Fourteen

55 16 1
                                    

"Wanita itu kejam sekali, bukan?" Tanya seseorang disebelahku. Aku meliriknya.
"Eoh, Taehyung-ah. Kau disini." Jawabku, lalu ia tersenyum.

"Kang Seolhyun. Nama yang bagus, paras yang cantik, hati yang busuk. Paket lengkap sekali dirinya." Ucap Taehyung. "Aish, jinjja. Lidahku pahit saat menyebut namanya."
Aku terkekeh mendengar celotehannya.

"Oh iya, apa kau sudah bilang pada Oppa ku kalau aku menginap disini?" Tanyaku untuk mengalihkan pembicaraan.
"Tentu sudah. Aku bilang bahwa kau ketiduran disini dan aku tidak tega membangunkanmu. Lalu ia mengizinkannya." Jelas Taehyung. Aku hanya mengangguk mengerti.

Sunyi. Keadaan saat ini benar-benar sunyi. Aku terlarut dalam pikiranku, begitu juga Taehyung. Ia menatap kosong ke langit. Entah apa yang ia pikirkan.

"Ternyata ini yang rasanya kecewa." Ucapku yang membuat Taehyung mengalihkan pandangannya padaku. "Taehyung-ah, apa kau pernah merasakan ini? Marah tidak bisa, menangis pun tidak bisa. Tetapi ada suatu beban yang menimpa dadamu, yang membuatmu susah untuk bernapas. Pernahkah?" Tanyaku. Dia hanya terdiam, seakan menyuruhku mengeluarkan semua isi hatiku.

"Ya, itulah yang ku rasa saat ini. Menyiksa sekali." Lanjutku. Dengan begitu, Taehyung menarikku dalam pelukannya. Ku rasakan hatiku berdebar entah mengapa, mataku memanas seakan air mata memaksa keluar.
"Aku mengerti perasaanmu. Menangislah sekeras mungkin, kau tidak bisa menahannya. Sesekali mengeluarkan air mata bukanlah perkara yang bodoh." Ucapnya sambil menepuk punggungku dengan tenang. Lalu air mataku keluar tanpa disuruh, tubuhku lemas. Aku menyenderkan kepalaku pada dada bidang miliknya. Nyaman, itulah yang kurasakan saat ini.

"Taehyung-ah.." panggilku dengan suara yang terisak.
"Sstt.. lanjutkan saja. Kalau perlu kau boleh memaki ku." Jawabnya sambil membelai rambutku, mendekapku dengan hangat. "Biarkan emosimu mengalir bersama air matamu." Lanjutnya.

Aku menangis terisak. Membiarkan air mataku keluar tanpa henti. Terbayang video brengsek itu, membuatku semakin ingin berteriak. Tapi, hanya menangis yang bisa ku lakukan.

Seiring berjalannya waktu, air mataku berhenti. Dadaku terasa lebih lega dan hatiku lebih tenang. Aku melepaskan pelukan Taehyung dan menatapnya.

"Taehyung-ah, kau tidak akan meledek ku, kan?" Tanyaku. Ku lihat wajahnya terkejut.
"Aish. Bagamaina bisa kau berpikir seperti itu dalam keadaan ini? Tentu saja, tidak. Pabo!" Jawabnya dengan wajah lucunya. Aku terkekeh melihatnya.
"Sudahlah, Taehyung-ah. Aku masuk dulu." Dengan begitu aku masuk ke kamarnya dan meninggalkannya sendirian di balkon.

Aku melihat Jungkook dan Jimin yang sedang bermain Playstation. Lalu aku duduk di sebelah mereka.
"Eoh, nuna? Kau sudah membaik?" Tanya Jungkook masih terpaku pada gamenya.
"Yoori-ya, kau baik-baik saja?" Tanya Jimin sambil menatapku dan mempause gamenya.
"Ayo bermain game, Nuna. Anggap saja musuhmu di game adalah Namjoon hyung." Ucap Jungkook polos. Aku tertawa mendengarnya.
"Aish! Bocah ini!" Kesal Jimin pada Jungkook.

"Ayolah, Nuna... aku ingin menghiburmu." Rengek Jungkook.
"Yasudah, nyanyikan sebuah lagu untukku." Jawabku.
"Yes!" Balasnya antusias.
"Kau juga, Jimin-ah. Bernyanyi lah bersama Jungkook." Pintaku. Jimin pun mengangguk.

Jungkook memulai iramanya.

Geu gin bami neol ttara heulleoman ganeun geot gata
I sigani neol ttara heuryeojineun geot gata

Wae meoreojyeoga wae dahji anheul mankeum gaseo
Tell me why meoreojyeoga why
Ni nunen deo isang naega boiji anhni

Sarangiran apeugo apeun geot yeah
Ibyeoriran apeugo deo apeun geot gatae
Niga eopseumyeon na andoel geot gata
Saranghaejwo saranghaejwo
Dasi nae pumeuro wajwo

Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang