Forty Three

44 16 0
                                    

Beberapa bulan kemudian...

Hari ini aku masih sama seperti biasa, menjalankan aktivitasku yang tak lain adalah sekolah. Dan beberapa hari lagi aku akan menjalankan ujian kelulusan. Waktu benar-benar begitu cepat berlalu bukan?

Aku terduduk di koridor sekolah sendiri, sambil mendengarkan beberapa lagu. Aku menatap kelasku dan memandang koridor panjang ini. Ah, sebentar lagi aku meninggalkan tempat ini.

Tempat ini sangat mengajarkanku banyak hal. Mulai dari percintaan, persahabatan, bahkan mengajariku bagaimana menghadapi masalah. Entah itu masalah dengan akademik, teman atau pacar. Aku juga bersyukur, di kelasku ada dua orang malaikat yang selalu ada untukku. Ne, benar sekali. Itu adalah Taehyung dan Jimin. Mereka benar-benar penyelamatku. Ah, tak lupa dengan Jungkook. Walaupun aku hanya bertemu dengannya di sekolah ini tidak lebih dari satu tahun, namun kehadirannya membuatku terhibur. Ia juga salah satu malaikatku.

Aigoo, terlalu banyak kenangan yang aku buat di tempat ini. Mulai dari yang senang, sedih, sampai yang membuatku marah. Seperti masalah dengan Seolhyun contohnya.

Tiba-tiba seseorang datang dan mencabut earphone dari telingaku. "Sedang apa kau disini?" Tanyanya. Aku langsung menengok ke sumber suara.
"Eoh, Taehyung-ah. Ani, aku tidak sedang apa-apa. Hanya mendengarkan musik." Jawabku. Lalu ia duduk di samping kiriku.
"Mengapa kau melamun?" Tanya nya lagi sambil menatap wajahku.
"Jinjja? Aku kelihatan melamun?" Jawabku yang lebih seperti pertanyaan.

Ia malah menyodorkan sekotak susu stroberi kepadaku.
"Ini, untukmu. Aku tau kau sedang memikirkan sesuatu." Ucapnya. Aku pun menerima susu itu dengan senang hati dan segera menyedotnya.

"Benar. Aku hanya memikirkan bahwa sebentar lagi aku meninggalkan sekolah ini. Aku pikir tempat ini banyak kenangan tentang diriku." Kataku sambil menatap sekotak susu di tanganku.
"Ah, begitu. Tentu saja, tempat ini membuat banyak kenangan. Termasuk antara dirimu dan diriku." Jawabnya yang ku rasa ia sedang menatapku dari samping. Namun aku tidak melirik sedikitpun ke arahnya. Aku juga hanya dia dan tak menjawab perkataannya.

"Kau tau, Yoori-ya? Bahkan diri kita saat ini yang terduduk disini, mengobrol bersama dengan sekotak susu di tanganmu itu akan menjadi sebuah kenangan." Ucapnya lagi, aku pun tersenyum sambil menatap kotak susu di tanganku.
"Eoh, benar sekali Taehyung-ah. Kenangan sangat mudah dibuat dan sangat sulit dilupakan." Jawabku sambil menatapnya dan memberinya sebuah senyuman.

"Ah, jinjja. Waktu benar-benar cepat sekali berlalu. Sebentar lagi kita akan ujian kelulusan." Ucapnya. Aku mengangguk.
"Taehyung-ah, sebentar lagi kita lulus. Pasti kau sudah menentukan kau akan lanjut kemana, kan?" Tanyaku. Ia tersenyum dan menatap langit-langit koridor sekolah.

"Aku tidak akan berkuliah. Aku hanya ingin berkarir. Aku ingin berkarya dengan musik, bernyanyi dengan hati yang puas, aku juga ingin membuka beberapa usaha." Ucapnya, aku pun menyimaknya dengan baik.
"Dan bagaimana denganmu, Yoori-ya? Apa kau sudah menetukan?" Tanyanya.

Aku segara mengangguk dengan mantap. "Ne, aku sudah menetukan. Aku ingin berkuliah di Daegu." Jawabku. Lalu ia langsung menatapku dengan wajah yang terkejut.

"Mwo? Daegu? Micheosseo? Mengapa harus di Daegu? Yoori-ya, banyak universitas di Seoul yang sangat bagus. Kenapa harus diluar kota?" Tanya nya dengan satu kali tarikan napas.
"Aku sengaja mencari yang jauh. Aku ingin hidup mandiri, Taehyung-ah. Aku merasa selama ini aku terlalu tergantung pada keluarga dan teman-temanku. Jadi, merantau adalah guru terbaik untukku." Jawabku dengan mantap.

"Tapi apakah kau bisa jauh dari orang tuamu?" Tanya nya.
"Taehyung-ah, dari kecil aku sudah sering ditinggal orangtua ku untuk bekerja." Jawabku sambil menatapnya.
"Benar, aku tau. Tapi apakah kau akan kuat jauh dari Oppamu, dari pacarmu, dari teman-temanmu?" Tanya nya lagi. Aku pun menundukkan kepalaku.

Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang