Twenty

72 16 3
                                    

"Aku yang akan menemanimu." Ucap seseorang dengan suara beratnya.
Aku menengok ke arah sumber suara.

"Andwae! Kau hanya menyusahkanku." Tolakku. Ia hanya terdiam seakan tidak mendengar suaraku.
"Yaaa! Kim Taehyung!" Teriakku kesal.
"Sudahlah, aku akan diam disini." Jawabnya dan duduk sambil mengangkat kakinya ke meja.

Aku pun mengabaikannya dan tetap melanjutkan pekerjaanku.
"Yoori-ya, lihatlah. Itu masih kotor." Ucapnya sambil memejamkan mata.
"Bahkan kau tidak melihatnya." Jawabku kesal. Lalu ia terdiam lagi.

"Yoori-ya, mengapa kau mengejarkannya lama sekali? Ini pekerjaan yang mudah." Tanya nya yang masih pada posisi semula.
Ku rasakan darahku sudah mendidih sekarang, "Yaa! Kalau begitu kau saja yang selesaikan!" Teriakku.

"Yes!! Aku bisa membuatmu marah." Jawabnya sambil tertawa puas.
Aish. Orang ini sudah gila.

"Yoori-ya." Panggilnya lagi.
"Wae wae waeee? Diamlah atau ku lempar kau dengan meja!" Jawabku kesal. Ia hanya terdiam.

"Bagaimana jika ada orang yang menyukaimu?" Tanya nya tiba-tiba.
"Menyukaiku bukan suatu hal yang buruk, kan? Lalu mengapa?" Jawabku bertanya balik.

"Ani. Menyukaimu adalah suatu hal yang indah menurutku." Jawabnya. Tentu saja itu membuat jantungku mulai berdegup kencang.
"Apa maksudmu?" Tanyaku.
"Bagaimana hubunganmu dan Namjoon hyung jika ada laki-laki lain yang menyukaimu?" Tanya nya lagi. Aku hanya terdiam, melanjutkan pekerjaanku dan cepat-cepat menyelesaikannya.

"Yoori-ya, jawab aku." Pintanya. Aku menengok ke arahnya, ternyata ia sudah berdiri tepat dibelakangku.
"Menyukai dan mencintai adalah suatu hal yang berbeda. Menyukai belum tentu mencintai, mencintai sudah pasti menyukai. Dan aku mencintai Kim Namjoon. Aku pun tidak masalah jika seseorang menyukaiku, karena itu adalah haknya. Aku juga berterimakasih karena sudah menyukaiku." Jawabku.

"Tapi awal dari mencintai adalah menyukai." Sanggahnya.
"Semua itu melalui proses, nyaman atau tidaknya lah yang menentukan akan mencintai atau tidak." Jawabku. Ia menatapku dalam-dalam, seperti tidak mengizinkanku berpaling darinya.

"Kenapa suasana ini serius sekali? Padahal aku hanya bercanda." Ucapnya tiba-tiba yang membuatku memutar bola mataku.
"Aish michin." Jawabku dan ia tertawa dengan puas.

"Sudahlah, ayo kita pulang. Aku sudah selesai dan sepertinya Oppaku sudah menjemputku." Ajakku dan aku segera meninggalkan kelas.
.
.

Sekarang aku berada dijalan pulang. Entah mengapa aku terus memikirkan perkataan Taehyung. Mengapa ia bertanya seperti itu? Atas dasar apa ia bertanya seperti itu.

"Ah, Yoori-ya, Eomma dan Appa akan berangkat ke luar negeri hari ini. Jadi jika kau ingin makan, pesan saja. Arasseo?" Ucap Oppa ku.
"Ne, Oppa." Jawabku singkat.
"Dan bagaimana kau bisa berkelahi? Kau belum menceritakannya padaku." Tanya nya lagi. Dan akhirnya aku menceritakan apa yang terjadi antara aku dan Seolhyun.

Oppa ku menyetujui kalau ia manusia yang mengerikan. Bahkan Oppa bilang mungkin saja ia benar-benar sudah gila.
.
.

Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan segera mengejarkan tugasku.

"Gila sekali, baru saja masuk dan sudah di beri tugas. Aish." Kesalku sambil menatap buku tugasku.

Seseorang membuka pintu kamar ku ketika aku sedang mengerjakan tugas.
"Yoori-ya, aku ada pekerjaan mendadak. Mungkin aku akan pulang larut malam, kau tidurlah. Kunci saja pintunya." Ucap Oppa ku yang sedang berdiri di ambang pintu kamarku.
"Ne, Oppa. Hati-hati." Jawabku.

Aku akan sendirian di rumah ini? Sungguh kejam. Sebuah ide terlintas begitu saja di kepalaku.

"Ah, oppa. Tunggu." Cegahku. Ia membalikkan badannya.
"Bolehkah aku mengajak Namjoon Oppa kesini? Untuk menemaniku." Ucapku meminta izin. Ia memandangku dengan serius.
"Tentu. Tapi jika kau melakukan hal yang diluar batas, akan ku bunuh kau." Ucapnya dengan tatapan yang mengirikan.
"Neee, gomawo Oppa." Jawabku senang.

Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang