Nine

64 19 0
                                    

Taehyung's POV

Aku duduk sendiri, memikirkan apa yang baru saja terjadi. Apa aku salah meninggalkannya begitu saja? Tapi aku tidak suka perihal ia berbohong. Bahkan ia merundung seseorang yang lemah. Kekerasan fisik? Astaga. Itu terlalu kejam.

Aku melempar gelang yang aku pakai. Gelang yang aku hadiahi juga untuk Seolhyun saat aku menyatakan perasaanku. Aish. Aku malas menyebut nama itu.

Aku terdiam. Apakah kisah cintaku berakhir seperti ini?

 Apakah kisah cintaku berakhir seperti ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Taehyung-ah.." panggil seseorang tiba-tiba. Aku menengok ke sumber suara.
"Eoh, Yoori-ya." Jawabku.
"Kau tidak akan masuk kelas?" Tanya nya. Aku hanya menggeleng. Ia berjalan mendekati ku, duduk disampingku.

"Mianhae, Taehyung-ah. Seharusnya aku tidak mendekatkan kau padanya." Ucap Yoori sambil menunduk.
"Aish. Bicara apa kau? Kau tidak salah." Aku menepuk pundaknya, "Ah, ne. Ini salahku. Aku yang terlalu jatuh cinta dengan fisiknya." Lanjutku.

"Itu manusiawi. Kau tidak bisa menyalahkan dirimu karena suka dengan kecantikan seseorang." Jawabnya sambil menggenggam tanganku untuk meyakinkanku. Aku tidak bisa berbohong, entah apa yang terjadi tapi jantungku seperti sedang marathon di dalam sana. "Lalu bagaimana? Kau sudah memutuskan apa yang harus kau lakukan?" Tanya nya. Aku hanya menggeleng lemah.

"Aigooo.. lihatlah. Kau sedang sedih karena wanita." Ucapnya dengan nada meledek sambil merangkulku. Jantungku sudah tidak tau berlari secepat apa sekarang, kurasa sebentar lagi jantungku turun ke perut. "Ayolah, Taehyung-ah, kita harus menjadikan ini pelajaran. Dan tentu kita harus meminta maaf pada Jimin karena tidak mempercayainya. Padahal niatnya baik." Ucapnya lagi. Aku mengangguk setuju.

"Ah, benar." Ucapnya tiba-tiba. Ia mencengkram tanganku dan berkata, "Apa kita harus menagih kembali atas apa yang telah kita berikan? Aish. Wanita itu. Untung aku tidak bangkrut." Aku tertawa melihatnya menggerutu dengan wajah seriusnya.
"Aish, jinjja. Lepaskan tanganku, bodoh. Dia yang salah, mengapa aku yang kau siksa?" Ujarku. Dia hanya tersenyum menyebalkan. "Kan kau pacarnyaaa hahahaha" jawabnya sambil tertawa puas.

"Sudahlah, Taehyung-ah. Ayo kita ke kelas. Kita tidak boleh melewatkan kelas, dikit lagi kita ujian kenaikan kelas." Ajaknya.
"Kau saja. Aku malas bertemu dengannya." Jawabku.
"Aish. Kau ini. Kau sudah dewasa, kau tidak bisa membawa masalah pribadimu ke dalam kelas. Anggap saja kau tidak pernah kenal dengannya. Ayolah." Ajaknya lagi sambil menarikku.

Akhirnya aku pasrah, aku menurutinya. Aku mengikuti Yoori jalan ke kelas.

Ah, wanita ini. Dia bisa menenangkanku, bisa membuatku berpikir positif. Dan yang jelas, dia sukses membuat jantungku berubah posisi.
.
.

Ketika kelas selesai, aku lihat Jimin yang sedang merapikan tasnya untuk segera pulang.

"Jimin-ah, bisa kita bicara sebentar?" Tanyaku hati-hati. Ia hanya mengangguk.
"Aku ikut." Ucap Yoori. Aku dan Jimin pun mengangguk.

Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang