65. Guru Dadakan

290 29 1
                                    

Gue tengah berjalan di lorong kampus bersama Yura saat tiba-tiba ada telepon masuk dari Mas Doyoung. Tumben dia nelpon gue, dan seketika perasaan gue jadi nggak enak. Nggak mungkin kan bang Taeyong bener kalau Mas Doyoung bakalan tau kalau gue minta tolong sama bang Taeyong buat mantau si Hyebin.

"Siapa? Kok nggak diangkat?" Tanya Yura.

"Mas Doyoung,"

"Angkat gih! Berisik tau nggak?" Omelnya.

Lantas gue mengangkat telepon dari Mas Doyoung sambil lanjut jalan buat ke parkiran. Ini kita udah selesai kuliah dan mau pulang.

"Halo, assalamualaikum mas. Kenapa?"

"Waalaikumsalam. Adek dimana?"

"Kampus, ini mau pulang,"

"Mas jemput. Kamu nunggu di kampus aja,"

"Kenapa? Kok tiba-tiba,"

"Nggak papa. Tunggu di depan, cari tempat yang teduh sama yang bisa buat duduk,"

"Ya,"

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

Yura lihat gue dan bertanya ada , dan gue jawab kalau Mas Doyoung mau jemput gue. Dia seneng karena nggak perlu nganter gue pulang. Iya, Yura awalnya mau nganterin gue pulang karena dia bawa motor sendiri. Mark hari ini nggak masuk, izin ada acara keluarga. Sedangkan Lucas sama Yuki. Gue cuma nebeng Yura sampe depan gerbang aja, buat nunggu Mas Doyoung. Gue nyuruh dia pulang duluan tapi dianya nggak mau. Katanya dia nggak mau ngambil resiko kalau-kalau ada hal buruk terjadi sama gue. Baik ya temen gue.

Tak lama, sekitar dua puluh menitan mobil Mas Doyoung sampai di depan gue sama Yura. Tadi udah gue chat tempat gue nunggu dia. Si Yura langsung pamit dan pergi, gue juga langsung masuk ke mobil Mas Doyoung.

"Tumben mas mau jemput adek?" Kata gue.

"Pengen aja, sama ada yang mau mas omongin tapi nanti di rumah," jawabnya, kayaknya bang Taeyong bener deh.

"Rumah mana? Rumah adek apa rumah mama?"

"Rumah adek, lah. Apa mau ke rumah mama?"

"Eum... kapan-kapan aja deh, adek belum bilang kak Jaehyun soalnya,"

Mas Doyoung ngangguk aja, pandangan nya lurus ke depan. Padahal beberapa menit yang lalu cuaca lumayan panas, tapi sekarang ganti mendung. Udara juga jadi panas, gue dengan cepat nyalain AC mobil. Di mobil nggak sepi-sepi amat, karena Mas Doyoung nyetel radio yang memperdengarkan musik favoritnya. Lagu barat tapi yang mellow. Padahal gue tau dia nggak begitu pinter dalam bahasa Inggris. Bukannya ngejek, tapi itu kenyataannya.

"Mudeng artinya emang?" Ucap gue sedikit menggoda.

"Sedikit," jawabnya sambil terkekeh dan nengok ke gue sebentar. "Gimana skripsinya? Lancar?" sambungnya.

"Alhamdulillah. Udah selesai. Tinggal nunggu sidang skripsi aja. Semoga aja lancar, dan kalaupun revisi lagi nggak banyak-banyak,"

"Alhamdulillah, hebat ya adeknya mas," Mas Doyoung mengelus kepala gue sambil tersenyum. Seneng banget gue, akhirnya bisa merasakan kehadiran sosok kakak dalam hidup gue.

"Besok kalau adek wisuda dateng, ya?"

"Iya," balasnya.

"Mas udah ngomong ke mama belum? Mama udah minta maaf sama mas?" Kata gue.

"Belum, mas nggak butuh maaf dari mama. Mas udah lupain kok," katanya lalu menghentikan mobilnya di lampu merah.

"Bukan masalah mama harus minta maaf ke mas, tapi mama harus tau yang sebenarnya. Biar nggak ada yang salah paham. Mas nggak boleh nutupin ini terus, kalau suatu saat mama sama papa  tau yang sebenarnya tapi mas nggak pernah bilang, mereka mungkin akan lebih sedih lagi," gue mencoba memberi penjelasan padanya.

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang