Doyoung point of view
Mungkin orang yang belum mengenal gue akan menilai gue sebagai orang jahat. Jangankan orang lain, keluarga gue sendiri aja menganggap gue sebagai orang jahat. Mereka menganggap seorang Arsyi Doyoung Hananta itu orang yang kejam.
Silahkan anggap gue nggak tau diri. Silahkan nilai gue yang buruk-buruk. Gue akui gue emang orang yang jahat, orang nggak baik.
Tapi apa ini mau gue? Tentu saja enggak.
Kalian pasti hanya menilai dari sudut pandang orang lain saja kalau berani menyimpulkan bahwa gue orang nggak bener.
Buat kalian yang mikir kenapa gue sangat benci sama adek pertama gue, Feira Arsyita Putri, itu sama sekali nggak bener. Yang ada malah gue sangat menyayangi dia. Saking sayangnya gue sama Ira, gue rela jadi bahan pelampiasan kemarahan orang tua gue. Hingga akhirnya gue jadi merasa kalau orang tua gue cuma sayang sama Ira dan bikin gue cemburu. Katakanlah gue paling tua, tapi saat itu gue juga hanya seorang anak kecil. Gue butuh kasih sayang orang tua. Tapi hal itu bikin gue malah marah dan kecewa sama orang tua gue, tanpa mereka tahu mereka hanya menyalahkan gue atas kejadian yang menimpa Ira. Dan secara nggak langsung, lama-kelamaan bikin gue jadi iri dan benci ke adek gue sendiri selama bertahun-tahun.
Semuanya berawal setelah Jaehyun dan Ira diculik. Iya salahkan gue karena gue meninggalkan mereka berdua di tempat yang sepi. Saat gue bilang sengaja meninggalkan mereka, gue bohong. Saat itu gue ngajak Ira sama Jaehyun buat jalan-jalan aja di sore hari seperti biasa. Awalnya kita saling bercanda, dengan mereka yang selalu gue awasi. Jaehyun itu sama kayak gue, dia sayang sama Ira. Dia juga selalu jaga Ira, bantu gue. Hingga tiba-tiba Ira ngrengek minta minum karena haus.
Gue titip ke Jaehyun sebentar Ira nya, dan suruh dia menunggu di tempat jangan kemana-mana karena gue mau beli minum buat Ira. Tapi saat gue balik, mereka udah nggak ada di tempat semula. Gue teriak manggil-manggil nama Jaehyun dan Ira. Jujur gue takut mereka kenapa-napa. Gue merutuki diri sendiri karena udah ninggalin mereka bukannya mengajak mereka.
Gue nangis berusaha mencari tahu keberadaan adek gue dan Jaehyun. Hingga gue denger suara tangisan Ira dan bikin gue takut setengah mati. Takut dia kenapa-napa, takut dia dijahati sama orang nggak bener. Dan bener aja, gue liat adek gue di bekap mulutnya sama orang yang nggak gue kenal. Mau nolong gue takut, orang di hadapan gue terlihat sangat menakutkan. Badannya besar berotot, banyak tato di sekujur tubuhnya.
Gue liat kaki dan tangan Jaehyun di ikat menggunakan tali. Gue merasa bersalah. Udah nggak bejus jaga adek-adek gue. Melihat Ira nangis manggil nama Jaehyun membuat gue ikutan menangis yang masih dalam persembunyian gue. Hingga tiba-tiba saja Jaehyun dipukul oleh salah satu penculik itu di bagian belakang kepalanya dan langsung pingsan. Ingin rasanya gue lari terus selamatkan keduanya, tapi gue terlalu takut.
Gue nggak tega denger Ira manggil-manggil nama gue, pengen peluk dia tapi gue nggak bisa. Hingga tiba-tiba hal yang Jaehyun alami, adek gue juga mengalaminya. Tapi bedanya, lelaki sialan itu menggunakan balok kayu untuk memukul kepala Ira. Gue nggak bisa tinggal diam lagi kalau adek kandung gue udah celaka kayak gitu sampai pingsan. Gue dengan keberanian yang gue punya memberontak dan mencoba untuk melawan orang-orang berbadan besar di hadapan gue.
Tapi gue masih terlalu kecil saat itu. Masih sangat lemah. Hingga akhirnya mereka juga memukuli wajah gue, dan membenturkan kepala gue ke dinding kasar yang ada di sana. Rasanya sakit, gue udah nangis apalagi melihat banyak darah di kepala Ira. Gue dibawa di sebuah ruangan dan di sekap disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM • [Jaehyun] ✓
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SELESAI] ✓ [FATUM] • Bahasa Latin yang mempunyai arti "takdir". Dalam bahasa Inggris sering disebut dengan kata "fate". ~ "Layaknya FATUM, sedari kecil memang kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Meskipun awal pertemuan k...