Eighty Seven

51 17 4
                                    

Kami berdua pun menyantap makanan ini dengan lahap. Perjalanan jauh benar-benar melelahkan.

"Ah, benar. Yoori-ya.." panggilnya, aku langsung menengok ke arahnya.

"Eoh, wae?" Jawabku.

"Apa kau akan marah jika aku menyembunyikan sesuatu darimu?" Tanyanya dengan mode serius. Aku menahan tawaku melihat wajahnya yang sok serius itu.

"Apa kau berselingkuh?" Balasku yang bertanya balik sambil terkekeh.
"Ani, paboya! Bukan seperti itu!" Protesnya dengan wajah terkejut. Aku hanya tertawa menanggapinya, karena aku tau ia tidak akan berselingkuh.

"Yoori-ya, aku sedang serius." Ujarnya lagi.
"Aku sudah sering bilang padamu, kau tidak cocok untuk berbicara serius padaku." Jawabku.

"Tapi kali ini aku ingin serius." Ujarnya, aku hanya mengangguk tanda menyuruhnya melanjutkan pembicaraannya.

"Kau akan marah padaku jika aku menyembunyikan sesuatu darimu?" Tanyanya mengulang pertanyaan awal.

"Tergantung apa yang kau sembunyikan. Jika itu menyangkut masalah pribadimu dan keluargamu, aku tidak akan marah jika kau menyembunyikannya. Tapi jika itu menyangkut tentang diriku, maka aku akan marah padamu karena kau sudah menutupinya dariku." Jawabku serius menanggapi pertanyaannya.

Namun ia hanya terdiam beberapa saat. Menatapku dengan tatapan takut miliknya.

"Wae?" Tanyaku bingung.

"Mianhae. Jinjja mianhae. Belakangan ini aku harus berbohong padamu." Ujarnya sambil menunduk, aku tercengang menatapnya.

"Ya! Apa kau benar-benar selingkuh?!" Tanyaku kaget. Aku benar-benar panik sekarang. Kenapa pembicaraannya jadi serius seperti ini?

"Kau gila! Aish!" Protesnya, aku membulatkan mataku sempurna. "Sudah ku bilang, bukan seperti itu. Aku tidak selingkuh." Tambahnya.

"Lalu apa? Cepat jelaskan." Pintaku tidak sabaran.

"Aku membohongimu. Aku bilang kalau aku sedang sibuk dengan pekerjaanku, nyatanya aku sedang sibuk mengurus pesta kit-- ah... maksudku acara kelulusanmu. Aku sibuk mengurus acara yang ku buat untukmu." Ujarnya menjelaskan.

Aku menghembuskan napas pasrah.

"Aku akan benar-benar marah padamu jika kau melakukan itu lagi. Aku tidak ingin kau menyibukkan dirimu hanya untuk aku. Jangan melakukan itu lagi, Taehyung-ah. Aku bahagia hanya dengan kau hadir di hidupku dan menyemangatiku ketika aku terpuruk. Aku tidak ingin kau membuang banyak waktu dan uang hanya untuk membahagiakanku. Kau masih memiliki orangtua dan pekerjaan sebagai prioritas utama mu." Ucapku panjang lebar dalam satu tarikan napas untuk menjelaskan padanya. Ia pun menyimaknya dengan baik.

"Ah, aku benar-benar jatuh cinta dengan semua yang ada di dalam dirimu." Gumamnya sambil menatapku dengan tatapan lembut dan menggenggam tanganku.

Aku menatapnya heran, "Wae?"

"Arasseo. Aku paham sekali dengan itu. Tapi kali ini untuk kepentingan kita berdua, Yoori-ya." Jawabnya menanggapi penjelasanku.

Aku menyerngitkan dahiku bingung, "Apa maksudmu? Mengapa acara kelulusanku bisa menjadi penting untuk kita berdua?" Tanyaku.

"Aniya. Lupakan saja." Jawabnya kaku sambil mengacak rambutnya kikuk.

"Ada yang kau sembunyikan dariku?" Tanyaku menyelidiki. Entah mengapa aku merasa ia menutupi sesuatu.

"Ani, tadi kan aku sudah menyampaikannya padamu. Dan sekarang tidak ada lagi yang ku sembunyikan." Jawabnya dan mengusap pipiku lembut menggunakan jari telunjuknya.

Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang