Twenty One

52 15 0
                                    

Tidak banyak yang ku lakukan saat bersekolah. Seperti siswa lain pada umumnya.

Saat ini aku benar-benar bosan. Hari ini guru pelajaran tidak masuk, jadi hanya diberi tugas dan aku sudah menyelesaikannya.

"Jimin-ah, aku bosan!" Rengekku.
"Aish kau! Kalau begitu tidur saja." Jawabnya.
"Bolehkan aku pinjam game mu?" Tanyaku sambil diam-diam ingin mengambil gamenya.
"Andwae!" Teriaknya sambil memukul tanganku. Aish. Akhirnya aku menyerah, aku pun menyandarkan kepalaku di meja. Baiklah, aku akan tidur.

Namun tiba-tiba seseorang memukul kepala ku dengan buku.
"Ya!! Kalau kau ingin tidur pulanglah ke rumah!" Ucapnya.
"Aish! Appoooo! Bodoh sekali, kau Kim Taehyung!" Teriakku kesal.
"Diam! Bisakah kalian akur sehari saja?" Bentak Jimin yang tetap terfokus pada gamenya. Aku pun terdiam.

"Ini, dengarkan musik." Ucap Taehyung sambil menyodorkan iPod miliknya.
"Mwo?" Tanyaku bingung terhadap sikapnya.
"Aku tau kau bosan. Ini, pakailah. Cepat ambil, tanganku pegal." Pintanya dan aku pun segera mengambil iPod itu dari tangannya.
"Dengarkan lagu itu baik-baik." Ucapnya.

Aku pun langsung memasang earphone di telingaku dan mendengarkan lagu yang Taehyung sarankan. Aku melipat tanganku di dada dan menyandarkan punggungku di sandaran kursi. Aku memejamkan mataku, mendengarkan lagu itu seksama, mencari apa maksud Taehyung dengan lagu ini.

Oeroumi gadeukhi
Pieoissneun i garden
Gasituseongi
I moraeseonge nan nal maeeosseo
Neoui ireumeun mwonji
Gal gosi issgin hanji
Oh, could you tell me?
I jeongwone sumeodeun neol bwasseo

And I know
Neoui ongin modu da jinjjaran geol
Pureun kkocheul kkeokkneun son
Jabgo sipjiman

Nae unmyeongin geol
Don't smile to me, light on me
Neoege dagaseol su eopseunikka
Naegen bulleojul ireumi eopseo
You know that I can't
Show you me, give you me
Chorahan moseub boyeojul sun eopseo
Tto gamyeoneul sseugo neol mannareo ga
But I still want you.

Aku juga sedikit bersenandung ikut menyanyikan lagu itu. Ketika aku sedang menikmatinya, tiba-tiba saja seseorang menarik earphone yang sedang ku pakai. Ini pasti ulah Taehyung, pikirku.

Aku menghembuskan napas dengan tenang, mencoba menahan amarahku.
"Ya! Pasangkan earphone itu lagi di telingaku sekarang juga." Pinta ku dengan mata yang masih terpejam. Namun tidak ada respon.
"Apa kau tidak punya telinga? Pasangkan earphone itu sekarang juga!" Ucapku mulai kesal. Dan entah mengapa aku bisa merasakan keheningan di sekelilingku.

"Aku bukan babu mu." Jawab seseorang itu yang membuat mataku terbuka sempurna. Aku sangat mengenal suaranya.
"Kau enak sekali duduk disini, mendengarkan lagu! Aku? Aku selama 3 hari ini membersihkan sekolah ini dan seisinya!" Teriaknya di sebelahku.

"Dirimu sendiri yang membuatmu menderita." Jawabku tenang tanpa melirik sedikitpun ke arahnya. "Dan.. oh. Aku belum tuli, jadi tidak usah berteriak. Aku bisa mendengarmu." Lanjutku.

"Kenapa kau sok berkuasa?" Tanya nya sambil mendorong bahuku. Membuat badanku sedikit menabrak pundak Jimin. Ku rasakan tangan Jimin mengepal dan ia akan berdiri dari duduknya. Aku segera menahannya.

"Aish. Kau membuat posisi duduk ku berubah." Jawabku santai sambil melirik sekilas ke arahnya. Ku rasakan amarahku mulai naik ke atas kepalaku.
"Kenapa kau merampas kebahagiaanku? Kau merebut Taehyung dariku!" Teriaknya lagi sambil memukul meja yang ada di depanku.
"Aku? Merebut Taehyung? Woah jinjja, bukankah Taehyung yang meninggalkanmu? Dan juga aku mengenal Taehyung lebih dulu." Ucapku sambil menatap matanya dalam-dalam.

"Kau! Brengsek kau jalang!" Teriaknya dan ia melayangkan tangannya. Aku sudah siap menerima tamparannya. Dengan melihat itu Jimin langsung menarik ku mendekat ke arahnya.

"Kang Seolhyun! Sekali lagi kau menyentuhhya, kau berurusan denganku!" Teriak Taehyung dan mendorong Seolhyun menjauh dariku.
"Jangan pernah kau menyentuh Yoori sedikitpun! Aku tidak segan menamparmu! Aku tidak peduli kau wanita!" Bentak Taehyung yang membuat Seolhyun mundur dan menunduk ketakutan. Aku hanya tersenyum licik melihatnya.

"Aku tidak segan-segan meminta Appa ku untuk mengeluarkanmu dari sekolah." Ucap Jimin sambil melemparkan tatapan sinis pada Seolhyun.

Dan bel istirahat pun berbunyi, membuat ku langsung berdiri dari duduk ku. Aku segera mengajak Jimin dan Taehyung ke kantin, menganggap kejadian tadi tidak terjadi.

Ku lihat Taehyung masih menatap Seolhyun yang menunduk ketakutan. Aku rasa ia benar-benar marah sekarang.

"Jimin-ah, kau duluan saja. Aku akan menyusulmu ke kantin." Pintaku dan Jimin menurutinya.

Aku pun langsung menghampiri Taehyung.
"Ayo kita ke kantin, Taehyung-ah. Aku sudah lapar." Ajakku, namun ia tidak bergeming sedikitpun.
"Seolhyun-ah, kau pergi saja." Pintaku pada wanita itu dan ia langsung lari keluar kelas.

"Aish, lihatlah. Kau membuat ia ketakutan, Taehyung-ah." Ucapku sambil tertawa kecil.
"Aku tidak suka kau disentuh dengannya." Jawab Taehyung sambil menatap ke arah lain.
"Aku juga. Aku tidak suka ia menyentuhku." Balasku. Lalu ia melirik ke arahku dan bergumam kesal.

"Baiklah, redakan amarahmu, Taehyung-ah. Kau benar-benar seperti singa." Ucapku menenangkannya. Aku pun mengelus punggungnya untuk menenangkannya.
"Ayo kita ke kantin. Aku sudah lapar." Ajakku dan menggandeng lengannya. Akhirnya ia menurutinya.

"Yoori-ya, tetap seperti ini." Ucapnya tiba-tiba.
"Mwo?" Tanyaku bingung. Lalu ia melirik ke arah tanganku yang sedang menggandeng lengannya. Aku terdiam sejenak.
"Sebentar saja. Jebal." Pintanya. Aku hanya mengangguk menyetujui.

Akhirnya aku dan Taehyung ke kantin dengan tanganku yang menggandeng lengannya.
.
.

Waktu jalan begitu cepat dan hari ini adalah hari dimana Namjoon Oppa akan tes untuk masuk keperguruan tinggi. Dan aku sudah janji padanya akan bertemu dengannya sepulang sekolah nanti.

Sekarang adalah pelajaran olahraga, pelajaran yang paling membuat ku semangat. Sekarang aku dan teman-teman sekelasku sudah berada di lapangan.

"Kemana si wanita jalang itu?" Tanya Jimin, aku pun tau siapa yang dimaksud Jimin.
"Kau tau? Ia sedang berpura-pura sakit di kelas." Jawab salah satu teman sekelasku.
"Ya, benar. Jika terjadi suatu kehilangan, salahkan saja dirinya." Ucap temanku yang lain.

Aku hanya tertawa mendengar jawaban mereka dan berkata, "Jangan berburuk sangka. Walaupun ia memang sebenarnya buruk."
"Yaa! Kau jangan memancing keributan dengannya." Ucap Taehyung.
"Wae? Apa ucapanku salah? Lagi juga ia tidak akan mendengarku." Jawabku yang membuat Taehyung mengangguk pasrah.

Setelah itu aku berjalan ke mesin minuman, untuk membeli minuman karena aku haus sekali. Aku meraba kantong celana ku untuk mencari uang, namun tidak ada. Aku mencarinya di kantong jaketku, hasilnya pun nihil.

"Aish. Aku meninggalkannya di atas meja ku." Ucapku.
"Wae? Kau ingin minum?" Tanya Taehyung yang berada di sebelahku.
"Ne, Taehyung-ah. Tapi uang ku tertinggal di meja." Jawabku.
"Kalau begitu, pakai uang ku dulu." Tawarnya.
"Ah, gwenchana. Aku akan mengambilnya." Jawabku.
"Pakailah, selagi aku baik padamu." Pintanya.
"Shiro. Aku tidak ingin berhutang." Jawabku dan langsung meninggalkannya.

"Yoori-ya!!" Teriaknya. Aku hanya menengok, "Apa kau ingin ditemani?" Tanya nya.
Aku pun menggeleng, "Aku hanya sebentar, Taehyung-ah. Aku akan kembali." Jawabku dan langsung berlari menuju kelas ku dilantai atas.
.

Aku langsung masuk ke kelasku. Aku melihat Seolhyun yang duduk di bangkunya sendirian.

"Apa kau sakit?" Tanyaku.
"Diamlah. Tak usah sok peduli padaku." Jawabnya.
"Ya! Maksudku jika kau sakit pergilah ke UKS, kau akan menyebarkan virus disini!" Ucapku. Aku langsung mengambil uangku dan meninggalkan kelas.

"Yoori-ya, tunggu!" Cegah Seolhyun. Aku baru saja ingin menuruni tangga, tapi ada bajingan ini muncul. Aku pun menengok ke arahnya.
"Wae? Jika ingin mengatakan sesuatu, cepatlah! Aku haus!" Jawabku kesal.
"Bisakah kau menyingkir dari hidupku?" Tanya nya.
"Mwo? Baiklah, aku juga malas bertemu denganmu." Jawabku santai.

Tiba-tiba ia mendekatiku, menatapku dengan tajam.
"Bisakah kau mati saja?" Tanya nya.

Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang