"Taehyung-ah. Tunggu." Ucap Yoori dan menahan tanganku.
"Waeyo?" Tanyaku dengan bingung.
"Kalau aku sudah pulang ke rumah, kau datanglah ke rumahku." Jawabnya.
"Untuk apa?" Tanya ku masih dengan nada yang heran.
"Tentu saja untuk membawakan catatan untukku selama aku tidak masuk!" Ucapnya dengan nada kesal. Mendengar itu Eommanya tertawa."Aigoo, kau ini. Bisakah kau lembut sedikit dengan Taehyung?" Tanya Eommanya.
"Imo, aku setuju! Dia tidak pernah lembut denganku." Ucapku mengadukan kelakukan Yoori.
"Aish!" Kesalnya.
"Nah, lihatlah, Imo. Dia sangat menyeramkan." Ledekku."Sudahlah, pulang saja sana. Dan jangan lupa membawakan catatan untukku." Ucapnya.
"Untung saja kau sedang sakit, Yoori-ya." Balasku."Taehyung-ah, dia memang sedikit menyeramkan. Namun ia mempunyai hati yang hangat dan juga lembut." Ucap Eommanya. Aku pun tersenyum, menyetujui perkataan Eommanya.
"Ne, Imo. Dia menyeramkan, tidak seperti mu yang lemah lembut." Jawabku, membuat Eommanya tertawa.Dan aku segera pamit pulang karena waktu semakin larut.
Aku terus terbayang perkataan Eommanya Yoori. Itu benar. Aku menyukainya karena ia mempunyai hati yang hangat dan juga lembut.
.
.Beberapa hari kemudian.
Hari ini aku mendapat telepon dari Yoori, ia memberitahu bahwa hari ini ia sudah berada di Rumahnya. Aku pun janji akan ke Rumahnya. Aku juga mengajak Jimin agar keadaanku dan Yoori tidak canggung.
Kini kelas sudah selesai, aku membereskan barang-barangku dan segera bangkit dari duduk ku untuk menuju parkiran.
"Ya! Kim Taehyung! Tunggu aku! Apa kau benar-benar ingin menemui Yoori sampai kau lupa padaku?" Protes Jimin yang aku tinggalkan di belakangku. Aku hanya tertawa mendengarnya.
"Mianhae. Kau tidak terlihat, Jimin-ah." Jawabku meledeknya. Lalu ia memukul kepalaku dengan jari-jari pendeknya. Aku semakin tertawa.
"Ya! Berhentilah tertawa, Kim Taehyung!" Ucapnya yang menggunakan aksen khasnya. Bukannya berhenti, tapi aku semakin tertawa mendengarnya."Arasseo arasseo, aku akan berhenti tertawa. Ayo kita ke Rumah Yoori." Balasku sambil menahan tawaku.
.
.Ketika sampai di Rumah Yoori, aku dan Jimin pun di sambut hangat oleh Eommanya dan menyuruh kita segera masuk ke kamar Yoori. Karena Yoori sudah menunggu.
"Annyeong!" Ucapku dan Jimin berbarengan ketika sampai di kamar Yoori.
"Eoh, kalian sudah sampai." Sapa Yoori kepadaku dan Jimin.Aku dan Jimin segera mengeluarkan buku catatan yang harus Yoori catat.
"Ini untukmu." Ucapku sambil menyodorkan beberapa buku.
"Ini juga untukmu." Tambah Jimin dan menyerahkan setumpuk buku kepada Yoori.
"Hwaiting, Yoori-ya!" Ucapku yang sedikit meledeknya karena banyak catatan."Ya! Kalian aku ingin aku menulis sebanyak ini? Tapi bagaimana aku menulisnya? Tanganku..." ucapan Yoori pun terpotong karena Jimin menyelanya.
"Yoori-ya, apa kau sebodoh itu?" Tanya Jimin.
"Ah.. benar. Kau juga berpikir begitu, Jimin-ah?" Jawabku yang mengerti maksud Jimin.
"Dia ini bodoh atau ketinggalan zaman?" Tanya Jimin sambil menyipitkan matanya menatap Yoori.
"Aish! Kalian sama sekali tidak membantu!" Kesal Yoori."Paboya. Kau hanya tinggal memfoto catatan yang aku dan Jimin berikan! Kau tidak usah mengeluarkan tenaga untuk mencatatnya." Ucapku dengan menahan kekesalan akibat ulah Yoori.
"Aish, jinjja. Kau ini. Benar, Yoori-ya. Jika nanti kau ingin belajar, kau hanya perlu melihat galeri mu dan catat poin penting!" Balas Jimin yang juga tidak tahan dengan kebodohan Yoori."Heol, daebak. Benar! Aigoooo, kalian pintar sekali teman-temanku." Jawab Yoori dengan senyuman yang antusias.
"Taehyung-ah, silahkan urus temanmu ini." Balas Jimin yang seakan sudah lelah berteman dengan Yoori.
"Apa kau benar Min Yoori? Ah, apa otakmu sedikit terguncang akibat benturan itu?" Tanyaku sambil memegang kepalanya yang masih terbalut perban."Aish! Jinjja! Aku baik-baik saja." Jawabnya sambil menepis tanganku. Ia pun melanjutkan kegiatannya, yaitu memfoto catatanku dan Jimin.
Setelah selesai dengan catatan itu, ia mengembalikan buku ku dan Jimin.
"Nah, ini." Ucapnya sambil menyodorkan buku ke arahku dan Jimin.
"Gomawoyo! Saranghae." Ucapnya dan tersenyum padaku dan Jimin."Nado saranghae, Yoori-ya." Jawabku dalam hati.
"Ah, iya. Apakah kalian terburu-buru untuk pulang?" Tanya Yoori sambil menatapku dan Jimin.
"Ani, besok adalah akhir pekan. Jadi kami bisa bersantai." Jawab Jimin.
"Ne, waeyo?" Tanyaku.
"Ahh, itu.. sebenarnya aku ingin bercerita." Jawab Yoori sambil tersenyum tipis, "aku.. ku rasa aku hanya punya kalian. Yoongi oppa pun sekarang benar-benar sibuk." Ucapnya sambil tertunduk."Ne, ceritalah, Yoori-ya. Kita akan mendengarkannya." Balas Jimin. Aku dan Jimin pun memasang wajah bahwa kami sudah siap mendengarkan.
"Aku.. ah, apakah aku egois jika aku merindukan Namjoon Oppa? Saat ini aku benar-benar ingin dia berada di sampingku, aku sangat merindukannya. Padahal aku tau ia sangat sibuk, tapi rasanya aku ingin menariknya untuk datang kesini sekarang juga dan menemaniku sepanjang hari. Aku merasa kesepian, aku merasa ada yang kurang dalam hari-hariku." Yoori bercerita dan ku lihat matanya memerah serta ia meremas tangannya sendiri untuk menahan tangisannya.
Aku hanya terdiam. Sebenarnya hati ku serasa berdenyut setiap dia membahas pacarnya itu.
"Dulu ia sering meluangkan waktu untuk ku sesibuk apapun ia. Tapi sekarang waktunya untukku benar-benar berkurang. Sekedar menelepon atau berkirim pesan pun jarang. Aish, aku sungguh wanita yang tidak pengertian. Saat ini juga aku sedang butuh dirinya, aku butuh dirinya di sampingku. Menemaniku sampai aku sembuh." Ucapnya lagi. Membuatku seperti tidak dianggap disini. Yoori-ya, sadarlah. Aku yang akan menemanimu disini sampai kau sembuh.
"Yoori-ya, kau tidak bisa menyebut dirimu egois. Kau pantas merindukannya, dia pacarmu. Tidak ada yang salah jika merindukan seseorang. Tapi ku rasa kau harus bersabar, sedikit lagi saja. Ku yakin Namjoon hyung juga sedang berusaha meluangkan waktunya untukmu, Yoori-ya." Jawab Jimin menenangkan Yoori, sambil mengelus punggungnya dengan lembut.
"Ayolah, ini tidak seperti Min Yoori yang aku kenal. Min Yoori yang ku kenal adalah sesosok wanita yang menyeramkan dan mengeluarkan kata-kata kasar. Bukan wanita yang menangisi seorang pria." Tambah Jimin."Jimin-ah, kau tidak tau rasanya. Disaat aku tidak bisa marah karena rindu, yang ku lakukan hanyalah menangis. Kau tau? Aku juga benci diriku sendiri karena cengeng seperti ini!" Teriak Yoori pada Jimin yang mengeluarkan emosinya.
"Bagus. Keluarkan semua apa yang kau rasakan." Jawabku kepada Yoori.
"Brengsek. Kenapa mencintai seseorang sesusah ini? Kenapa harus ada yang namanya rindu? Kenapa aku di takdirkan mencintai Namjoon?" Teriaknya lagi dengan suara yang parau.
Jimin pun mendekat ke arahku dan membisikkan sesuatu, "Taehyung-ah, aku akan menelepon Namjoon hyung untuk memberitahunya keadaan Yoori. Jadi tolonglah untuk menenangkan Yoori." Ucap Jimin. Aku pun mengangguk setuju. Dengan begitu Jimin pun keluar dari kamar Yoori.
"Yoori-ya, ayo keluarkan semua apa yang kau rasakan. Menangislah sekeras mungkin. Dengan begitu bebanmu akan lebih ringan." Ucapku sambil menggenggam tangannya untuk menguatkan.
Lalu Yoori benar-benar mengeluarkan semua isi hatinya serta menangis sepuasnya. Aku tidak bisa melihatnya seperti ini, aku pun segera menariknya ke pelukanku. Ku sandarkan kepalanya di dadaku, aku pun menaruh daguku di kepalanya.
"Taehyung-ah.. aku belum mandi selama tiga hari! Jangan memelukku!" Ucapnya sambil berusaha lepas dari pelukanku. Tapi aku menahannya, membiarkan ia menangis di pelukanku.
"Lalu pedulinya aku apa jika kau tidak mandi? Diamlah, luapkan saja emosimu." Jawabku.Ia mulai terisak lagi, ku rasakan baju ku membasah karena air matanya. Aku juga merasakan ia meremas ujung bajuku sekuat tenaga, seakan ia sedang melampiaskan emosinya pada bajuku.
Seiring berjalannya waktu, tangisannya mulai mereda. Ia juga terdiam beberapa saat. Ku rasakan tangan kanannya memeluk badanku dengan erat, ia semakin menenggelamkan wajahnya di dadaku.
"Taehyung-ah, perasaan macam apa ini yang sedang aku rasakan sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we?
Fanfiction"Yoori-ya, menikahlah denganku." Pinta Kim Taehyung. . "Kau akan bahagia jika bersamanya?" Tanya Kim Namjoon. . "Aish! Michin! Kenapa jadi seperti ini?!" Kesal Min Yoori. . . . NB: satu chapter tidak lebih dari 2000 kata. WARNING!! TERDAPAT BEBERAPA...