Seventy Five

48 15 0
                                    

Hari ini Yoori bermain dirumahku, ia mencari Yeontan. Tapi yang benar saja! Aku tidak boleh kalah dengan anjingku, aku juga ingin dimanja oleh Yoori.

Aku pun membohingnya bahwa Yeontan tidak ada disini, namun Yeontan berbunyi dan membuatku ketahuan berbohong. Yoori dengan kesal mencubiti perutku, aku pun tertawa karena melihat ekspresi polosnya.

Aku pun menahan tangannya, ia terdiam.
"Saranghae." Ucapku sambil menatap matanya. Ia menganga dengan lucunya dan membulatkan matanya. Ia memukul lenganku dengan kesal.
"Yak! Bagaimana bisa kau mengatakan itu disaat seperti ini?! Aish, Kim Taehyung!" Kesalnya dengan wajah memerah, aku semakin semangat untuk meledeknya.

"Lalu kau mau yang bagaimana? Yang romantis, eoh?" Tanyaku sambil menggelitiki perutnya. Ia terus berusaha menghindar dan tertawa dengan kerasnya.
"Taehyung-ah, jeballl. Aku bisa mati karena tertawa!" Ucapnya memohon ampun.
"Jawab aku dulu." Pintaku dan terus menggelitiki perutnya. Ia terus menghindar dan memegang tanganku untuk melepaskannya.

"Eoh?" Ucapnya tiba-tiba. Aku terdiam dan memandanginya bingung, ia melirik ke arah tanganku. Lalu ia tersenyum, "Kau masih memakai gelang itu, Taehyung-ah." Ujarnya. Aku pun melirik ke arah tanganku, disana melingkar sebuah gelang pemberian Yoori beberapa tahun lalu. Aku tersenyum.
"Tentu, aku selalu memakai gelang ini. Karena membuat aku merasa seperti memilikimu." Jawabku.
"Wah, romantis sekali." Ledeknya dan terkekeh.

Aku menyibakkan rambutnya kebelakang, sehingga membuat kalung yang bergantung di lehernya itu terlihat dengan sempurna. Itu kalung pemberianku.
"Kau juga masih memakainya." Ucapku sambil menatapnya tepat di manik mata, membuat jantungku berdersir.
"Tentu. Aku sudah berjanji padamu tidak akan melepasnya." Jawabnya sambil terkekeh, aku menjadi teringat kejadian di Busan. Aku sangat menyakiti dirinya saat itu.

Aku memegang pipinya dengan lembut dan tidak melepaskan pandanganku dari matanya.
"Apakah ini rasanya mencintai tapi tidak memiliki?" Tanyaku padanya. Ia hanya terdiam.
"Apakah kita bisa seperti ini terus menerus? Aku ingin sekali memilikimu." Ucapku lagi.
"Aku sudah menjadi milikmu." Balasnya. Tentu saja membuatku terkejut, jantungku berdetak tidak karuan.

"Ah, jadi ini yang dinamakan friendzone? Aku tidak mau seperti ini terus, jadi tunggu aku sampai aku benar-benar melamarmu dan kita hidup bersama dalam waktu yang lama." Ucapku sambil mengelus setiap inci pada wajahnya dengan jari-jariku, seakan hanya aku yang boleh menyentuhnya.
"Eoh, aku akan menunggu sampai waktu yang kau sebutkan tadi." Jawabnya dengan canggung, aku yakin jantungnya sedang berpacu dengan cepat.

Aku mendekatkan wajahku ke arahnya, memegangi tengkuknya agar ia segera memajukan wajahnya ke arahku.
"Taehyung-ah.." panggilnya dengan lembut sambil menatap mataku dengan tatapan memelas.
"Eoh?" Jawabku bingung.
"Aku lapar." Ujarnya. Aku membulatkan mataku dan menjauhkan wajahku darinya, aku berdecak kesal. Aish! Sudah dua kali aku kehilangan kesempatanku menciumnya!

"Kenapa kau lapar disaat seperti ini?" Tanyaku sambil mengacak rambutku frustasi.
"Hehe, mian. Tapi aku tidak bisa menyuruh perutku menahan lapar." Jawabnya dengan senyuman lebar nan polos di wajahnya, membuatku sangat luluh.
"Ah, jinjja. Untung aku sangat menyayangimu, Yoori-ya." Ucapku dengan tersenyum pasrah, membuatnya tertawa dengan puas. "Baiklah, kau ingin makan apa? Jjajangmyeon dan mandu? Ayam goreng?" Tanyaku sambil mengusap pipinya dengan lembut.
"Emm, ayam!" Jawabnya dengan semangat. Aku pun terkekeh dan mengacak rambutnya dengan gemas.
"Tunggu disini, aku akan memesannya." Jawabku dan langsung beranjak untuk mengambil ponselku.

Aku segera membuka ponselku untuk memesannya, namun seseorang meneleponku. Jeon Jungkook.

Bukankah Jungkook berada dirumah sakit? Mengapa ia meneleponku? Apakah terjadi sesuatu pada Jimin? Aish! Pikiranku kacau sekali! Aku menggelengkan kepalaku untuk menghilangkan pikiran buruk dan segera mengangkat teleponnya.

Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang