Nggak kerasa ini udah H-1 sebelum gue resmi menikah dengan kak Jaehyun. Nggak bisa dihitung satu hari juga sih, karena ini udah malam dan besok paginya gue bakal melakukan ijab qobul dan sah menjadi istri seorang Jihonanta Jaehyun Saputra. Yang katanya seorang dosen muda yang kalau kata papa dia akan jadi suami yang baik buat gue. Tapi siapa papa yang bisa meramalkan hal itu ketika papa nggak mengenal orang itu dengan baik.
Untuk tamu undangan, kalau dari sisi gue yang diundang cuma keluarga terdekat dan temen-temen gue yang juga akrab sama gue. Kalau dari sisi kak Jaehyun mungkin keluarga besar mereka, teman-teman kak Jaehyun dan mungkin ada beberapa kolega Om Jiho.
Gue masih nggak nyangka, kalau Mas Doyoung bener-bener nggak punya perasaan sama sekali. Udah maksa gue nikah disaat gue masih kuliah, sekarang giliran besok gue beneran mau nikah, dia masih nggak mau pulang dan milih tinggal di Aussie beberapa hari ke depan. Itu aja kata mama, karena nggak mungkin dia nelpon gue sendiri. Masa bodo dengan adeknya, bahkan sudah bertahun-tahun kita menjalani hidup layaknya bukan kakak adek meskipun kita tetep tinggal di bawah atap yang sama.
Jujur banget, gue sedih dan marah sama dia. Gue selalu iri sama teman-teman gue, sama orang lain, iri melihat hubungan mereka dengan kakaknya yang baik-baik aja. Adu mulut adalah hal biasa dan ya gue pengen adu mulut sama Mas Doyoung, tapi adu mulut dalam konteks bercanda. Sama seperti orang lain yang setiap harinya pasti ada saja yang di peributkan.
"Ira lo jangan nangis dong, gue jadi ikut sedih liatnya," itu Yura yang ngomong.
Iya, Yura dan Mark udah gue kasih tau. Dan malam ini gue suruh dia buat nginep di rumah gue, untungnya dia mau dan langsung setuju saat gue ajak waktu itu. Reaksi pertama kali yang Yura dan Mark berikan saat gue kasih tau kabar kalau gue bakal nikah adalah kaget. Kaget sekaget-kagetnya. Ditambah lagi gue juga bilang kalau gue nikah nggak sama Lucas, tapi orang lain. Saat gue kasih tau ke Yura sama Mark saat itu di kantin kampus, ditemani Lucas tentunya. Dia selalu ada buat gue, dia nggak pernah bohong dengan kata-katanya kalau dia nggak bakal ninggalin gue atau marah ke gue. Karena ya dia tau semuanya kenapa gue harus nikah muda.
Saat itu, gue pengen nampol pipi Mark karena dia nuduh gue yang nggak baik, yaitu bilang kalau gue hamil diluar nikah, makanya gue harus buru-buru nikah. Tapi hal yang pengen gue lakuin itu malah sudah diwakilkan oleh sang kekasih, Yura, dengan menggeplak kepala Mark keras. Ingat banget gue gimana reaksi Mark saat itu. Gue udah ceritain semuanya sama mereka, dan ya mereka menerimanya dan gue beruntung mereka masih mau temenan sama gue.
"Ra jangan nangis lah, besok muka lo sembab kalau nangis terus. Masa iya pengantin mukanya sembab pas ijab qobul!" ucap Yura lagi, nggak sadar gue kalau gue udah nyuekin dia dari tadi.
"Kenapa nangis, hm? Gue disini malam ini buat jadi temen cerita lo. Cerita semuanya ke gue, ungkapin semua ke gue, keluh kesah lo, sebisa mungkin gue bakal kasih lo support kok," ucapnya tulus, disaat seperti ini gue bersyukur punya temen kayak Yura.
"Yur, gue sedih," kata gue sambil meluk dia. Nangis.
"Gue tau lo pasti sedih," balasnya sambil nepuk-nepuk kecil punggung gue.
"Gue takut gue sedih gue marah gue kecewa. Semua emosi itu ada dalam diri gue sekarang. Gue nggak tau, tapi gue takut kalau kak Jaehyun nggak bisa perlakuan gue sebagaimana istri pada umumnya. Gue sedih bayangin itu semua. Gue masih 21 Yura, gue masih bocah. Gue takut.
Gue juga jadi tambah sedih karena sikap Mas Doyoung yang jahatin gue sampai sekarang. Bahkan dia tega banget sama gue, di hari pernikahan gue dia nggak dateng. Segitu bencinya dia sama adek sendiri. Gue ini adeknya Mas Doyoung, bukan hanya Jeno. Tapi kenapa yang ia anggap adek cuma si kunyuk Jeno itu, gue enggak dianggap sama sekali sama Mas Doyoung. Salah gue apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM • [Jaehyun] ✓
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SELESAI] ✓ [FATUM] • Bahasa Latin yang mempunyai arti "takdir". Dalam bahasa Inggris sering disebut dengan kata "fate". ~ "Layaknya FATUM, sedari kecil memang kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Meskipun awal pertemuan k...