Fifty Three

35 14 0
                                    

Sekarang aku sedang menuju Stasiun Seoul, aku akan segera meninggalkan Seoul. Aku memandang Seoul dari dalam mobil, sangat indah. Mengapa sesuatu terlihat indah jika kita ingin meninggalkannya?

"Yoori-ya, apa Namjoon tidak mengantarmu?" Tanya Oppaku tiba-tiba membuatku teringat.
"Ah, benar. Aku juga belum mengabarinya." Jawabku dan langsung menelepon pacarku.

"Yeoboseyo." Sapanya di sebrang sana.
"Oppa, aku berangkat ke Daegu hari ini. Aku sudah jalan menuju stasiun." Ucapku.
"Ah, jinjja. Aku lupa jika kau akan berangkat hari ini. Mianhae, chagiya. Namun hari ini aku ada kuliah." Ucapnya menjelaskan.
"Oh, begitukah? Gwenchana. Kalau begitu aku pamit." Jawabku dengan sedikit nada kecewa.
"Eoh, mianhae. Akhir pekan aku akan menyusulmu ke Daegu jika aku ada waktu. Jaga dirimu baik-baik, eoh? Saranghae, Yoori-ya." Ujarnya.
"Ne, Oppa." Jawabku singkat, aku pun langsung mematikan ponselku. Aku sangat tidak ingin di telepon siapa-siapa saat ini.

Aku pun menundukkan kepalaku. Aku kesal. Ah, tidak. Aku kecewa.

"Ada apa? Apa dia tidak bisa bertemu denganmu?" Tanya Oppa ku sambil melirik ke arahku.
"Eoh." Jawabku singkat.
"Apa kau sedih?" Tanyanya lagi membuatku langsung menegakkan kepalaku dan menatap jalanan.
"Ne, sedikit." Jawabku.
.

Kini aku sudah sampai di stasiun Seoul, aku memandang orang-orang berlalu lalang. Entah mengapa aku tidak bisa menggerakan kaki ku, sangat berat.

Aku menengok ke Oppaku.
"Oppa.." panggilku dengan suara yang bergetar. Ia dengan sigap langsung memelukku.
"Ya, tegarlah. Ini jalan yang kau pilih. Kau akan terbiasa nantinya, ini masih awal." Jawabnya sambil memelukku erat.
"Aku tau, Oppa. Tapi rasanya berat." Ucapku sambil menangis di pelukannya.
"Yoori-ya, pikirkan saja tujuan awalmu ke Daegu. Lagi pula disana ada keluarga besar kita. Jika kau kesepian, kau bisa mampir ke rumah Paman atau Nenek." Ucapnya. Aku pun menganggukkan kepalaku. Detik berikutnya ia melepaskan pelukannya dan menatapku.

"Sekarang masuklah, 15 menit lagi kereta mu berangkat. Jangan lupa meneleponku jika sudah sampai Daegu. Kabari Appa dan Eomma juga." Ucapnya sambil mengusap air mataku untuk membersihkannya.
"Oppa, jaga dirimu baik-baik. Jika kau punya pacar, bilanglah padaku! Aku akan menamparnya jika ia berani menyakitimu!" Ucapku sambil menatap matanya dengan sinis.
"Ya! Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu!" Jawabnya sambil menaruh jari telunjuknya di dahiku.
"Aaaa, oppa!" Rengekku kesal.

"Sudahlah, kau masuk saja. Jangan membuatku tambah tidak ingin melepaskanmu." Ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ya! Oppa, apa yang kau lakukan?! Jangan menangis. Ahhh jebal." Ucapku ikut berkaca-kaca.
"Sudahlah, aku masuk sekarang." Ucapku lalu aku mulai jalan perlahan meninggalkannya.

"Min Yoori! Tunggu!!!" Teriak seseorang yang membuat langkahku terhenti dan menengok ke sumber suara. Mataku membulat saat melihat siapa yang memanggilku. Ia berlari ke arahku.

"Ya! Sedang apa kau disini?" Tanyaku kaget. Ia berhenti di depanku sambil terengah-engah dan membungkuk memegang lututnya. Matanya melirik ke arahku di balik rambut ikal dan gondrongnya.

 Matanya melirik ke arahku di balik rambut ikal dan gondrongnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Can we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang