Sixty Four

43 15 0
                                    

Taehyung's POV

Sekitar 6 bulan aku tidak bertemu dengan Yoori. Waktu dan jarak begitu kejam. Aku kira setelah aku membuka perusahaan di Daegu, aku akan sering ke Daegu. Tapi nyatanya tidak, aku lebih sering berkunjung ke kota lain. Sekalinya aku datang ke Daegu, Yoori sangat sibuk dengan kuliahnya.

Mianhae, Yoori-ya.

Tapi aku dan Yoori terus berkomunikasi, kami berdua selalu mengabari satu sama lain, saling bercerita tentang hari ini dan merencanakan hari esok.

Sekarang aku sedang berkumpul bersama teman-temanku. Benar, siapa lagi jika bukan BTS.

Aku sangat merindukan mereka. Astaga, aku rindu berkumpul tanpa memikirkan pekerjaan masing-masing. Jika sedang bosan, langsung bertemu tanpa harus menjadwalkan pertemuan. Tapi sekarang sudah berbeda, mereka dan aku pun sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Ah, aku lupa. Aku baru saja membangun asrama panti sosial yang lebih besar, jadi satu minggu lagi mereka akan pindah ke tempat baru. Jika kalian tidak sibuk, bantu aku ramaikan pindahan tersebut." Ucap Jungkook membuka pembicaraan baru.
"Benarkah? Baiklah, aku akan usahakan datang ke asrama mu." Jawab Jimin sambil menepuk pundak Jungkook.

"Nado. Aku akan kosongkan jadwalku untuk minggu depan." Jawabku sambil tersenyum.
"Benar, berarti kita akan bertemu lagi minggu depan." Ucap Namjoon hyung.
"Gomawo, Hyungdeul." Jawab Jungkook sambil tersenyum senang dengan imutnya.

" Jawab Jungkook sambil tersenyum senang dengan imutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tunggu. Bukankah wanita jahat itu tinggal di asramamu, Jungkook-ah?" Tanya Yoongi hyung tiba-tiba. Aku menengok ke arahnya. Ah, aku ingat kembali tentang wanita itu.
"Maksudmu Kang Seolhyun?" Balas Hoseok hyung yang meyakinkan pikirannya.
"Eoh, wanita gila yang mencelakai adikku." Ucap Yoongi hyung lagi. Aku terdiam, mengingat bagaimana ia menyakiti Yoori. Wanita itu masih ada di bumi.

"Majja, hyung. Dia masih tinggal di asramaku. Bagaimana pun juga ia sebatang kara, aku tidak tega mengusirnya." Jawab Jungkook menjelaskan.
"Kau terlalu baik hati." Jawabku dengan kesal, ia yang sudah membuatku hancur. Ia yang membuat Yoori terbaring lemah di rumah sakit.

"Sudahlah, kita harus percaya. Siapa tau ia sudah berubah menjadi pribadi yang baik. Lagipula tidak ada Yoori disini, ia tidak akan menyakiti Yoori lagi." Ujar Seokjin hyung yang menenangkan suasana.
"Benar. Tugas kita adalah melindungi Yoori." Tambah Namjoon hyung. Aish, mengapa aku cemburu saat mendengar itu?

Ahhh, Yoori. Aku lupa meneleponnya hari ini.

"Aku pamit sebentar." Ucapku dan keluar ruangan itu untuk menelepon Yoori. Aku berdiri diatas balkon dan menikmati angin Seoul malam ini, menunggu jawaban dari Yoori.

"Yeoboseyo." Sapanya diujung sana. Aku langsung tersenyum saat mendengar suaranya.
"Ternyata benar, kau belum tidur." Ucapku.
"Eoh, aku menunggu telepon darimu." Jawabnya. Aku merasa senang saat tau bahwa ia menungguku.
"Mianhae, aku sedang berkumpul dengan bangtan." Ucapku merasa bersalah.
"Jinjja? Apakah semuanya ada? Woahh, aku rindu mereka." Jawabnya dengan nada yang kekanakan. Aku bisa membayangkan wajah imutnya saat berbicara.
"Jika kau rindu, pulanglah secepat mungkin." Balasku. Asal kau tau, aku yang paling rindu padamu.

Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang