! Sebut saja namanya sampai kau mati, Park Jimin! Seharusnya aku sudah membunuhnya dari dulu!" Kesal Seolhyun. Kini jarak pisau itu dengan Jimin hanya beberapa cm.

Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang